Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KUANTIFIKASI PENGARUH KLONING DAN KOMPLEKSITAS KODE TERHADAP CACAT PADA EVOLUSI PERANGKAT LUNAK Priyambadha, Bayu; Rochimah, Siti
JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Vol 11, No 2, Juli 2013
Publisher : Department of Informatics, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1388.962 KB) | DOI: 10.12962/j24068535.v11i2.a7

Abstract

Kloning adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang pengembang dalam mengembangkan sebuah perangkat lunak. Kloning dapat menyebabkan menurunnya tingkat perawatan (maintainability) sebuah perangkat lunak. Kloning membutuhkan perhatian yang besar, karena kurangnya perhatian terhadap kloning kode akan menimbulkan sebuah kondisi yang tidak konsisten. Kondisi tidak konsisten dapat menimbulkan cacat perangkat lunak. Selain itu, cacat perangkat lunak dapat ditimbulkan oleh atribut-atribut kode, antara lain adalah kompleksitas kode. Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu nilai keterkaitan antara kloning kode, kompleksitas kode, dan LOC (Line of Code) terhadap kemungkinan terjadinya cacat (defect) perangkat lunak. Pencarian hubungan antara kloning, kompleksitas kode, dan LOC dengan cacat dilakukan dengan pendekatan statistika. Regresi dan korelasi adalah metode yang digunakan untuk mencari keterkaitan antara beberapa hal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga atribut kode (kloning, kompleksitas dan LOC) mempengaruhi terjadinya cacat pada perangkat lunak dengan nilai yang besar, yaitu 95%. Masing-masing atribut kode (kloning, kompleksitas dan LOC) memiliki pengaruh yang berbeda -beda. Kloning tidak selalu menjadi pencetus terjadinya cacat yang paling besar.
Implementasi Sensor Cahaya Sebagai Pengontrol Keseimbangan Robot Beroda Dua Menggunakan Kontroler PID Henryranu P., Barlian; Kurniawan, Wijaya; Priyambadha, Bayu
Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Komputer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.341 KB)

Abstract

Abstrak Dengan menggabungkan Sistem Kontrol, sensor dan motor Servo diharapkan Robot segway dapat direalisasikan. Dalam penelitian ini Sistem Kontrol yang digunakan adalah metode PID, sedangkan sensor yang akan digunakan adalah cahaya yang merepresentasikan sudut kemiringan terhadap bumi. Dengan input berupa Error sudut dan Del Error sudut terhadap bumi maka didapatkan hasil PID kontroller berupa angular rate yang digunakan untuk mengontrol kedua rodanya. Robot Segway memiliki rise time/fall time, settling time dan Robot Segway mampu mencapai kesetimbangannya kembali (steady state) setelah mendapatkan gangguan dari luar. Kata kunci: Robot kesetimbangan, sensor cahaya, PID kontroler Abstract By combining the Control System, sensors and Servos motors are expected to Segway can be realized. In this research use the PID method, while the sensor to be used is the light that represents the elevation angle of the earth. With the input is angel Error and angel Del Error of the earth then the results obtained in the form of angular rate PID Controller is used to Control the two wheels. Segway Robot has a rise time / fall time, settling time and Segway Robot can reach the balance again (steady state) after get a outside disturbance. Keywords: Self-balancing robot, light sensor, PID Controller
Kakas Bantu Perhitungan Nilai Kopling Menggunakan Metrik Cognitive Weighted Coupling Between Object Pradana, Fajar; Priyambadha, Bayu; Ubaidillah, Muhammad
Kinetik: Game Technology, Information System, Computer Network, Computing, Electronics, and Control Vol 2, No 1, February-2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.162 KB) | DOI: 10.22219/kinetik.v2i1.153

