Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

A retrospective clinicopathologic study of lichen planus and lichenoid lesions in the oral cavity Primasari, Ameta
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 21, No 3 (2009): November
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.797 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol21no3.14108

Abstract

Lichen planus is a common oral disorder which may represent the manifestation of varies clinical presentation and microscopic findings. In this retrospective study of 86, cases of oral lichen planus (OLP) were compared with 73 cases of oral lichenoid lesions (OLL). Various clinicohistopathological features were studied. The object of this study was to compare clinical and microscopic findings in order to present evidence that supports the position of true lichen planus. Biopsy specimens were obtained from every patient. The biopsy specimens were fixed in 10 percent formalin, embedded in paraffin, sectioned at 4 microns and stained by means of routine hemotoxylin and eosin procedures. The histologic specimens were examined and evaluated without knowledge of clinical findings. The mean age at presentation of patients with OLP was 42.5 years as compared to 47.0 years for OLL. There was no significant difference between the ethnic groups, site of lesions and the distribution of the clinical presentation. Compare to histopathologic findings, there were only 55% clinical and histological agreement in this study, this because of using strict criteria for oral lichen planus there could be an over diagnosis lesions. This study showed that there were no reliable clinical and histopathological features which could differentiate OLL from OLP. The features in the OLL group were non specific. The patient’s medical history, oral habits or psychological status appeared to be able to alter the classical clinicopathological findings.
EROSI GIGI PADA ANAK USIA REMAJA DI SMP RAKSANA MEDAN Primasari,, Ameta; Juliani, Uta
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 9 No 3 (2015): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Januari-April 2015
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.063 KB)

Abstract

Erosi gigi adalah suatu keadaan terkikisnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh proses kimiawizat asam yang bersifat irreversible. Faktor etiologi erosi gigi dapat berupa faktor intrinsik danekstrinsik. Erosi gigi juga dipengaruhi oleh faktor resiko seperti faktor biologis, faktor kimia danfaktor sikap. Struktur gigi permanen muda pada anak usia 13-14 tahun rentan terhadap erosi gigisehingga mengakibatkan tingginya prevalensi erosi gigi pada remaja. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui prevalensi erosi gigi pada anak usia 13-14 tahun di SMP Raksana Medan.Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif dengan pendekatan cross sectional.Sampel pada penelitian adalah seluruh siswa SMP Raksana Medan berusia 13-14 tahun dan duduk dikelas VIII dan IX. Pemeriksaan erosi gigi menggunakan indeks erosi dari O’Sulivan. Hasil Penelitianmenemukan 4 (2%) siswa terkena erosi gigi, dimana tiga orang diantaranya berumur 13 tahun dansisanya berumur 14 tahun. Erosi gigi yang terjadi pada siswa hanya sebatas enamel saja dimanakurang dari setengah permukaan gigi insisivus rahang bawah. Dapat disimpulkan bahwa erosi gigiyang terjadi pada siswa yang berumur 13-14 tahun di SMP Raksana Medan Tahun 2010-2011 hanya2% saja, hal ini dapat disebabkan frekuensi konsumsi minuman ringan yang rendah dan terjadinyaproses remineralisasi yang baik pada para remaja tersebut
PERBEDAAN LINGKAR KEPALA PADA MANIFESTASI KRANIOFASIAL PENDERITA DOWN SYNDROME USIA 5-25 TAHUN DI UPT. SLB-E NEGERI PEMBINA SUMATERA UTARA Primasari, Ameta; Faradina, Ellin
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 1 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.161 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i1.145

Abstract

Down syndrome merupakan abnormalitas kromosom (trisomi 21) yang paling sering terjadi dalam kelahiran hidup. Perbedaan yang paling khas adalah manifestasi kraniofasial. Pada penderitanya pengukuran antropometri dilakukan untuk melihat pertumbuhan anak Down syndrome agar dapat menyesuaikan perawatan yang diperlukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ukuran rata-rata kraniofasial berdasarkan panjang kepala, lebar kepala, tinggi wajah dan lingkar kepala pada penderita Down syndrome di UPT. SLB-E Negeri Pembina Sumatera Utara. Jenis Penelitian adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian 23 orang yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung panjang kepala, lebar kepala, tinggi wajah dengan menggunakan kaliper dan penggaris sedangkan lingkar kepala diukur menggunakan pita meteran. Data dianalisis menggunakan uji Oneway Anova. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada lebar kepala (p=0,056) dan tinggi wajah (p=0,572) antara kelompok usia. Namun demikian, ada penambahan ukuran panjang kepala, lebar kepala, tinggi wajah dan lingkar kepala pada penderita Down syndrome seiring dengan bertambahnya usia Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada panjang kepala (p≤0,029) dan lingkar kepala (p≤0,02) antara kelompok usia.
THE INCREASED NUMBER OF EPITHELIAL CELLS DETACHED FROM ORAL MUCOSA BECAUSE OF AMALGAM FILLINGS: PENINGKATAN JUMLAH SEL EPITELIUM TERLEPAS PADA MUKOSA ORAL AKIBAT TAMBALAN AMALGAM Primasari, Ameta; Sitompul, Safriani
Dentika: Dental Journal Vol. 20 No. 2 (2017): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.538 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v20i2.995

