S. Prawirodigdo
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek Sidomulyo, Kabupaten Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

INTRODUKSI DAUN KERING LEGUMINOSA POHON SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM PAKAN-KOMPLIT UNTUK TERNAK DOMBA DARA Nuschati, Ulin; Utomo, Budi; Prawirodigdo, S.
Caraka Tani - Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol 25, No 1 (2010)
Publisher : Caraka Tani - Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suatu  penelitian  dilakukan  untuk  menguji  pengaruh  tiga  formula  pakan  komplit  menggunakan sumber  protein daun lamtoro  (Pakan1),  glirisidia  (Pakan2),  dan kaliandra  (Pakan3)  terhadap  penampilan reproduksi domba ekor tipis.  Penelitian menggunakan 18 ekor domba dara ekor tipis (kira-kira berumur 8 bulan)  yang  ditempatkan   dalam  ruangan  bersekat  (individual)   pada  kandang  pangung  milik  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah di Ungaran.  Masing-masing ternak secara acak diberi salah satu di antara ketiga macam pakan percobaan tersebut.  Di samping itu penelitian ini juga menggunakan 3 ekor pejantan  domba ekor gemuk.   Variabel yang dievaluasi  antara lain konsumsi  pakan, pertumbuhan ternak,  umur  awal  kawin,  bobot  awal  kawin  serta  tingkat  kebuntingan   ternak.     Hasil  penelitian menunjukkan bahwa domba dara yang diberi Pakan2  mengkonsumsi bahan kering pakan (535,7 g/h) lebih tinggi  (P<0,05)  dari  pada  yang  menerima  Pakan1   (489,7  g/h)  maupun  Pakan3   (500,3  g/h).    Data  ini menjelaskan bahwa palatabilitas Pakan2  adalah yang terbaik di antara ketiga pakan percobaan.  Konsisten dengan  itu, pertambahan  bobot hidup (37,4 g/h) dan bobot  kawin awal (17,88  kg) domba  yang diberi pakan komplit daun glirisidia (Pakan2) juga lebih tinggi (P<0,05) dari yang menerima Pakan1  (21 g/h dan 15,88kg)  maupun yang mengkonsumsi  Pakan3  (20,4 g/h dan 16,37 kg).   Meskipun  demikian,  pengaruh perbedaan penggunaan daun leguminosa kering dalam pakan terhadap tingkat kebuntingan ternak domba tidak bermakna  (66.7% : 66,7% : 60%, masing-masing  untuk ternak yang menerima  Pakan1  : Pakan2  : Pakan3).  Secara keseluruhan penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan daun leguminosa kering sebagai sumber protein dalam pakan komplit pada perbibitan domba tidak menimbulkan  dampak negatif.
IMPLEMENTATION OF AN ADEQUATE FEED PRINCIPLE IN THE DIET FORMULATION FOR FATTENING BEEF CATTLE Prawirodigdo, S.; Nuschati, Ulin; E.M., Herwinarni
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Implementasi Prinsip Kecukupan Zat Gizi Dalam Formulasi Pakan Penggemukan Sapi Pedaging. Suatupercobaan dilakukan untuk menguji implementasi prinsip kecukupan zat gizi dalam formulasi pakan penggemukansapi pedaging menggunakan bahan lokal. Penelitian menggunakan 18 ekor sapi jantan Peranakan Ongole berbobotawal 294.997 + 4.833 kg, milik Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, KabupatenWonogiri. Ternak dipelihara dalam satu kandang bersekat individual dan dialokasikan secara acak ke dalam salahsatu di antara perlakuan pakan kecukupan zat gizi formula 1 dan 2 (AFB1& AFB2)atau pakan tradisional formulapetani (Tradisional). Bahan pakan percobaan terdiri dari ubi singkong kering, dedak padi, ampas tahu, jeramipadi, tetes tebu, dan rumput gajah. Pakan diransumkan 2 kali/hari, dan air tersedia ad libitum. Hasil penelitianmenunjukkan perbedaan konsumsi yang bermakna (P<0,05) di antara ketiga pakan percobaan (5908 g: 5595 g: 7324g masing-masing untuk AFB1: AFB2:Tradisional). Ditemukan bahwa rataan pertambahan bobot hidup harian sapijantan yang menerima AFB1(785 g/h) lebih tinggi (P<0,05) daripada yang mengkonsumsi AFB2:(629 g/h) maupunTradisional (547 g/h). Secara konsisten konversi pakanAFB1 (7.5) juga lebih baik (P<0,05) dari