Abstract

Konsep Object Oriented Programming (OOP) merupakan pemrograman yang dibangun dengan berpusat pada beberapa objek. Dengan konsep OOP dapat dilakukan pengukuran kualitas perangkat lunak dengan melalui kemungkinan hubungan antar beberapa objek atau kopling. Perangkat lunak yang baik adalah perangkat lunak yang memiliki desain yang baik, salah satu ciri-cirinya adalah memiliki nilai kopling yang rendah. Nilai kopling yang tinggi dapat menyebabkan desain perangkat lunak yang semakin kompleks dan buruk, sehingga akan mengakibatkan sulit untuk dipahami, terutama saat maintenance. Untuk meningkatkan kualitas perangkat lunak perlu mengontrol nilai kopling agar dapat meminimalkan kompleksitas perangkat lunak. Namun perhitungan nilai kopling secara manual pada jumlah perangkat lunak yang banyak akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Oleh karena itu dibuatlah kakas bantu perhitungan nilai kopling menggunakan metrik Cognitive Weighted Coupling Between Object (CWCBO). Metrik CWCBO merupakan metrik kopling yang didasarkan pada bobot pemahaman untuk menghitung perbedaan jenis kopling dari berbagai peneliti. Kakas bantu tersebut dibangun dengan bahasa pemrograman utama Java, library Spoon untuk menganalisis source code, dan library JFreeChart untuk menampilkan grafik. Dari hasil pengujian akurasi sistem pada 5 program inputan berbahasa Java didapatkan akurasi sebesar 100%. Pengujian akurasi dilakukan dengan membandingkan perhitungan secara manual dan dengan sistem.
Kakas bantu perhitungan nilai kopling menggunakan conceptual coupling metrics Aulia, Laras Husna; Pradana, Fajar; Priyambadha, Bayu
Teknologi: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol 6, No 2 (2016): July
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (Unipdu) Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.397 KB) | DOI: 10.26594/teknologi.v6i2.598

Abstract

ABSTRAKKualitas perangkat lunak dapat diukur dengan nilai kopling pada fase perancangan. Tingkat kopling pada perancangan mengindikasikan seberapa besar hubungan antar komponen dalam sebuah sistem. Untuk menentukan nilai kopling dapat menggunakan empat parameter metrik kopling konseptual antara lain Conceptual Similarity be-tween Methods (CSM), Conceptual Similarity between a Method and a Class (CSMC), Conceptual Similarity between two Classes (CSBC) dan Conceptual Coupling of Class (CoCC). Perhitungan nilai kopling dapat dilakukan dengan cara mengambil method-method pada klas kemudian dihitung nilai kecocokan antar dokumen kode sumber dengan menggunakan Latent Semantic Indexing (LSI). Metode LSI digunakan untuk menghitung kecocokan antar dokumen kode sumber berdasarkan kesamaan kata maupun kesamaan makna kata, kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai metrik kopling konseptual. Pengujian akurasi pada kakas bantu ini dilakukan dengan membandingkan dengan kakas bantu lain sebagai pembanding. Pengujian dikelompokan ke dalam 3 (tiga) nilai toleransi yang berbeda yaitu 0,05; 0,1 dan 0,20. Penggunaan nilai toleransi yang berbeda disebabkan karena terdapat selisih antara kakas bantu yang dikembangan dengan kakas  bantu pembanding. Hasil pengujian akurasi dengan nilai toleransi sebesar 0,05; didapatkan nilai akurasi sistem sebesar 24,83%. Jika nilai toleransi sebesar 0,1 maka nilai akurasi sistem sebesar 43,41%. Sedangkan, jika nilai toleransi sebesar 0,20 maka nilai akurasi yang diperoleh diatas 50% yaitu 69,78%.Kata kunci:   kopling, kualitas, Latent Semantic Indexing (LSI), metrik kopling konseptual parsing method, perangkat lunak. ABSTRACT   Coupling is one of the parameter of quality of software. Coupling is a paramater for measuring how much the relationship between components of a system. To determine the value of coupling can use four of the parameters of conceptual coupling metrics among other Conceptual Similarity between Methods (CSM), Conceptual Similarity be-tween a Method and a Class (CSMC), Conceptual Similarity between two Classes (CSBC) and Conceptual Coupling of Class (CoCC). Before counting the value of the coupling, parsing method carried out using spoon library and com-putation macth between source code documents to be done by using a method of information retrieval that is Latent Semantic Indexing (LSI). The use of LSI method because this research requires the calculation of a match between the document's source code based on common words or similarity of meaning of the word. After that, the LSI value is used to calculate the Conceptual Coupling Metric Testing accuracy of these tools is done by comparing with other systems as a comparison.. Testing is classified into 3(three) different tolerance values are 0.05, 0.1 and 0.20. The use tolerance values differ, because there is a difference between systems developed and the comparator system.  If tolerance value is 0.05 then the accuracy value is 24,83%. If tolerance value is 0.1 then the accuracy value is 43,41%. Meanwhile, If tolerance value is 0.2 then the accuracy value is up to 50%, it is 69,78%.Keywords: Conceptual coupling metrics, coupling, Latent Semantic Indexing, LSI, parsing method.
Pengembangan sistem otomatisasi pembangkitan kasus uji dengan algoritma genetika dan test case generation method Setyawan, Moh Arsyad Mubarak; Pradana, Fajar; Priyambadha, Bayu
Teknologi: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol 10, No 1 (2020): January
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (Unipdu) Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2305.448 KB) | DOI: 10.26594/teknologi.v10i1.1912