Abstract

Amalgam is a filler material containing toxic mercury. One of the main risks comes from the mercury vapor released in the mouth. The presence of amalgams in the oral cavity changes the metabolism of epithelial cells in the oral mucosa. Exfoliative cytology is a fast and easy method because the examination is only performed on the surface of the oral mucosa, and epithelial cells can be released without anesthesia. The research method was an analytical descriptive with a cross-sectional design. Epithelial cells from oral mucosa were collected from 32 samples using the cytobrush method. The epithelial cells were collected on the closest buccal mucosa of the amalgam restoration. The number of epithelial cells in the oral mucosa was seen through micrographs from a microscope with 100x magnification. The data were analyzed using the Mann Whitney U test to determine the number of epithelial cells released. The Mann Whitney U test results showed that there was a significant difference in the number of oral mucosal epithelial cells obtained ​​between subjects with amalgam and subjects without amalgam with p<0.05. In addition, there was a difference in the features of oral mucosal epithelial cells between subjects with amalgam and subjects without amalgam. In conclusion, the number of epithelial cells obtained from amalgam users was higher than the subjects without restorations. The forms of epithelial cells which experience desquamation in the subjects with amalgam were more irregular than those of subjects without restorations.
ORAL POTENTIALLY MALIGNANT DISORDERS ASSOCIATED WITH BETEL QUID CHEWING HABIT IN SAMOSIR ISLAND, NORTH SUMATRA INDONESIA: KELAINAN MUKOSA MULUT BERPOTENSI MALIGNA YANG DIHUBUNGKAN DENGAN KEBIASAAN MENYIRIH DI PULAU SAMOSIR, SUMATERA UTARA INDONESIA Lubis, Indri; Primasari, Ameta; Hasibuan, Sayuti
Dentika: Dental Journal Vol. 20 No. 2 (2017): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.675 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v20i2.997

Abstract

Oral potentially malignant disorders have been associated with a betel quid chewing habit. To date, betel quid chewing has a major social and cultural role in the society of Samosir Island, North Sumatra, Indonesia. The purpose of the present study was to evaluate the occurrence of oral potentially malignant disorders associated with the habit of betel quid chewing in the society of Samosir Island, North Sumatra, Indonesia. This case-control study was conducted on all betel quid chewers in the working area of the Ambarita Public Health Centre in Samosir Regency, North Sumatra, Indonesia. All subjects were examined clinically for the presence of any oral lesions and interviewed for their betel quid chewing habit. Chi-square and Fisher’s exact tests were used to analyze the relationship between variables. Among the 51 subjects recruited in the study, 28 subjects suffered from oral potentially malignant disorders who had oral potentially malignant disorders such as submucous fibrosis and/or leukoplakia (the case group) whereas 23 subjects showed no clinically detectable oral potentially malignant disorders (the control group). An increased risk of oral potentially malignant disorders was associated with the habit of chewing areca nut and tobacco (OR=1.600; p=0.542), the duration of betel quid chewing more than 25 years (OR=4.379; p=0.023), and the frequency of betel quid chewing more than 6 times/day (OR=4.800; p=0.021). In conclusion, oral potentially malignant disorders were associated with chewing betel quid habit in the society of Samosir Island, North Sumatra, Indonesia.
PENGUKURAN SENSITIVITAS INDERA PENGECAP RASA MANIS DAN ASIN PADA MAHASISWA PEROKOK: TASTE SENSITIVITY MEASUREMENT SWEETNESS AND SALTNESS IN SMOKING HABIT STUDENT Ameta Primasari; Bong Chen Yong
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 1 (2012): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.59 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i1.1771