padaAFB2(8,9)maupun Tradisional (13,4). Hasil penelitian mengkonfirmasikan bahwa formulasi pakan untuk penggemukansapi pedaging berpedoman pada prinsip pakan kecukupan zat gizi lebih efisien dari pada pakan tradisional.Kesimpulannya, bahan pakan lokal yang terdiri dari produk dan limbah pertanian berguna untuk pakan penggemukansapi pedaging. Meskipun demikian, untuk formulasinya diperlukan implementasi prinsip pakan kecukupan zat gizi.Kata kunci: Pakan, penggemukan sapi pedaging, formulasi pakanAn experiment was performed to examine the implementation of an adequate feed principle for formulatingbeef cattle fattening diet using the local feedstuffs. The experiment employed 18 Ongole Cross Bull of about294.997 + 4.833 kg of average initial live weight which were provided by the Mekar Sari Farmers Group atNgadirejo Village of Eromoko Sub-District in Wonogiri District. The experimental animals were pennedindividually and allotted to receive either one of Adequate Feed forBull1(AFB1),Adequate Feed forBull2(AFB2),or the Traditional feed. The experimental diets were consisted of local dry cassava tuber, rice bran,soybean curt by products, rice straw, molasses, and elephant grass. Diets were offered in 2 meals/d, and waterwas available ad libitum. Results showed that there were significant (P<0.05) difference between daily feedconsumption (5908 g: 5595 g: 7324 g forAFB1: AFB2:Traditional diets, respectively). The daily weight gainof bulls consuming theAFB1diet (785 g) was significantly (P<0.05) higher than in the bulls fedAFB2diet (629g) or the Traditional diet (547 g). Consistently, feed conversion ratio ofAFB1diet (7.5) was better (P<0.05)thanAFB2or (8.9) or the Traditional diets (13.4). The experimental results confirmed that the formulated dietfor fattening beef cattle based on the adequate feed principle is more efficient than the Traditional diet. Inconclusion, the local feedstuffs consist of the agricultural product and by product were useful for performingbeef cattle fattening. However, implementation of the adequate feed principle for diet formulation is necessary.Key words: Feed, fattening beef cattle, diet formulation 
PERTUMBUHAN TERNAK DOMBA JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG KULIT UBI SINGKONG DIFERMENTASI Prawirodigdo, S.; Herawat, Tati; Utomo, B.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 3 (2010): November 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Growth Performance of Rams Fed Diet Containing Fermented Cassava Tuber Peel. There is a largeamount of cassava (Manihot esculenta) tuber peel (CTP) that has not been used intensively for feedstuff inIndonesia yet. It was considered that the present of cyanide prohibits the use of CTP for feed. An experiment wasperformed to evaluate the prospect of fermented CTP inclusion in the diet for growing ram. The study employed18 heads of growing Javanese Thin Tailed male rams of 4 months old having 12.5 + 1.5 kg initial body weight. Theexperimental animals were housed in an elevated barn, penned individually, and randomly allocated into either oneof three experimental diets namely traditional diet containing elephant grass + 300 g air dried CTP/daily ration/head(DCTP), formulated diets contained 200g fermented CTP/daily ration/head (FCTP1), and contained 300g fermentedCTP/daily ration/head (FCTP2).Results showed that, there were significant distinctions (P<0.01) between feedintake of rams fed DCTP (677g/d),FCTP1(697g/h) andFTP2(739g/h) diets. It was determined that weight gainof sheep consumingFCTP1diet (56g/h) higher (P<0.05) than the sheep fed DCTP (47g/h) as wellFCTP2(43g/h)diets. Consistently, feed conversion ratio ofFCTP2diet (12.5) was also better (P<0.05) than that of DCTP (14.4) orFCTP2 (17.2). In conclusion, HCN concentration in the diet seems to influent growth rate of sheep. It was confirmedthat the fermented cassava tuber peel is useful to overcome limited feedstuff for sheep particularly during the dryseason. Among the experimental diets inclusion of 200g fermented CTP in the diet of growing ram was superior.Key words: Cassava tuber peel, diet, ram, growth rateKulit ubi singkong (Manihot esculenta) yang kuantitasnya banyak belum dimanfaatkan secara intensifuntuk bahan pakan ternak. Hambatan pemanfaatan bahan ini adalah terdapatnya substansi sianida yang dapatmembahayakan kesehatan ternak. