Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MEDAN MAKNA RASA MATA DALAM BAHASA BUGIS BONE NFN Darmawati M.R.
TELAGA BAHASA Vol 2, No 1 (2014): TELAGA BAHASA VOL.2 NO.1 TAHUN 2014
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v2i1.7

Abstract

Tulisan ini bertujuan menggambarkan medan makna rasa mata dalam bahasa Bugis Bone sebagai satu bahasa daerah yang terdapat di Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan analisis metode distribusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 16 medan makna rasa mata yang mewakili empat kategori, yaitu rasa yang disebabkan oleh cahaya, rasa yang disebabkan oleh masuknya benda tertentu, rasa yang disebabkan oleh penyakit, dan rasa yang disebabkan oleh keadaan (mengantuk, marah, menangis). Keempat kategori ini bukan merupakan superordinat dari leksem-leksem yang ada di dalam medan makna rasa pada mata ini karena leksem-leksem tersebut berupa verba.  This study aimed to describe the lexem covered in semantic field of feeling on eyes in Buginese, one language we can find in South Sulawesi. Data were collected through observasion and analysis of distribution method. The result shown that semantic field of feeling on eyes comprises semantic component that represented four categories, , which are feeling caused by light; things, and sleepy and caused by certain situations such as mad, and sad.These categories are not superordinat of lexemes because those lexemes are verb.
PROFIL KEBAHASAAN NELAYAN BUGIS DI TINOBU, SULAWESI TENGGARA: POLA-POLA PENGGUNAAN BAHASA NFN Darmawati M.R.
Kandai Vol 11, No 2 (2015): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.628 KB) | DOI: 10.26499/jk.v11i2.225

Abstract

Keberadaan Nelayan Bugis di Tinobu, Sulawesi Tenggara, di domain bahasa berbeda (bahasa Tolaki) memicu timbulnya fenomena kebahasaan yang menarik untuk dikaji lebih jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil kebahasaan Nelayan Bugis di Tinobu, Sulawesi Tenggara, khususnya pola-pola penggunaan bahasa yang mereka gunakan pada ranah keluarga, ketetanggaan, jual-beli, pendidikan, dan kantor. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan Bugis yang berdomisili di Desa Tinobu. Sampel dalam penelitian dipilih melalui block sampling. Dari desa Tinobu ditarik 120 orang responden, masing-masing mewakili orientasi penggunaan bahasa dari kriteria umur. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan, data dikumpulkan melalui teknik perekaman, observasi, wawancara, dan angket. Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh perhitungan persentase sederhana. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada dari tiga bahasa yang terdapat di Tinobu (BB-Bahasa Bugis, BIBahasa Indonesia, dan BT-Bahasa Tolaki), tiga pola penggunaan bahasa Nelayan Bugis di Tinobu, Sulawesi Tenggara, yaitu 1) bahasa Bugis, bahasa Indonesia dan bahasa Bugis campur dengan bahasa Indonesia atau BB-BI-BC, 2) bahasa Bugis, bahasa Indonesia, bahasa Tolaki, dan bahasa Bugis campur dengan bahasa Indonesia dan bahasa Tolaki atau BB-BIBT-BC, dan 3) bahasa Indonesia dan bahasa Tolaki, dan bahasa Indonesia campur dengan bahasa Tolaki, atau BI-BT-BC. BB masih digunakan secara dominan di ranah keluarga, ranah ketetanggaan, dan ranah pekerjaan.Sementara itu bahasa Indonesia dominan digunakan pada ranah jual beli, ranah pendidikan, dan kantor.
ALIH KODE DALAM KONTEKS PERCAKAPAN GURU DI MAN 3 MAKASSAR NFN Darmawati M.R.
Kandai Vol 9, No 2 (2013): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.857 KB) | DOI: 10.26499/jk.v9i2.300

Abstract

Penelitian ini memaparkan bentuk-bentuk alih kode yang terjadi dalam konteks percakapan guru-guru di MAN 3 Makassar, topik-topik apa saja yang mendorong terjadinya alih kode di antara mereka, dan seberapa sering seorang penutur beralih kode. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, dengan data yang terdiri dari data primer berupa para responden, yakni guru-guru penutur bahasa Bugis di MAN 3 Makassar, dan data sekunder berupa rujukan yang berkaitan dengan topik penelitian. Data dikumpulkan melalui perekaman dan observasi.Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan yang terjadi selama perekaman, yang menunjukkan gejala alih kode. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pada situasi dan tuturan yang terjadi dalam percakapan antara guru-guru di MAN 3 Makassar ini, alih kode muncul dalam situasi informal.Pada umumnya, penutur menggunakan bahasa Indonesia dialek Makassar yang ditandai dengan kehadiran klitika ko, ki,mi,klitika kepunyaan ta, morfem yang berbentuk silabik di, serta penggunaan kata edede, kapang dan beng. Alih kode terjadi pada 10 topik yang muncul, yaitu topik mengenai golongan dan kepangkatan, perincian gaji, pengembalian buku latihan, bertanya, pemilihan umum, pembagian kalender, baju seragam, konsultasi jurusan, kemampuan bahasa Inggris, dan masakan. Tingkat frekuensi alih kode yang terjadi sangat tinggi karena didorong oleh situasi yang informal.