Claim Missing Document
Check
Articles

MENCAPAI KEBAHAGIAAN BERSAMA DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Prihartanti, Nanik
Jurnal Psikologi Indonesia No 01 (2008): Jurnal Psikologi Indonesia No.1, 2008
Publisher : Jurnal Psikologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk, terdiri atas suku-suku bangsa. Dalam masyarakat majemuk, adanya batas-batas sukubangsa yang didasari oleh stereotype dan prasangka menghasilkan penjenjangan sosial secara primodial yang subjektif. Konflik-konflik antar etnik dan antar agama yang terjadi, pada dasarnya berintikan pada permasalahan hubungan antara etnik asli setempat dengan pendatang. Konflik-konflik itu terjadi karena adanya pengaktifan jati diri etnik untuk solidaritas memperebutkan sumberdaya yang ada. Dengan adanya stereotipe dan prasangka serta ideologi keetnikan, masyarakat menjadi lebih mudah saling cakar daripada berangkulan, lebih mudah saling curiga daripada saling mempercayai, lebih mudah bertengkar daripada bersahabat, lebih mudah menerjang daripada memberi jalan dan seterusnya. Berkaitan dengan masalah ini, ada baiknya kita terus mencoba berbagai macam pengetahuan untuk mewujudkan perdamaian masyarakat. Salah satu sumber pengetahuan yang bersifat natural, halus, dan mengajarkan rasa damai, persaudaraan, serta kebahagiaan, adalah ”kawruh jiwa”-nya Ki Ageng Suryomentaram. Konsep pendekatan ukuran keempat dikenalkan oleh Ki Ageng Suryomentaram sebagai pendekatan yang mampu mempromosikan kebahagiaan bagi umat dalam hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat majemuk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dengan ukuran keempat (dimensi IV) itu seseorang yang ada pada tahapan tersebut selain mengerti diri sendiri, mengerti hukum-hukum alam, juga mengerti rasa (raos) orang atau pihak lain. Ukuran keempat adalah salah satu alat dalam rasa seseorang yang dapat dipergunakan untuk merasakan rasa orang lain.Bergaul dengan orang lain, berarti kita berhadapan dengan rasa atau perasaaan orang lain. Seseorang yang mulai menginjak dewasa semestinya mulai meninggalkan sifat-sifat egoistik dan memasuki keinginan-keinginan untuk berbuat baik bagi orang lain. Individu dan masyarakat bukan dua badan terpisah, melainkan satu keutuhan. Untuk dapat hidup berdampingan secara damai dan bahagia di tengah masyarakat majemuk, hal yang pertama kali harus diusahakan adalah mendewasakan individu-individunya terlebih dahulu. Dewasa dalam arti mampu bertumbuh sampai pada identitas manusia tanpa ciri. Konsep hidup bahagia yang dimaksud Ki Ageng adalah hidup bahagia bersama. Bukan bahagia sendiri lalu orang lain tidak bahagia. Seseorang mustahil dapat hidup bahagia tanpa berusaha mendukung kebahagiaan orang lain. Dengan pendekatan ukuran keempat itu diharapkan tata kehidupan masyarakat menjadi lebih sehat dan bahagia. Pengembangan ukuran keempat diharapkan menyebabkan tata pergaulan menjadi lebih halus, penuh kasih sayang, sehat, dan indah.Kata kunci: stereotype, kawruh jiwa, ukuran keempat, Kramadangsa, juru catat.
KONSEP MAWAS DIRI SURYOMENTARAM DENGAN REGULASI EMOSI Pratisti, Wiwien Dinar; Prihartanti, Nanik
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 13, No 1: Februari, 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Multidisciplinary study is often conducted to investigate emotions. Research on emotions focuses on the situation, behavior and beliefs that underlie the emergence of emotion, and not on the emotion itself. Research on emotion not only examine the types of emotions alone but is associated with the situation, behaviors, and beliefs. It is inseparable from emotion regulation system that is owned by someone. Gross & Thompson and Kalat & Shiota state that emotion regulation may serve as a coping strategy to face psychological distress. Prihartanti’s research shows that in Javanese culture (Suryomentaram concept), a healthy person must be a able to adapt to the environment with introspective methods. Theoretically, the introspective method is similar to the concept of emotion regulation version of western culture. Therefore, this study intends to study the difference between the two concepts.The research method used is a comparative study using two approaches, namely qualitative and quantitative. A qualitative approach was conducted in the first year with the aim of acquiring data directly from the field then compiled into a gauge or scale. Quantitative approaches were used to examine differences between the introspective emotion regulation. Result shows that there are differences and similarities between the concepts of introspection in Suryomentaram with emotion regulation. The similarity lies on the ultimate goal, role and function, cognitive approaches and generalizations, while the difference lies in the step or process.
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BOYOLALI Kusrini, Woro; Prihartanti, Nanik
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 15, No 2: Agustus, 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study deals with the relationships of social support and self confidence with the English language achievement of eight grade students of State Junior High School 6 Boyolali. The purpose of this study was to determine (1) the relationship of social sup- port and confidence with the English language student achievement; (2) the relation- ship of social support to the achievement of English language students, and (3) the relationship of confidence with the English language student achievement. The popula- tion of this study was all eighth grade students of State Junior High School 6 Boyolali, amounting to 201 students and the number of samples were 132 students taken by proportional random sampling technique. This study uses the method of documentation and questionnaire as data collection technique, while the technique of data analysis in this study was the Pearson correlation and multiple linear. The results showed as fol- lows: (1) there is a relationship of social support and self confidence with the English language student achievement (F-test = 222.948); (2) there is a relationship of social support to the students’ English achievement (r = 0.445 with p<0.05); (3) there is a relationship of self confidence with the English language student achievement (r = 0.445 with p<0.05).
PERANAN MUSYAWARAH GURU PEMBIMBING (MGP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PEMBIMBING SMP KABUPATEN BOYOLALI Winarno, Agus; Prihartanti, Nanik
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 14, No 1: Februari, 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purposes of this study are to (1) identify the contribution of teacher advisory association in developing teachers’ competence and (2) identify the management implemented for teacher development. This is a qualitative descriptive study. The setting of the study is Junior High School of Boyolali district central Java. The subjects of this study are 80 teacher advisors, 11 Managers, and 8 headmasters. The data are collected through questionnaire, observation, and documentation. The results indicates that the existence of teacher association is needed for teacher advisors as a forum to develop teacher professionalism. Teacher Association has a great contribution to enhance the teachers’ competences, including professional, pedagogic, social, and rersonality competence. Various types of counseling skills practiced in this forum. Good management helps improve the professionalism of teachers. In conclusion, teacher association has great contribution to develop the professionalism of teacher advisor. The teachers who are active in this association can develop their competencies and good management of this association gives good results in the teacher development.
WILLINGNESS TO COMMUNICATE IN ENGLISH: A CASE STUDY OF INDONESIAN UNIVERSITY STUDENTS ,, Muamaroh; Prihartanti, Nanik
Kajian Linguistik dan Sastra Vol 25, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.965 KB)

