Anung Pujianto
Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN.

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SINTESIS 131I-IODOBENZEN MELALUI REAKSI IODINASI BENZENDIAZONIUM KLORIDA Pujianto, Anung; Subechi, Muhammad; Lubis, Hotman
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 7, No 2 (2004): Jurnal PRR 2004
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2552.484 KB)

Abstract

ABSTRAK SINTESIS 131I-IODOBENZEN MELALUI REAKSI IODINASI BENZENDlAZONIUM KLORIDA. Pengujian kebocoran pipa minyak dapat dilakukan dengan murah menggunakan iodobenzen bertanda 131I.Penandaan iodobenzen dengan 131Idi dalam negeri dapat menghemat devisa negara, karena tidak perlu mengimpor 131I-Iodobenzen dari luar negeri. 131I-Iodobenzen dapat disintesis melalui reaksi iodinasi benzen dan diazotasi anilin. Telah dilakukan diazotasi anilin dengan NaN02 dalam HCI pekat, dan kemudian garam benzendiazonium yang dihasilkan diiodinasi dengan campuran KI dan Nal (+ Na131I) dan pemanasan selama 1 jam pada suhu 80°e. lodobenzen yang terbentuk dari reaksi tersebut dimumikan dengan cara destilasi uap. Anilisis FTIR dan indeks bias pada hasil sintesis dingin iodobenzen menunjukkan hasil yang sarna dengan FTIR dan indeks bias pada iodobenzen standar. Hasil penandaan 131I-Iodobenzen menunjukkan rendemen hasil sebesar 32,2% dihitung dari radioaktivitas 131I yang ditambahkan dan bereaksi dengan garam benzendiazonium. Kata kunci : 131I-lodobenzen, lodinasi ABSTRACT SYNTHESIS OF 131I-IODOBENZENE BY IODINATION REACTION OF BENZENEDlAZONIUM  CHLORIDE. The testing of oil pipe leaka~e can be carried out by mean of 131I_lodobenzene labelled compound. Labelling of iodobenzene with 31 I in Indonesia would save cost and importation of 131 I-Iodobenzene. Synthesis of 131 I-Iodobenzene through benzene iodination and aniline diazotation reaction has been carried out. The diazotation of aniline with NaN02 in concentrate HCI resulted benzenediazonium salt and then iodination using mixture of  KI and Nal (+ Na131I) by heating at 80 °c for one hour. The result of iodobenzene compound was purified by vapor distillation. Identification of iodobenzene was carried out by FTIR spectroscopy, refractive index and thin layer chromatography. The analysis of purified iodobenzene showed resemble data with iodobenzene standard. The yield of 131I lodobenzene synthesis was 32.2% . Key Word: 131I-Iodobenzene, Iodination
CHROMATOGRAPHIC BEHAVIOUR OF CADMIUM-(II) IN HYDROUS CERIC OXIDE COLUMN Soenarjo, Sunarhadijoso; Yantih, Novi; Sinambela, James; Pujianto, Anung; Sarwono, Daya Agung
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 3, No 1 (2000): JURNAL PRR 2000
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3079.627 KB)

