Bagus Sediadi Bandol Utomo
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BELUT ASAP YANG DIHASILKAN Bagus Sediadi Bandol Utomo; Reki A. Febriani; Sri Purwaningsih; Tati Nurhayati
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v4i1.436

Abstract

Telah dilakukan riset tentang pengaruh konsentrasi larutan asap cair terhadap mutu belut asap yang dihasilkan. Belut yang digunakan adalah jenis Monopterus albus dan asap cair yang dipakai diperoleh dari CV Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu,Yogyakarta. Riset pendahuluan dilakukan untuk mengetahui waktu pengeringan yang terbaik, dengan melakukan pengeringan dalam oven pada suhu 90ºC selama 2, 4, 6, dan 8 jam diikuti pengujian kadar air terhadap produk yang dihasilkan. Riset utama dilakukan unluk mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair terhadap mutu belut asap yang dihasilkan dengan variasi konsentrasi larutan asap cair 0, 10, 20, dan 30%. Penilaian mutu dilakukan berdasarkan analisis komponen asap, komposisi proksimat, den mutu organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi larutan asap cair terbaik untuk pembuatan belut asap adalah 30% dengan waktu pengeringan 8 jam yang menghasilkan rendamen 28,04%. Secara umum produk ini disukai oleh panelis dengan nilai orgenoleptik 7,36 dengan karakteristik kadar air 10,38%, lemak 2,74%, protein 68,96%, dan abu 15,81%. Asap cair den belut asap hasil pengolahan menggunakan asap cair tidak mengandung senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), sebaliknya belut asap komersial mengandung senyawa PAH.
Pemanfaatan Limbah Ekstraksi Alginat dan Silase Ikan sebagai Bahan Pupuk Organik Jamal Basmal; Adwin Widanarto; Rinta Kusumawati; Bagus Sediadi Bandol Utomo
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v9i2.104

Abstract

Percobaan pemanfaatan limbah padat ekstraksi alginat dengan tepung silase ikan (tepsil) menjadi bahan pupuk organik telah dilakukan. Perlakuan yang diberikan adalah rasio antara tepung limbah ekstraksi alginat : tepsil = 1:1; 2:1 dan 3:1. Sebagai pengikat antara tepung limbah ekstraksi dengan tepsil digunakan pasta Sargassum. Perlakuan rasio limbah padat ekstrasi alginat dengan tepsil mempengaruhi komposisi unsur hara makro dan mikro serta kadar hormon pemacu pertumbuhan dalam bahan pupuk. Ditinjau dari unsur hara makro maka perlakuan yang terbaik ditemukan pada perlakuan P11 yakni satu bagian limbah alginat dan satu bagian tepsil dengan komposisi P 34,56 mg/100g, N 3,01%, K 1,2 mg/100g, Ca 48,23 mg/100g, Corganik 21,31mg/100g, Mg 1,41 mg/100 g, kemampuan daya serap air 587,93% dengan unsur mikro Fe 217,01 ppm, Zn 8 ppm, Cu 0,02 ppm dan nilai hormon pertumbuhan giberelin 82,36 ppm, auksin 67,65 ppm, sitokinin-zeatin 36,86 ppm dan sitokinin-kinetin 28,71 ppm. Bahan pupuk yang dihasilkan dapat diproses lebih lanjut menjadi pupuk organik untuk kebutuhan pertanian setelah ditambah dengan unsur hara mikro dan makro dari bahan organik yang lain.
Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida terhadap Mutu Papan Partikel yang Dibuat dari Limbah Padat Gracilaria sp. dan Polietilen sebagai Perekat Diini Fithriani; Jamal Basmal; Bagus Sediadi Bandol Utomo
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v6i2.410

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh maleat anhidrida terhadap mutu papan partikel yang dibuat dari limbah padat hasil pengolahan Gracilaria sp. Dan polietilen. Pada penelitian ini limbah padat hasil pengolahan Gracilaria sp.dicampur secara homogen pada suhu ruang dengan bahan perekat polietilen dengan perbandingan berat 1:1, dan ditambahkan maleat anhidrida dengan konsentrasi 0,6, 9, dan 12% b/b. Pembuatan papan partikel dilakukan dengan teknik pengempaan panas pada cetakan 30 x 30 x 4 cm3. Pengempaan dilakukan pada tekanan 9 kg/cm2, suhu 150°C, dengan lama waktu pengempaan 7 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan maleat anhidrida sebagai compatibilizerpada pembuatan papan partikel dari limbah padatpengolahan Gracilaria sp. dan polietilen berpengaruh pada meningkatnya kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal serta berpengaruh pada menurunnya modulus patah  (MOR) dan modulus elastisitas papan. Pada penelitian ini pembuatan papan partikel dari limbah Gracilaria sp.dan polietilen dapat menghasilkan papan dengan sifat fisik dan mekanis yang s es uai s tandar J IS A5908 kecuali pada nilai modulus elastisitasnya.
Uji Coba Peti Ikan Segar Berpendingin untuk Pedagang Ikan Keliling Tri Nugroho Widianto; Wawan Hermawan; Bagus Sediadi Bandol Utomo
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v9i2.111

Abstract

Uji coba peti ikan segar berpendingin untuk pedagang ikan keliling telah dilakukan. Percobaan diawali dengan pengamatan suhu ruang peti ikan dalam kondisi kosong (tanpa ikan) yang dilakukan tiap 10 menit selama 2 jam. Percobaan berikutnya dilakukan dengan cara pengamatan terhadap proses penjualan ikan menggunakan peti berpendingin oleh pedagang keliling selama 3 hingga 4 jam. Suhu ikan diukur tiap 10 menit, sedangkan mutu kesegaran ikan diamati pada awal dan akhir percobaan. Hasil uji coba peti dalam kondisi kosong menunjukkan bahwa suhu dapat mencapai 11,1–15,5 °C. Setelah diisi 30 kg ikan yang telah didinginkan hingga 0–1 °C dan dilakukan praktek penjualan ikan eceran selama 3–3,8 jam, suhu ikan mencapai sekitar 3 °C dengan nilai mutu organoleptik dan jumlah bakteri yang hampir tidak berubah. Dapat dikatakan bahwa peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling.