Abstrak:Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan keberterimaan bentuk pengindonesiaan kata dan ungkapan asing di kalangan Pejabat Eselon 3 SKPD se-Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang berisi lima puluh kata dan ungkapan asing dan bentuk yang telah diindonesiakan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik presentase skala lima dengan kriteria “(rata-rata ≥ 83,33); “berterima”, “(66,66≤rata-rata83,33%); “cukup berterima”, dan “(66,66%); “kurang berterima”. Dari 50 bentuk pengindonesiaan yang diajukan, hanya 24% responden yang memilih bentuk pengindonesiaan kata dan ungkapan asing, selebihnya atau 76% masih menggunakan bentuk asing. Di sisi lain, kriteria keberterimaan bentuk pengindonesiaan tersebut terdapat 2 kata dan ungkapan (4%) yang berkriteria berterima, yaitu kata mebel dan parkir gratis. Kriteria cukup berterima sebanyak 1 kata dan ungkapan (2%), yaitu makanan siap saji. Sementara itu, yang termasuk kriteria kurang berterima sebanyak 47 kata (94%), termasuk di dalamnya 8 kata dan ungkapan yang 100% digunakan bahasa asingnya, yaitu jasa boga, layanan pembersihan, pangkalan data, tajuk berita, komputer jinjing, kudapan, piranti lunak, dan peralatan tata suara. Adapun alasan responden yang paling dominan dalam memilih kosakata asing daripada bentuk padanan katanya dalam bahasa Indonesia adalah karena mengetahui makna bentuk asing tersebut, sudah terbiasa menggunakannya, dan sering melihat serta mendengar bentuk asing tersebut.