This article analyzes Masdar Farid Mas'udi's view on the reconstruction of the concepts of qaṭ'iy and zanniy in the epistemology of Islamic law. Masdar categorizes benefits and teachings that are universal as qaṭ'iy (absolute) categories, while technical and elaborative teachings as zanniy (assumptive) categories. Based on this concept, Masdar formulated a methodology of Islamic law reasoning that makes benefit as the main reference and puts technical teachings as its support. Consequently, the standard of teachings (qaṭ'iy) that are technical in nature can be modified and annulled if they are deemed to be contrary to the benefit. Masdar's view is quite contrasted with the concepts of qaṭ'iy and zanniy in the view of ushul fiqh experts which do not refer to mere benefit, but the reference in determining qaṭ'iy and zanniy in the views of experts is the semantic aspect (dalâlah) and source authenticity (tsubût). a religious text. The results of this study conclude that there are essential differences in definition and implementation between the concepts of qaṭ'iy and zanniy carried by Masdar and the concepts of ushul fiqh experts in general.Keywords: Qaṭ'iy; Zanniy; Masdar Farid Mas'udi; Maslahat; Islamic Law AbstrakArtikel ini menganalisis pandangan Masdar Farid Mas’udi tentang rekonstruksi konsep qaṭ’iy dan ẓanniy dalam epistemologi hukum Islam. Masdar mengkategorikan kemaslahatan dan ajaran yang bersifat universal sebagai kategori qaṭ’iy (absolut) sedangkan ajaran yang bersifat teknis dan jabaran sebagai kategori ẓanniy (asumtif). Berdasarkan dari konsep tersebut, Masdar merumuskan metodologi penalaran hukum Islam yang menjadikan kemaslahatan sebagai acuan utama dan meletakkan ajaran yang bersifat teknis sebagai penyokongnya. Konsekuensinya, ajaran baku (qaṭ’iy) yang bersifat teknis dapat modifikasi dan dianulir apabila dianggap bertentangan dengan maslahat. Pandangan Masdar tersebut cukup kontras dengan konsep qaṭ’iy dan ẓanniy dalam pandangan para pakar ushul fikih yang tidak mengacu pada kemaslahatan semata, namun acuan dalam menentukan qaṭ’iy dan ẓanniy dalam pandangan para pakar adalah aspek semantik (dalâlah) dan autentisitas sumber (tsubût) suatu teks keagamaan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan esensial secara definisi maupun implementasi antara konsep qaṭ’iy dan ẓanniy yang diusung Masdar dengan konsep para pakar ushul fikih pada umumnya.Kata kunci: Qaṭ’iy, Ẓanniy; Masdar Farid Mas’udi; Maslahat; Hukum Islam