Abstract

This paper describes Indonesian university student’s willingness to actively engage in English language learning and their self-reported anxiety levels. The objectives of this study are to describe the willingness of Indonesian students to communicate in English, and to explain the relationship between anxiety and willingness to communicate in English. The participants of this study are 426 students of Bachelor’s Degree in Muhammadiyah University of Surakarta (UMS). The instruments used to gather data are questionnaire and interview. Quantitative data is analized using regression analysis (ANAREG) and qualitative data is analyzed using descriptive analysis. The results of the study show that their willingness to communicate in English is very low (scored 14.21 on WTC scale) while their anxiety is at moderate level (scored 39.66 on FLCAS scale). Only half of the students (51%) have low willingness to communicate in English. More than half (68%) of students indicate that their language anxiety influences their willingness to communicate in English, while 12% of them does not show that their anxiety influence their linguistic behavior. This study finds a significant  elationship between language anxiety and willingness to communicate.
PELATIHAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGURANGI GANGGUAN PENYESUAIAN DIRI Prihartanti, Nanik
Indigenous Vol. 2, No. 2, November 1995
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/indigenous.v2i2.4746

Abstract

The satisfying adjustment can be achived if the individual has a problem solving skilll to cope with his tensionn, frustation and conflicts. The problem solving skill can be acquired through training. Besides, one of the determining factors to adjustments is the local culture.The purpose of this study is to find out whether the wayang and the teaching of Suryomentaram as the material of the problem solving training is effective to reduce adjustment disorder.          Twenty interested students of the Faculty of Psychology were involved in this study 10 students were the experimental group and the other 10 students were waiting list acted as the control group. The problem solving training was given to the experimental group about two hours per day for three days successicely. The problem solving training was also given to the control group but after the experiment had finished. The effectiveness of treatment was evaluated three times: pre-test, post-test and the follow up (three months later). The measurements used were M.E.test, Self Concept Scale and Live Satisfaction Scale. In addition, they were asked to answer the material and the treatment evaluation questionnaires.          The results of this research showed that problem Solving Training could reduce adjustment disorder and it retained after 3 months. Thus it can be effective to reduce adjustment disorder. In this respect, the material of the teaching of Suryomentaram had the biggest aplication value compered with other material in the problem Solving Training to reduce adjustment disorder. It suggests that to deal with the problem of adjustment, the most suitable intervention is something that which is is accordance with the local socio-cultural entities.
PERILAKU KONFORMITAS MASYARAKAT BADUY Mulyanto, Mulyanto; Prihartanti, Nanik; Moordiningsih, Moordiningsih
Indigenous Vol. 8, No. 1, Mei 2006
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/indigenous.v0i0.4690

