Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Konstruksi Keistimewaan Yogyakarta dalam Narasi Film-Film Kompetisi Produksi Dinas Kebudayaan Yogyakarta Tahun 2016-2017 Lilik Kustanto; Rr. Ari Prasetyowati; Ozhara Aisyia
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 15, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v15i1.3185

Abstract

ABSTRAKSejak Undang-undang Keistimewaan disahkan, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) konsisten menggelar program kompetisi Pendanaan Pembuatan Film. Dalam genre fiksi dan dokumenter, film-film terpilih yang difasilitasi telah menafsirkan dinamika kebudayaan di DIY dengan cukup beragam. Asumsinya, film-film tersebut setidaknya mampu mewujudkan tata nilai budaya masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya lokal. Namun demikian, beragamnya perspektif dan pendekatan yang digunakan sineas dalam produksi film kompetisi tentunya membangun realita baru akan narasi keistimewaan Yogyakarta. Penelitian ini akan memeriksa bagaimana konstruksi keistimewaan DIY dibagun lewat narasi film-film pemenang kompetisi pada dua tahun belakangan. Proses penelitian saat ini telah mencapai pada tahapan analisis struktur luar narasi kedua film kompetisi produksi Danais 2016-2017. Adanya ketidaksesuaian struktur narasi film-film dengan gagasan yang digunakan untuk menemukan struktur luar menurut Todorov justru menjadi tantangan besar dalam penelitian ini. Ketidaksesuaian ini sekaligus menjadi suatu penemuan yang penting saat keseluruhan proses analisis terselesaikan Since the Privileges Law has been authorized, the Government Cultural Office of the Special Region of Yogyakarta has been consistently holding a film-making funding program. In the genres of fiction and documentary, the facilitated selected films have climbed the Cultural Revolution in the Special Region of Yogyakarta with quite a variety. The assumption is that those films are at least able to realize the cultural values of the society based on the noble values of the local culture. However, the variety of perspectives and approaches used by filmmakers in the production of competitive films, certainly builds a new reality of the Yogyakarta's distinctive narrative. This research will examine how the construction of the privileges of the Special Region of Yogyakarta is built through the narrative of the winning films of the competition in the past two years. The current research process has reached the stage of analysis of the outside narrative structure of the two 2016-2017 Danais production competition films. According to Todorov, the inconsistency in the narrative structure of the films, with the ideas which are used to find the outward structures, has become a major challenge in this research. This incompatibility is also an important discovery when the entire analysis process is resolved.
Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Kerja antara Rumah Produksi dan Kru Film pada Produksi Film Televisi Ari Prasetyowati
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Rekam 9
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v0i0.544

Abstract

This article discusses about the contract between a poduct house and a freelance film worker on a television film production locates in Yogykarta. This article is the result of the research that aims to know about wanprestatie done in a contract. The research is included into an Empiricaljuridical research category. The research is done at Yogyakarta, by selecting the purposive sample. The data used in this research is secondary data of literature references through document study and primary data, which is the data that gained directly by doing interviews. The collected data will be analized qualitatively and will be reported as a descriptive research. The result of this research showed that in dealing with a contract between a production house and freelancer of television film which located in Yogyakarta, may cause wanprestatie possibly happen, such as the fee payment’s pending and inappropriate health supporting. A wanprestatie which might be done by a freelancer is doing resignment before the end term of the contract, a sudden employee’s replacement, and the lateness of a freelancer to go for her/his work, so it causes less profit for a production house. The protection of law for this kind of contract are job contract, working hour, resting hour, salary payment, and technically protection.Keywords: job contract, wanprestatie, law protection
Analisis Identitas Kemiskinan melalui Unsur Naratif dalam Film “Turah” Marantika Gilang Asmoro; Siti Maemunah; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.343 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5853