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi prospek introduksi kulitubi singkong yang difermentasi ke dalam pakan ternak domba sedang tumbuh. Penelitian menggunakan 18 ekorDomba Jawa Ekor Tipis jantan berumur 4 bulan dengan bobot badan 12,5 + 1,5 kg. Ternak percobaan dikandangkandalam ruangan bersekat individual kemudian masing-masing secara acak diberi salah satu di antara tiga macampakan percobaan: Formula pakan tradisional petani (FPTP) yang mengandung 300g kulit ubi singkong kering, pakanmengandung 200g atau 300g kulit ubi singkong difermentasi (KSF1 atau KSF2).Hasil penelitian menunjukkan bahwakonsumsi bahan kering pakan FPTP (677g/h), KSF1 (697g/h) dan KSF2 (739g/h) berbeda nyata (P<0,01). Ditemukanbahwa pertambahan bobot badan ternak domba yang mengkonsumsi pakanKSF1(56g/h) lebih tinggi (P<0,05) daripada yang diberi pakan FPTP (47g/h) maupunKSF2(43g/h). Secara konsisten, nilai konversi pakanKSF2(12,5)juga lebih baik (P<0,05) dari konversi pakan FPTP (14,4) maupunKSF2(17,2). Kesimpulannya adalah bahwakonsentrasi HCN dalam pakan menentukan penampilan pertumbuhan ternak domba. Dari sisi implementasinya dapat dikonfirmasikan bahwa kulit ubi singkong yang difermentasi dapat digunakan sebagai salah satu solusi untukmembantu mengatasi masalah paceklik pakan ternak domba pada musim kemarau. Dalam penelitian ini porsi terbaikuntuk introduksi kulit ubi singkong yang difermentasi dalam campuran pakan ternak domba adalah 200g/ekor/hari.Kata kunci: Kulit ubi singkong, pakan, domba jantan, pertumbuhan
Technology Innovation Of Organic Waste Decomposition In Providing Feedstuffs Prawirodigdo, S.; Utomo, B.
Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Indonesian Animal Sciences Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.501 KB) | DOI: 10.14334/wartazoa.v21i2.982

Abstract

Previous investigations in Indonesia indicated that an inactive ovary was a chronically reproduction problem in ruminants. There was a tendency that nutrition deficiency inhibited ovulation, oestrus occurrence, and conception in ruminants. Obviously, there is a correlation between sufficient nutrient consumption and reproduction performance of such animals. Thus, application of the production/reproduction technology innovation for improving ruminant’s productivity in the villages needs to be supported by the availability of sufficient feed. Whilst, there is a competition among ruminants in fulfilling feed requirement. On the other hand, there are large amounts of organic waste of food and plantation estate industries which are potential for non-traditional feedstuffs. The examples of such organic wastes are: 4,817,630 ton dry matter (DM) of cacao pod, 314,042.51 ton DM of coffee pulp and hulls, and 29,700,000 ton DM of palm frond, leaves and trunks. Unfortunately, such materials contain anti-nutritive substance. Nevertheless, technology innovation for decomposing organic waste is available and its validity has been proven to be satisfactory and appropriate. Regarding the limitation of feedstuffs, introduction of technology innovation for organic waste decomposition to provide feed for improving livestock productivity is promising to be applied. Key words: Decomposition technology, organic waste, productivity, ruminants