Abstract

Pengujian perangkat lunak merupakan salah satu bagian penting dari pembuatan perangkat lunak. Pada pengujian perangkat lunak terdapat pengujian unit. Pengujian unit merupakan proses pengujian komponen yang berfokus untuk memverifikasi unit terkecil pada perancangan perangkat lunak. Pada tahap pengujian unit terdapat proses pembangkitan kasus uji. Selama ini, pembangkitan kasus uji dari suatu kode program dilakukan secara manual se-hingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan banyaknya kemungkinan jalur pada kode sumber yang akan diuji.  Dalam penelitian ini dibangun suatu sistem otomatis untuk membangkitkan kasus uji. Alur kerja sistem dimulai dari analisa kode sumber dengan Spoon Library, selanjutnya dibentuk CFG (Control Flow Graph) dan DDG (Dynamic Directed Graph). Dari DDG tersebut akan dibangkitkan jalur layak yang terdapat pada DDG, dengan menggunakan algoritma genetika diharapkan dapat mengoptimalkan penentuan jalur independen. Dari masing-masing jalur independen akan dibangkitkan kasus ujinya dengan metode test case generation. Pengujian akurasi sistem pada sistem otomatisasi pembangkit kasus uji dengan jumlah populasi 5, 10 dan 15 serta jumlah maksimum generasi 50, 100, 200 dan 250 dihasilkan jumlah populasi paling optimal yaitu 10 dan maksimum generasi optimal yaitu 200 dengan akurasi 93,33%. Pada jumlah populasi dan maksimum generasi sesudahnya tidak terjadi peningkatan akurasi yang signifikan. Tiap peningkatan jumlah populasi dan maksimum generasi dapat meningkatkan akurasi sistem.  Software testing is one of the most important part of making software. On the software testing there are unit testing. Unit Testing is a process for verifying component, focusing on the smallest unit of software design. In the unit testing phase contained test case generation process. During this time, the generation of test cases of a program code is done manually. In this study, constructed an automated system to generate test cases. The workflow system starts from the analysis of the source code with the library spoon and then create CFG (Control Flow Graph) and DDG (Dynamic Directed graph). From the DDG will be raised feasible path using a genetic algorithm. Furthermore, from fea-sible path sought independenth path which is a path base d on the level of uniqueness of the path to the other path. From each independenth path raised the test case with a test case generation method. Testing accuracy of the system on the automation system generating test cases with populations of 5,10 and 15 as well as the maximum number of generations 50, 100, 200 and 250 produced the most optimal population number is 15 and the most optimal maximum generation is 200 with accuracy 93.33%. Each increase in the number of population and maximum generation can improve the accuracy of the system. Level accuracy with population number over 10 and maximum generation over 200 has no increace accuracy significant.
Pengembangan sistem otomatisasi pembangkitan kasus uji dengan algoritma genetika dan test case generation method Setyawan, Moh Arsyad Mubarak; Pradana, Fajar; Priyambadha, Bayu
TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol 10, No 1 (2020): January
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (Unipdu) Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/teknologi.v10i1.1912

Abstract

Pengujian perangkat lunak merupakan salah satu bagian penting dari pembuatan perangkat lunak. Pada pengujian perangkat lunak terdapat pengujian unit. Pengujian unit merupakan proses pengujian komponen yang berfokus untuk memverifikasi unit terkecil pada perancangan perangkat lunak. Pada tahap pengujian unit terdapat proses pembangkitan kasus uji. Selama ini, pembangkitan kasus uji dari suatu kode program dilakukan secara manual se-hingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan banyaknya kemungkinan jalur pada kode sumber yang akan diuji.  Dalam penelitian ini dibangun suatu sistem otomatis untuk membangkitkan kasus uji. Alur kerja sistem dimulai dari analisa kode sumber dengan Spoon Library, selanjutnya dibentuk CFG (Control Flow Graph) dan DDG (Dynamic Directed Graph). Dari DDG tersebut akan dibangkitkan jalur layak yang terdapat pada DDG, dengan menggunakan algoritma genetika diharapkan dapat mengoptimalkan penentuan jalur independen. Dari masing-masing jalur independen akan dibangkitkan kasus ujinya dengan metode test case generation. Pengujian akurasi sistem pada sistem otomatisasi pembangkit kasus uji dengan jumlah populasi 5, 10 dan 15 serta jumlah maksimum generasi 50, 100, 200 dan 250 dihasilkan jumlah populasi paling optimal yaitu 10 dan maksimum generasi optimal yaitu 200 dengan akurasi 93,33%. Pada jumlah populasi dan maksimum generasi sesudahnya tidak terjadi peningkatan akurasi yang signifikan. Tiap peningkatan jumlah populasi dan maksimum generasi dapat meningkatkan akurasi sistem.  Software testing is one of the most important part of making software. On the software testing there are unit testing. Unit Testing is a process for verifying component, focusing on the smallest unit of software design. In the unit testing phase contained test case generation process. During this time, the generation of test cases of a program code is done manually. In this study, constructed an automated system to generate test cases. The workflow system starts from the analysis of the source code with the library spoon and then create CFG (Control Flow Graph) and DDG (Dynamic Directed graph). From the DDG will be raised feasible path using a genetic algorithm. Furthermore, from fea-sible path sought independenth path which is a path base d on the level of uniqueness of the path to the other path. From each independenth path raised the test case with a test case generation method. Testing accuracy of the system on the automation system generating test cases with populations of 5,10 and 15 as well as the maximum number of generations 50, 100, 200 and 250 produced the most optimal population number is 15 and the most optimal maximum generation is 200 with accuracy 93.33%. Each increase in the number of population and maximum generation can improve the accuracy of the system. Level accuracy with population number over 10 and maximum generation over 200 has no increace accuracy significant.
Kakas bantu perhitungan nilai kopling menggunakan conceptual coupling metrics Aulia, Laras Husna; Pradana, Fajar; Priyambadha, Bayu
TEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol 6, No 2 (2016): July
Publisher : Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum (Unipdu) Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/teknologi.v6i2.598