Abstract

ABSTRAK Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang telah banyak diangkat menjadi sebuah karya audiovisual, salah satunya adalah Film Turah. Film ini terinspirasi dari kisah nyata kehidupan warga Kampung Tirang di Tegal yang miskin dan terisolasi. Penelitian yang berjudul Analisis Identitas Kemiskinan melalui Unsur Naratif dalam Film “Turah” bertujuan untuk memaparkan identitas kemiskinan yang dimunculkan dalam naratif film Turah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif yaitu dengan mendeskripsikan unsur naratif dalam film Turah berupa plot, tokoh serta latar. Pengambilan data menggunakan purposive sampling dan ditemukan 28 sample scene yang akan dianalisis serta dipaparkan mengenai identitas kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Turah menggunakan plot linear dengan penuturan sesuai urutan aksi peristiwa serta memiliki satu konflik utama pada tokoh sentral. Tokoh dalam film Turah memiliki 3 dimensi karakter yang menunjukkan identitas kemiskinan. Latar pada film Turah terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial-budaya. Film Turah memiliki bentuk narasi identitas kemiskinan berupa tidak memiliki faktor produksi, tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi, tingkat pendidikan rendah, tidak mempunyai fasilitas, dan berusia relatif muda serta tidak mempunyai keterampilan. Hal tersebut dinarasikan melalui problema sosial yang dialami oleh para tokoh yang menyebabkan kesenjangan dan munculnya berbagai macam konflik.Kata Kunci : Kemiskinan, Naratif, Film Turah
Pemaknaan Konsep Suara Cross Over Diegetic Dan Lack Of Fidelity Berdasarkan Teori Semiotika John Fiske Pada Film Apocalypse Now (1979) Ulfa Huwaida Nursyifa; Arif Sulistiyono; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.189 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i2.6795

Abstract

ABSTRAK Keunggulan tata suara Film Apocalypse Now ada pada kemajuan teknologi 5.1 (stereo surround) pertama kali, kemegahan suara dari suara sintetis, konsep suara yang variatif. Dengan demikian, mendukung jalannya penelitian khususnya pada konsep suara cross over diegetic dan lack of fidelity. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menjabarkan analisis ke dalam data berupa gambar, tabel, dan kata-kata. Selanjutnya mengobservasi data pada film, menganalisis unsur suara yang membangun konsep tersebut dengan memerhatikan ruang diegetic dan non diegetic, kemudian identifikasi makna berdasarkan teori semiotika John Fiske. Hasil kajian ditemukan turunan  konsep baru dari konsep cross over diegetic yakni suara yang berangkap peran. Pemaknaan konsep suara cross over diegetic dan lack of fidelity memaknai subjektivitas karakter dari level representasi, pada level ideologi konsep ini cenderung menguak sisi Amerika, meliputi karakter, kemiliteran, kelas sosial.  Kata Kunci : Film "Apocalypse Now", Cross Over Diegetic, Lack of Fidelity, Semiotika John Fiske
EKSISTENSI MANTAN PETINJU NASIONAL SEBAGAI PETARUNG PENCAK DOR KEDIRI MELALUI FILM DOKUMENTER POTRET “MICHAEL SPEED” Kulsa Angelo; Alexandri Luthfi Rahman; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.356 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i2.5122