Abstract

CHROMATOGRAPHIC BEHAVIOUR OF CADMIUM-(II) IN HYDROUS CERIC OXIDE COLUMN. The potential of hydrous ceric oxide (HCO) in the immobilization of cadmium ions enables the compound to be used as an adsorbent for recovering 112Cd target in the production of medical radioisotope 111ln. Since the enriched-112Cd is very expensive, the dynamic sorption of 112Cd in HCO column needs to be evaluated. In the presented work, the HCO was synthesized through the reaction of ceric Sulphate and ammoniac solution. The reaction product was then heated and dried at 1000C to give HCO. A series of Cd(II) standard solutions was loaded onto HCO columns followed by fractional elution and determination of Cd(II)-content in each eluate fraction. The quantitative determination of Cd(II) content was performed by UV-spectrophotometry at 301 nm with a standard regression curve expressed as A = O.OOO1C - 0.0002. The chromatographic behaviour of Cd(II) in HCO column was characterized by dynamic sorption capacity, elution profile, recovery yield and total volume of the eluent. It appears that the dynamic sorption of Cd(II) increases if the HCO was treated with ammoniac solution instead of with 0.1 M HCL solution. By using NH4OH solutions (5 %, 10 % and 20 %) as eluents, it is shown that the concentration of NH4OH does not significantly affect the Cd(II)-elution profile. The recovery yield was obtained in the range of 94 to 100 %, while most the eluted Cd(II) was collected in the first and second- 2 mL fractions. PERILAKU KROMATOGRAFI KADMIUM-(II) DALAM KOLOM RESIN SERIUM OKSIDA. Potensi resin anorganik serium oksida (HCO) untuk mengikat ion kadmium mendorong kemungkinan pemanfaatan HCO dalam proses pemungutan ulang bahan sasaran 112Cd diperkaya yang digunakan dalam proses produksi radioisotop medis 111ln. Karena mahalnya bahan sasaran 112Cd tersebut, maka fenomena penyerapan dinamik 112Cd pada kolom resin HCO dipelajari dengan menggunakan Cd alam. Di dalam percobaan ini HCO disintesis melalui reaksi antara serium sulfat dengan larutan amonia. Produk reaksi dipanaskan dan dikeringkan pada suhu 100°C untuk mengubahnya menjadi HCO. Larutan standard Cd(II) dengan variasi konsentrasi dimasukkan ke dalam kolom HCO dan kemudian dilakukan elusi berfraksi diikuti dengan pemeriksaan kandungan Cd(II) dalam masing-masing fraksi eluat. Penentuan kuantitatif Cd(II) dilakukan dengan metoda spektrofotometri UV pada panjang gelombang 301 nm dengan persamaan regresi standar yang dinyatakan sebagai A = O,OOO1C - 0,0002. Sifat kromatografi Cd(II) dalam kolom HCO dipelajari melalui pengamatan terhadap 4 aspek yaitu kapasitas penyerapan dinamik, profil elusi, efisiensi elusi dan volume total eluen yang diperlukan. Didapatkan bahwa penyerapan dinamik Cd(II) pada kolom HCO yang diaktivasi dengan larutan HCL 0,1 M lebih rendah dibandingkan pada kolom HCO yang diaktivasi dengan larutan NH4OH (5 %, 10 % dan 20 %). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan eluen NH4OH dengan konsentrasi 5 %, 10 % dan 20 % tidak memberikan perbedaan profil elusi Cd(II) yang signifikan. Dengan elusi berfraksi sebanyak 2 mL per fraksi eluat, didapatkan akumulasi Cd(II) terelusi pada 2 fraksi eluat pertama dengan efisiensi elusi antara 94 - 100 %.
ANALISIS PEMBENTUKAN PENGOTOR RADIONUKLIDA PADA UJI PRODUKSI IODIUM-125 Awaludin, Rohadi; Lubis, Hotman; Pujianto, Anung; Sarwono, Daya Agung; Suparman, Ibon
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 11 (2008): Jurnal PRR 2008
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3989.769 KB)

Abstract

ANALISIS PEMBENTUKAN PENGOTOR RADIONUKLIDA PADA UJI PRODUKSI IODIUM-125. Telah dilakukan evaluasi pembentukan radionuklida pada uji produksi Iodium-125 (125I) menggunakan target xenon diperkaya. Dari uji produksi yang telah dilakukan 9 kali diperoleh bahwa sampai dengan uji produksi ke-6 tidak ditemukan adanya pengotor radionuklida. Namun pada uji produksi ke 7, 8 dan 9 ditemukan adanya Iodium-126 (126I) dengan persentase 0,088%, 0,20% dan 0,28%. Radioisotop 126I dihasilkan dari penangkapan neutron oleh 125I yang telah terbentuk di dalam kamar iradiasi. Radioisotop ini ikut terbawa ke dalam botol peluruhan bersama sama dengan gas xenon hasil iradiasi pada saat pemindahan ke botol peluruhan. Diduga bahwa filter penyaring iodium yang telah dipasang di dalam fasilitas produksi 125I telah berkurang kinerjanya. Pengotor radionuklida lain yang memungkinkan terbentuk adalah 137Cs dari isotop 136Xe yang terkandung di dalam target xenon. Sampai dengan uji produksi ke-9 tidak ditemukan adanya pengotor 137Cs di dalam hasil uji produksi. Diduga bahwa 137Cs yang terbentuk tetap tertahan di kamar iradiasi. Kata kunci: Iodium-125, produksi radioisotop, pengotor radionuklida. ANALYSIS OF RADIONUCLIDE IMPURITY FORMATION IN IODINE-125 PRODUCTION TEST. Evaluation on formation of radionuclide impurity in iodine-125 (125I)production tests has been carried out. The production tests have been carried out 9 times and the radionuclide impurity was not found until the 6th test. However, The radionuclide impurity I was found in the 7th, 8th and 9th test with percentage of 0.088, 0.20 and 0.28%. Iodine-126 was produced by neutron capture of 125I in the irradiation chamber. The radioisotope moved to the decay pot together with the irradiated xenon gas. It is considered that the performance of the iodine filter has decreased. Other possibly produced radionuclide impurity is not detected in the product. It is considered that the produced chamber. Keywords: Iodine-125, radioisotope production, radionuclide impurity.
Permanent Seed Implant Dosimetry (PSID)TM Versi 4.5 Sebagai Program Isodosis dan Treatment Planning System (TPS) Untuk Brakiterapi Subechi, Moch.; Pujianto, Anung; Lubis, Hotman; Setiawan, Herlan
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 17, No 1 (2014): Jurnal PTRR 2014
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (911.453 KB)