Abstract

Lidah sebagai indera pengecap rasa sangat penting dalam kehidupan manusia. Fungsi lidah tergantung pada pucukpengecap. Sensitivitas indera pengecap lidah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Pada saat rokok dihisap, nikotinyang terkondensasi dalam asap rokok akan masuk ke dalam rongga mulut dan menempel pada gigi, lidah palatum,gingiva, pucuk pengecap dan membran reseptor rasa pengecap di sekitar pucuk pengecap dan akan menghalangi interaksizat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap, terutama pada rasa manis dan asin. Penelitian ini menggunakan rancanganpenelitian experimental. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sensitivitas indera pengecap rasaantara kelompok perokok dan non perokok. Pada subjek diteliti nilai ambang rasanya dengan meneteskan larutan sukrosadan NaCl pada bagian anterior lidah mulai dari konsentrasi yang paling rendah sehingga subjek dapat melakukanpersepsi rasa dengan betul. Data dianalisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkanbahwa merokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap rasa manis dan asin. Kesimpulannya, kedua kelompoksubjek menunjukkan perbedaan sensitivitas indera pengecap yang signifikan. (p = 0,0001).
PENGARUH PEMBERIAN KALSIUM SITRAT TERHADAP JUMLAH OSTEOKLAS DAN LUAS PERMUKAAN YANG TERESORPSI PADA GIGI KELINCI YANG DIGERAKKAN SECARA ORTODONTI : EFFECT OF CALCIUM CITRATE ON OSTEOCLASTS NUMBER AND THE WIDTH OF RESORPTED AREA ON RABBIT TOOTH DUE TO ORTHODONTIC TOOTH MOVEMENT Sandra Mega; Ameta Primasari
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 4 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.192 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i4.1790

Abstract

Resorpsi akar merupakan efek samping dalam perawatan ortodonti yang ditandai dengan adanya osteoklas yang berbentuk fagosit dan multinuklear. Faktor yang mempengaruhi kadar resorpsi akar termasuk level kalsium sistemik, karena kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang dan gigi. Pemberian kalsium dapat berperan dalam pembentukan dan stabilitas tulang alveolar dan gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kalsium sitrat terhadap jumlah osteoklas dan luas permukaan area yang teresorpsi pada gigi yang digerakkan dengan kekuatan mekanik. Subyek penelitian adalah 13 ekor kelinci jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 1 ekor kelinci yang tidak diberi perlakuan sebagai kelompok normal, sisanya dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 ekor kelinci yang dipasangkan closed coil spring sepanjang 9 mm yang terhubung dari molar pertama ke insisivus mandibula dengan kekuatan 60 gr dengan dan tanpa pemberian kalisum sitrat selama 7, 21, dan 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jumlah osteoklas yang lebih sedikit dan luas area yang teresorpsi lebih kecil pada kelompok pemberian kalsium sitrat (p< 0,05) dan terdapat hubungan antara jumlah osteoklas dengan luas permukaan area yang teresorpsi (r= 0,993). Artinya peningkatan jumlah osteoklas sejalan dengan penambahan luas area yang teresorpsi. Dapat disimpulkan bahwa pemberian kalisum sitrat akan mengurangi luas permukaan area yang teresorpsi pada gigi yang digerakkan dengan kekuatan mekanik.
PERBANDINGAN KONSENTRASI STATERIN DAN ION KALSIUM PADA SALIVA DAN PLAK SUPRAGINGIVA: COMPARISON OF STATHERIN AND CALCIUM ION CONCENTRATION IN SALIVA AND SUPRAGINGIVAL PLAQUE Yumi Lindawati; Ameta Primasari; Dwi Suryanto
Dentika: Dental Journal Vol. 18 No. 1 (2014): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.696 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v18i1.1934