Abstract

ABSTRAKPenyutradaraan karya film dokumenter potret ini ialah untuk memberikan gambaran kehidupan seorang mantan petinju nasional dan petarung Pencak Dor di Kediri bernama Michael ‘Speed’ Sigarlaki, memperkenalkan adanya tarung Pencak Dor kepada masyarakat sekaligus menberikan cerminan buruknya kualitas tinju di Indonesia.Objek penciptaan karya film dokumenter ini ialah tarung Pencak Dor Kediri dan Michael ‘Speed’ Sigarlaki. Karya ini dikemas menggunakan struktur bertutur tematis serta menerapkan gaya penceritaan cinema verite dan expository. Film Michael Speed banyak menggunakan handheld camera dan diegetic sound untuk merekam aktifitas subjeknya, subjek terkadang berbicara langsung ke arah kamera, dan di beberapa bagian digunakan juga metode wawancara untuk memperkuat informasi kepada penonton. Pembahasan mengenai kisah hidup Michael Speed dalam memperjuangkan eksistensinya di dunia tarung dikemas ke dalam karya tugas akhir berbentuk film dokumenter potret dengan judul karya ilmiah Eksistensi Mantan Petinju Nasional Sebagai Petarung Pencak Dor Kediri Melalui Film Dokumenter Potret “Michael Speed”. Perwujudan karya film dokumenter potret Michael Speed dikemas ke dalam 3 segmen pembahasan diantaranya, segmen 1 berisi pengenalan tarung Pencak Dor dan tokoh petarung bernama Michael Sigarlaki, segmen 2 membahas eksistensi serta konflik batin Michael Sigarlaki sebagai petarung Pencak Dor profesional, dan segmen 3 menjadi penutup yang menampilkan nilai-nilai humanisme dalam diri Michael Sigarlaki sebagai kepala keluarga. Kata kunci: Penyutradaraan; Dokumenter Potret; Eksistensi Petarung Pencak Dor Kediri Michael Speed ABSTRACTThe directing of this portrait documentary is to provide an overview of the life of a former national boxer and the Pencak Dor fighter in Kediri named Michael ' Speed ' Sigarlaki, introducing the existence of Pencak Dor to the community while giving the poor reflection of the quality of boxing in Indonesia.The object of the creation of this documentary film is fighting Pencak Dor Kediri and Michael ' Speed ' Sigarlaki. The work is packed using a thematic structure and applies storytelling-style cinema verite and expository. The Film Michael Speed used a lot of handheld cameras and diegetic sound to record the activities of his subjects, the subjects sometimes spoke directly towards the camera, and in some parts used also the interview method to reinforce the information to the audience.  The discussion on the life story of Michael Speed in the fight for his existence in the world of fighting is packed into the work of the end-task in the form of portrait documentary with the title of former national boxer existence as a combatant Pencak Dor Kediri through the portrait documentary "Michael Speed". The embodiment of the portrait documentary film Michael Speed is packed into three discussion segments, segment 1 contains the introduction of Pencak Dor's fighting and the warrior figure Michael Sigarlaki, Segment 2 discusses the existence and inner conflict of Michael Sigarlaki as a professional Pencak Dor fighter, and Segment 3 is the cover showing the values of humanism in Michael Sigarlaki as the head of Key words: Direction; Documentary Portraits; "The existence of Pencak Dor Kediri Fighter Michael Speed"
MEMPERKENALKAN SEJARAH INDONESIA MELALUI PENYUTRADARAAN PROGRAM FEATURE “JURNAL MUSEUM” DENGAN PENDEKATAN NARATIF EPISODE: MUSEUM SANDI YOGYAKARTA Yuzakki Gilang Fajar Bagaskara; Deddy Setyawan; Raden Roro Ari Prasetyowati Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.436 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i2.5077

Abstract

ABSTRAKProgram feature “Jurnal Museum” adalah sebuah karya program televisi yang membahas tentang sejarah baik perjuangan para pahlawan, kejadian di masa lalu, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan melalui museum–museum yang tersebar di seluruh daerah Indonesia. Pengalaman pribadi di masa anak – anak menjadi inspirasi perwujudan karya ini, selain itu alasan lainnya adalah ingin memperkenalkan kembali sejarah di Indonesia melalui museum – museum yang tersebar di seluruh Indonesia kepada anak-anak generasi sekarang.Pada episode ini akan membahas tentang Museum Sandi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun alasan dipilihnya Museum Sandi yaitu karena terletak di pusat kota akan tetapi masih banyak yang belum mengetahuinya, selain itu sejarah tentang persandian di Indonesia juga masih belum banyak dikenal oleh masyarakat.aProgram “Jurnal Museum” memiliki tiga segment yang saling berhubungan membentuk alur perjalanan tokoh anak dan ayah. Pengemasan program feature “Jurnal Museum” ini menggunakan pendekatan naratif yang digambarkan melalui perjalanan tokoh anak dan ayah mengunjungi museum-museum di Indonesia. Pemilihan museum dalam setiap episodenya akan ditentukan oleh tokoh anak melalui pertanyaannya tentang hal-hal yang ada disekitarnya seperti sekolah, maupun kegiatan lainnya. Penjelasan tentang sejarah dan koleksi museum akan dibantu dengan media animasi. Animasi dipilih supaya lebih menarik dan informasi yang disampaikan mudah diterima oleh penontonnya yaitu anak-anak.Kata Kunci: Program Feature, Naratif, Sejarah, Museum
ANALISIS KARAKTER ANTAGONIS UTAMA PADA SINETRON “CINTA DAN RAHASIA SEASON 1” DI NET.TV VERSI VLADIMIR PROPP Inmas Jakfar Abdillah; Siti Maemunah; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 2 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.853 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i2.3486