Abstract

Pengobatan kanker menggunakan radiasi terapi semakin berkembang. Salah satu metode radiasi terapi yang digunakan di bidang radioterapi adalah Brakiterapi. Brakiterapi merupakan metode radiasi terapi  dimana ditempatkan pada sel kanker secara langsung sumber radiasi sehingga dosis yang diterima sel kanker mendapatkan dosis maksimal dan daerah yang normal mendapatkan dosis minimal.  Seed I-125 telah berhasil dibuat untuk Brakiterapi di dalam negeri. Dalam rangka mendukung penanaman seed I-125 untuk Brakiterapi, diperlukan program komputer untuk perhitungan isodosis dan Treatment Planning System (TPS). Permanent Seed Implant Dosimetry (PSID) 4.5 merupakan salah satu program untuk perhitungan isodosis dan TPS yang dimiliki Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN. Dalam perhitungan isodosis, PSID 4.5 menggunakan formula 1D dan 2D berdasarkan AAPM-TG43 (Association of American Physicist in Medicine- Task Group No.43). Fungsi Anisotropi pada formula 1D hanya bergantung pada fungsi jarak sedangkan pada formula 2D bergantung pada fungsi jarak dan sudut sehingga formula 2D memiliki perhitungan isodosis yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan formula 1D. PSID 4.5 dapat menampilkan kontur isodosis dari sumber radiasi seed I-125 secara 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D). Program komputer isodosis dan TPS menggunakan PSID 4.5 diharapkan dapat membantu dalam proses perencanaan penanaman seed I-125 untuk Brakiterapi yang dilakukan oleh paramedis dan dapat mendukung pemakaian seed I-125 produksi dalam negeri. The medical treatment using radiation therapy for cancer diseases is increasingly developed. One of the method used in radiotherapy is brachyterapy. Brachytherapy is radiation therapy method in which a radiation source is implanted in  implanted in cancer cell directly so the dose accepted by cancer cell is the highest dose and the dose accepted by nonnal cell is the lowest dose. 1-125 Seed have been made successfully in domestic. To supp0l1the implant of 1-125 seed for brachytherapy needs computer programme for the isodose calculation andTreatment Planning System (TPS). Pennanent Seed Implant Dosimetry (PSID) 4.5 is one of the isodoE calculation and Treatment Planning System (TPS) programme that is owned by Center for Radioisotope and Radiophannaceutical - BA TAN. In  isodose  calculation, PSID  4.5 uses 10 fonnalism and  20  onnalism  basedon AAPM- TG43 (Association of American Physicist in Medicine- Task Group No.43). Anisotropic function on 10 fonnalism depend on distance function while on 20 fonnalism count on distance and angle function therefore 20 fonnalism has isodose calculation better than 10 fonnalism usage. PSID 4.5 can display the isodose contour of the seed 1-125 radiation source in 2 dimension (20) and 3 dimension (3D). The computer programme of isodose calculation and TPS uses PSID 4.5 is expected able to help planning for seed 1-125 implantation process for brachytherapy that used by paramedis and to support the usage of seed 1-125 as domestic product.Keywords: Brachytherapy, Seed, PSID 4.5, 1-125, Isodose
PREPARASI RADIOFARMAKA 99mTc-DTPA-INH UNTUK DIAGNOSIS TUBERKULOSIS Hamdani, Eki Mustofa; Pujianto, Anung; Muthalib, Abdul; Rukiah, Rukiah
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Vol 14, No 1 (2011): Jurnal PRR 2011
Publisher : Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2560.886 KB)