Abstract

ABSTRAKKualitas perangkat lunak dapat diukur dengan nilai kopling pada fase perancangan. Tingkat kopling pada perancangan mengindikasikan seberapa besar hubungan antar komponen dalam sebuah sistem. Untuk menentukan nilai kopling dapat menggunakan empat parameter metrik kopling konseptual antara lain Conceptual Similarity be-tween Methods (CSM), Conceptual Similarity between a Method and a Class (CSMC), Conceptual Similarity between two Classes (CSBC) dan Conceptual Coupling of Class (CoCC). Perhitungan nilai kopling dapat dilakukan dengan cara mengambil method-method pada klas kemudian dihitung nilai kecocokan antar dokumen kode sumber dengan menggunakan Latent Semantic Indexing (LSI). Metode LSI digunakan untuk menghitung kecocokan antar dokumen kode sumber berdasarkan kesamaan kata maupun kesamaan makna kata, kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai metrik kopling konseptual. Pengujian akurasi pada kakas bantu ini dilakukan dengan membandingkan dengan kakas bantu lain sebagai pembanding. Pengujian dikelompokan ke dalam 3 (tiga) nilai toleransi yang berbeda yaitu 0,05; 0,1 dan 0,20. Penggunaan nilai toleransi yang berbeda disebabkan karena terdapat selisih antara kakas bantu yang dikembangan dengan kakas  bantu pembanding. Hasil pengujian akurasi dengan nilai toleransi sebesar 0,05; didapatkan nilai akurasi sistem sebesar 24,83%. Jika nilai toleransi sebesar 0,1 maka nilai akurasi sistem sebesar 43,41%. Sedangkan, jika nilai toleransi sebesar 0,20 maka nilai akurasi yang diperoleh diatas 50% yaitu 69,78%.Kata kunci:   kopling, kualitas, Latent Semantic Indexing (LSI), metrik kopling konseptual parsing method, perangkat lunak. ABSTRACT   Coupling is one of the parameter of quality of software. Coupling is a paramater for measuring how much the relationship between components of a system. To determine the value of coupling can use four of the parameters of conceptual coupling metrics among other Conceptual Similarity between Methods (CSM), Conceptual Similarity be-tween a Method and a Class (CSMC), Conceptual Similarity between two Classes (CSBC) and Conceptual Coupling of Class (CoCC). Before counting the value of the coupling, parsing method carried out using spoon library and com-putation macth between source code documents to be done by using a method of information retrieval that is Latent Semantic Indexing (LSI). The use of LSI method because this research requires the calculation of a match between the document's source code based on common words or similarity of meaning of the word. After that, the LSI value is used to calculate the Conceptual Coupling Metric Testing accuracy of these tools is done by comparing with other systems as a comparison.. Testing is classified into 3(three) different tolerance values are 0.05, 0.1 and 0.20. The use tolerance values differ, because there is a difference between systems developed and the comparator system.  If tolerance value is 0.05 then the accuracy value is 24,83%. If tolerance value is 0.1 then the accuracy value is 43,41%. Meanwhile, If tolerance value is 0.2 then the accuracy value is up to 50%, it is 69,78%.Keywords: Conceptual coupling metrics, coupling, Latent Semantic Indexing, LSI, parsing method.