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika perilaku konformitas masyarakat Baduy. Bagaimana bentuk-bentuk konformitasnya? Mengapa hal tersebut dianggap penting ditengah kondisi yang serba praktis sebagai ciri khas modernitas? Hasil penelitian ini mengemukakan bentuk-bentuk konformitas dalam masyarakat Baduy memiliki makna fungsional dan makna filosofis yang cukup dalam, baik dari bentuk perilaku, penampilan, maupun dalam bentuk pandangan. Masyarakat Baduy bahkan menganggap konformitas bukan suatu kekalahan individu oleh kelompok, melainkan ekspresi aktualisasi diri yang justru membuat individu menjadi lebih berharga karena telah berarti bagi banyak orang. Pada budaya Baduy, konformitas tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang baik, konformitas bahkan menjadi prasyarat keberhasilan fungsinya tatanan budaya, tatanan kelompok, dan hubungan interpersonal warga Baduy.
Gangguan Penyesuaian Diri pada Kaum Homoseksual Andara, Della; Prihartanti, Nanik; Karyani, Usmi
Indigenous Vol. 6, No. 2, November 2002
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/indigenous.v0i0.4624

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil gangguan penyesuaian diri pada kaum homoseksual dan memahami dinamika psikologis proses terjadinya gangguan penyesuaian diri pada kaum homoseksual. Subjek penelitian berjumlah 50 orang homoseks yang diambil dengan teknik purposive sampling. Ciri-ciri subjek adalah berusia lebih dari atau sama dengan 22 tahun, pendidikan SMA, dan anggota JLGI (Jaringan Lesbian dan Gay Indonesia) di Solo. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu Test Manson Evaluation, observasi dan wawancara. Data skor ME dan observasi dianalisis dengan analisis deskriptif dan data yang diperoleh dari wawancara dianalisis dengan metode induksi terhadap isi (content analysis) jawaban subjek. Hasil analisis menunjukkan bahwa gangguan penyesuaian diri yang paling menonjol ditunjukkan oleh aspek kecemasan (skor rata-rata 9,48) dan kegagalan sosial (skor rata-rata 9,34) serta 46% subjek mengalami gangguan penyesuaian diri yang tinggi (stanel 7-10).
Pengaruh Pelatihan Regulasi Emosi Terhadap Kebahagiaan Remaja Panti Asuhan Yatim Piatu Aesijah, Siti; Prihartanti, Nanik; Pratisti, Wiwien Dinar
Indigenous Vol. 1 No. 1, Mei 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/indigenous.v1i1.1792

Abstract

Kebahagiaan merupakan gambaran emosi positif dan negatif (afektif) dan kepuasan hidup seseorang terhadap keseluruhan kehidupan. Hasil dari studi awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kehidupan anak di panti asuhan cenderung mengalami emosi negatif dibanding emosi positif, serta sering mengeluhkan kehidupannya. Terdapat beberapa intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan emosi positif dan kepuasan hidup, salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan emosi negatif dan meningkatkan emosi positif sekaligus meningkatkan kepuasan hidup adalah dengan pelatihan regulasi emosi. Pelatihan regulasi emosi berisi memonitor emosi, mengevaluasi emosi dan memodifikasi emosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi terhadap kebahagiaan remaja panti di Panti Asuhan Anak Yatim Piatu Daarul Hadlonah YKMNU Kendal. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan desain Randomized Control Group Pretest-Pots Tets Design. Subjek penelitian ini adalah remaja panti asuhan yatim piatu berusia 13-16 tahun, jumlah subjek 19 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kebahagiaan remaja panti asuhan yatim piatu.Kata kunci: kebahagiaan, regulasi emosi, yatim piatu
DINAMIKA PSIKOLOGIS NARAPIDANA ANAK PELAKU PEMBUNUHAN: STUDI KASUS DI LAPAS ANAK KUTOARJO Alifah, Arinal Maftukh; Prihartanti, Nanik; Rosyidi, Imron
Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa penelitian kriminalitas remaja menyebutkan bahwa pelaku kejahatan kekerasan yang masih berusia anak-anak  banyak yang berasal dari rumah yang tidak harmonis, anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi rendah, anak-anak dengan akses senjata tanpa pengawasan yang cukup, anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dan pengabaian, serta anak yang menggunakan atau menyalahgunakan zat adiksi terlarang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika psikologis narapidana anak pelaku pembunuhan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 anak laki-laki narapidana pelaku pembunuhan, pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling. Karakterstik informan sebagai berikut : a) Seorang narapidana anak, b) laki-laki, c) Berusia antara 8-18 tahun, d) Belum menikah, e) Berada dalam pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Anak di Kutoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek psikologis yang mempengaruhi anak di bawah umur melakukan pembunuhan di antaranya kecemasan, kecenderungan gangguan patologis, frustasi, tertekan, konflik dan balas dendam. Adapun faktor eskternal yang mempengaruhi anak di bawah umur melakukan pembunuhan adalah kondisi keluarga yang tidak harmonis, pengaruh teman sebaya, dan diperberat oleh alkohol serta teradiksi judi online. Aspek psikologis dan faktor eksternal yang melatarbelakangi anak melakukan pembunuhan memiliki hubungan korelasional.