Abstract

Sinetron “Cinta dan Rahasia” memiliki kelogisan fungsi karakter antagonis. Tindakan yang dilakukan terhadap protagonis tidak hanya dominan bentuk tindakan negatif namun tindakan positif juga dilakukan. Peran antagonis saat menghambat protagonis tidak dilihat dari kedudukan moral atau sifatnya, namun hubungan kedua karakter menimbulkan konflik. Skripsi karya tulis berjudul Analisis Karakter Antagonis Utama Pada Sinetron “Cinta dan Rahasia Season 1” di NET. Versi Vladimir Propp ini, tujuan penelitiannya adalah menemukan fungsi karakter antagonis utama terhadap karakter protagonis versi Vladimir Propp, dan mengetahui tindakan karakter antagonis utama melakukan tindakan positif serta negatif terhadap karakter protagonis.Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan didukung dengan metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan. Menentukan karakter antagonis utama yang akan dibedah dengan mendeskripsikan fungsi karakter antagonis dengan menggunakan teori Vladimir Propp, kemudian dilakukan analisis. Untuk mengetahui tindakan karakter antagonis terhadap protagonis yang masih bersifat positif atau negatif, menggunakan metode kuantitatif untuk menguji teknik mengumpulan data yang disajikan dengan menggunakan tabel. Pengecekan validitas dari data kuantitatif dengan dilakukan memahami permasalahan, proses terahkir adalah membuat kesimpulan.Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa ditemukan 13 fungsi karakter antagonis terhadap protagonis yaitu Kekerasan (δ), Pengintaian (E), Pengiriman (Ϛ), Tipu daya (η), Keterlibatan (Θ), Kejahatan/ Kekuranagan (A), Mediasi (B), Tindakan balasan (C), Perjuangan (H), Kemenangan (I), Pengejaran (Pr), Pemaparan (Ex), Hukuman (U). Tindakan tersebut mempunyai alasan dan tujuan yang mendorong untuk berbuat. Pembuatan tokoh antagonis utama pada Gita dibuat sesuai logika dalam keadaan yang terjadi dalam cerita “Cinta dan Rahasia season 1”. Bukti kelogisan karakter antagonis utama dapat ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan mengandung nilai negatif dan juga positif. Tindakan negatif lebih banyak dilakukan namun tindakan positif juga hampir sama banyaknya. Tindakan negatif sebesar 58% dan tindakan positif sebesar 37%. Tindakan positif sangat signifikan menunjukan bahwa karakter antagonis tidak selamanya hanya menunjukan sisi negatifnya, namun seperti halnya karakter manusia yang memiliki sisi positif juga perlu ditunjukan.
MEMBANGUN KEDALAMAN RUANG SEBAGAI REPRESENTASI KONFLIK INTERNAL DALAM PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “HUMA AMAS” Muhammad Al Fayed; Dyah Arum Retnowati; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.549 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i1.5093

Abstract

ABSTRAKFilm fiksi atau film cerita adalah suatu film yang biasa digunakan untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan masyarakat setiap harinya. Film fiksi “Huma Amas” ini bertujuan untuk menyuarakan isu yang terjadi di Kalimantan Timur yaitu tentang lingkungan dan masyarakat kecil khususnya daerah sekitar tambang batubara.Karya film fiksi ini dalam visualisasinya menggunakan kedalaman ruang (depth of field) yang berbeda-beda sebagai representasi konflik internal tokoh utama. Hal ini bertujuan untuk memberikan impresi, makna, nuansa, emosional karakter dan memberikan penekanan konflik tokoh utama. Objek yang diangkat dalam karya film fiksi ini adalah masalah seorang petani yaitu Pak Yusni yang harus mengalami kebimbangan dan harus memilih untuk menjual tanah sawahnya kepada pihak tambang batubara atau mempertahankannya demi harta warisan keluarga.Kedalaman ruang (depth of field) dan focal length pada lensa juga ikut meningkat dari penggunaan focal length 16mm hingga 200mm. Meningkatnya focal length pada lensa dapat memberikan efek ilusi depth yang diciptakan dari lensa. Kata Kunci : Penyutradaraan, Kedalaman Ruang, Konflik Internal, Film Fiksi.