Abstract

Kalsium yang diperoleh dari saliva dapat masuk ke lapisan dalam plak gigi. Peningkatan konsentrasi ion kalsiumpada biofilm menyebabkan penyerapan mineral menjadi meningkat sehingga terlihat juga peningkatanpembentukan kalkulus bila disertai pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang tidak adekuat. Staterinmenghambat pengendapan kalsium-fosfat dari saliva. Staterin berikatan dengan hidroksiapatit, mengindikasikankemungkinan perannya dalam pembentukan pelikel dan pembentukan plak. Tujuan penelitian ini untukmengetahui rerata dan membandingkan konsentrasi staterin dan kalsium pada saliva dengan plak supragingiva.Desain penelitian studi cross-sectional. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteriaeksklusi dan inklusi saliva, dan plak supragingiva pada pasien. Konsentrasi kalsium saliva dan plak supragingivadiukur menggunakan spektrofotometri, konsentrasi staterin saliva dan plak supragingiva diukur menggunakanELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Hasil penelitian menunjukkan median konsentrasi staterin saliva1,5 µg/ml, plak supragingiva 223µg/ml, median konsentrasi kalsium saliva adalah 0,9475 mmol/l, dan plaksupragingiva 63,13 mmol/l. Konsentrasi staterin dan kalsium pada plak supragingiva lebih tinggi secarasignifikan dibandingkan konsentrasinya pada saliva. Sebagai kesimpulan, plak supragingiva memiliki kadar ionkalsium dan staterin yang lebih banyak dibandingkan saliva.
PERBANDINGAN PEMAHAMAN PENCEGAHAN KARIES GIGI METODE VIDEO DAN LEAFLET SISWA PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH MEDAN TAHUN 2020 Ameta Primasari; Minasari; Tyasingsih, Filia Dana; Yendriwati; DewaBrata, Gilang
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol. 16 No. 2 (2021): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Mei - Agustus 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.418 KB) | DOI: 10.36911/pannmed.v16i2.1136

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini mengajak anak-anak untuk memahami materi penyuluhan yang diberikan penulis. Media yang digunakan yaitu media video dan leaflet mengenai pencegahan karies gigi. Jenis pengabdian kepada masyarakat yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest-posttest design Metode mencakup data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dari responden melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner pemehaman tentang pencegahan karies. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh dari catatan atau dokumen Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Tujuan pengabdian kepada masyarakat adalah mengetahui perbedaan pemahaman antara laki-laki dan perempuan, kemudian perbedaan hasil pre-test dan post-test, serta membandingkan metode pengukuran mana yang terbaik. Aspek pengukuran dalam pengabdian kepada masyarakat ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disesuaikan dengan skor, secara umum disusun sebanyak 15 pertanyaan. Sampel pada pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari 2 kelompok yaitu 34 orang siswa yang diberikan penyuluhan kesehatan dengan media video dan 34 orang siswa yang diberikan penyuluhan leaflet. Berdasarkan data hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan karies pada anak yang mendapatkan pendidikan kesehatan menggunakan media video maupun leaflet, karena didapatkan nilai p value sebesar 0,037.
Streptococcus mutans Antibacterial Activity of 0.1% Lysozyme Tooth Paste as an Alternative for Children Below 3 Years Old in Preventing Early Childhood Caries (ECC) (Experimental Laboratory Study): Aktivitas Antibakteri Streptococcus mutans dari Pasta Gigi Lisozim 0,1% Sebagai Alternatif Untuk Anak Di Bawah 3 Tahun Dalam Mencegah Karies Anak Usia Dini (PAUD) (Studi Laboratorium Eksperimental) Octiara, Essie; Sutadi, Heriandi; Siregar, Yahwardiah; Primasari, Ameta
Dentika: Dental Journal Vol. 24 No. 2 (2021): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/dentika.v24i2.6401

Abstract

One of many possible ways of preventing Early Childhood Caries (ECC) is by removing tooth debris. Fluoride tooth paste usage by children under 3 years old must follow recommended quantity, because of its possibility of being ingested which then might cause fluorosis. Lysozyme as an active element in a toothpaste is able to mediate bacterial aggregation and inhibit bacterial adhesion and also activate bacterial autolysin by destructing bacterial cell wall. This study aimed to compared Streptococcus mutans antimicrobial activity of non-fluoride lysozyme toothpaste of various concentration such as 0.025, 0.05, 0.1, and 0.2 %. This was an experimental research with post test only design. The tested tooth paste was lysozyme-contained with 0.025, 0.05, 0.1 and 0.2% concentrations. Children tooth paste containing fluoride, enzyme tooth paste and 0.2% chlorhexidine became the positive control. Test of S. mutans antibacterial activity used 3 methods: disc diffusion, well, and microtiter plate method. Analytical test used Anova one way with Bonferoni post hoc and p<0.05 significant level. The results showed that all concentrations of lysozyme tooth paste had inhibitory effect on the growth of S. mutans (p<0.05). The highest mean of S. mutans antibacterial activity in lysozyme tooth paste were on 0.1 and 0.2% concentrations. Conclusion stated that 0.1% concentration of lysozyme tooth paste can be used as an alternative tooth paste for children under 3 years old