Abstract

ABSTRAKPENYIAP AN DAN KARAKTERISASI SENY AWA KOMPLEKS RHENIUMMENGANDUNG LIGAN ASETILASETON.Kanker hati merupakan penyebab kematian terbesar. Nijsendkk telah berhasil menerapkan mikrosfer asam(L- poli laktat) atau PLLA yang mengandung 166Hountukterapi kallker hati. Sebelum digabungkan dengan PLLA, logam holmium dibentuk senyawa kompleksholmium tris-asetilasetonat (Ho(acac), ) terlebih dahulu sebagai prekursor. Mengacu pada percobaantersebut, ada kemungkinan yang cukup besar untuk menerapkan mikrosfer PLLA yang mengandung 186Redalam terapi kanker hati. Penelitian ini bertujuan untuk menyiapkan dan mengkarakterisasi senyawakompleks renium yang mengandung ligan asetilaseton. Tahap pertama adalah penyiapan senyawa kompleksdikloro( etoksiokso )bis(trifenilfosfin)renium(V) dan tahap berikutnya adalah penyiapan senyawa komplekskloroetoksi(pentana-2,4-dionato )bis(trifenilfosfin)renium(III). Karakterisasi senyawa tersebut dilakukanmenggunakan spektrofotometer UV-sinar tampak, spektrofotometer IR dan LCMS. Hasil karakterisasimenunjukkan bahwa terbentuk senyawa kompleks kloroetoksi(pentana-2,4dionato)bis(trifenilfosfin)renium(III) sebanyak 8,8% (44 mg) dengan Mr yang terlihat dari hasil spektrummassa (MS) sebesar 891 (C, 57,9%; P, 7%; 0, 5,4%; CI, 4%; H, 4,8%; Re, 20,9%). Hasil LCmemperlihatkan adanya tiga puncak, menunjukkan bahwa senyawa hasil tersebut tidak mumi. Uji kestabilansenyawa kompleks dengan spektrofotometer UV memperlihatkan senyawa kompleks masih stabil selamalima hari.Kata kunci: rhenium, asetilaseton, holmium-166.ABSTRACTPREPARATION AND CHARACTERIZATION OF RHENIUM COMPLEX COMPOUNDCONT AINING ACETILACETONE LIGAND. Liver cancer is the leading cause of death. Nijsen et.al.have been successfully applied poly (L-lactic acid) micro spheres or PLLA containing 166Hofor liver cancertherapy. Before combined with PLLA, holmium metal complex compounds fom1ed tris-asetilasetonatholmium (Ho(acac)3) first as a precursor. Referred to the experiment, there are considerable possibilities forimplementing the PLLA microspheres containing 186Rein liver cancer therapy. This research is being donein order to prepare and characterize rhenium complexes containing acetylacetone ligand. The first step is thepreparation of dichloro(etoksiokso)bis (triphenylphosphine)rhenium(V) compounds and the next step is thepreparati on of chloroetoksi(pentane-2,4-dionato )bis( tri phenylphosphine )rheni um(III) compounds.Characterization of these compounds was carried out using UV -visible spectrophotometer, IRspectrophotometer, and LCMS. The characterization results showed the formation of rhenium complexescontaining ligands chloroetoksi(pentane-2,4-dionato )bis(triphenylphosphine)rhenium(III) of 8.8% (44 mg)with Mr of 891 as observed in the mass spectrum (MS) (C, 57,9%; P, 7%; 0, 5,4%; CI, 4%; H, 4,8%; Re,20,9%). The Results of LC showed the presence of three peaks, showing that the compounds were not pure.The result of UV-visible showed that the complex compound was still stable for five days.Keywords: rhenium, acetylacetone, holmium-166