Dicky Yuswardi Wiratma
Teknik Laboratorium Medis, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Mutiara Indonesia

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Analysis of risks factors on organophosphates poisoning on Chinese cabbage farmers in Semangat Village Kecamatan Merdeka Karo Regency Ambarwati, Nova Florentina; Wiratma, Dicky Yuswardi
Proceeding - Sari Mutiara Indonesia International Conference on Health Vol 1 No 1 (2018): Sari Mutiara Indonesia International Conference on Health
Publisher : Sari Mutiara Indonesia University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.943 KB)

Abstract

Pesticides of organophosphate type are mostly used on farming because they are easier to resolve in nature, but there was a possibility of high frequency that they were an agent that caused neurological diseases amongst farmers especially in developing countries. The factors influencing the occurrence of pesticide poisonings are internal and external factors, including age, knowledge level, work period as a sprayer, and spraying frequency. The purpose of this research is to analyze the risk factors that cause organophosphate pesticide poisonings on Chinese cabbage farmers in Semangat Village Karo Regency. The methods that are used in this research are with the observational method and cross-sectional approach, with the population of all Chinese cabbage farmers in Semangat Village Karo Regency. The taking of samples uses simple random sampling technique as much as 50 samples, the instruments that are used in this research is using Thermo Indiko for cholinesterase levels inspection and lists of questions for the farmers. The results show that there is no significant correlation between age and organophosphate pesticide poisoning on Chinese cabbage farmers (p > 0,05). Meanwhile, for other factors such as the relation between knowledge, the relation between work period as a sprayer, and the relation between spraying frequency with the level of pesticide poisoning show that there is a significant correlation (p < 0,05). Research results also show that the most dominant variable related to organophosphate pesticide poisoning on Chinese cabbage farmers is spraying frequency (p-value = 0,000 dan odds ratio = 7,707), which means that spraying frequency > 2 times a week has the opportunity of 7,707 bigger risks of organophosphate pesticide poisoning abnormality on Chinese cabbage farmers than with spraying frequency of ≤ 2 times a week
PENGARUH PERBEDAAN METODE PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED) TERHADAP NILAI LED PASIEN TERSANGKA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI UPT. KESEHATAN PARU MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN TAHUN 2015 Dicky Yuswardi Wiratma
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.323 KB)

Abstract

Tuberculosis paru adalah radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Salah satu pemeriksaan laboratorium  penunjang adalah pemeriksaan darah rutin, termasuk pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi saat ini, berbagai pemeriksaan laboratorium mengalami perbaikan dan kemajuan dalam menunjang pelayanan kesehatan yang efisien, teliti dan cepat. Pemeriksaan Laju Endap Darah yang disarankan oleh International committee for standardization in hematology (ICSH) adalah Cara tegak lurus 90° (1 jam), namun dilapangan banyak digunakan cara miring 45° (7 menit). Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif cross sectional. Penelitian yang dilakukan terhadap 30 pasien tersangka penderita tuberculosis paru didapatkan bahwa pada pemeriksaan laju endap darah cara miring diperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada pemeriksaan Laju Endap Darah cara tegak lurus. Hal ini dikarenakan bahwa pada cara miring merupakan faktor yang mempengaruhi nilai Laju Endap Darah. Pada pemeriksaan Laju Endap Darah cara miring diperoleh nilai rata-rata sebesar 23.73 mm/jam, standart Deviasi 16.52 mm/jam, Koefisien Variasi 69.60% dan Standart Error 3.02 mm/jam. Pada pemeriksaan laju Endap Darah cara tegak lurus diperoleh nilai rata-rata sebesar 15.30 mm/jam, Standart Deviasi 10.37 mm/jam, Koefisien Variasi 67.77% dan Standart Error 1.89 mm/jam.
PENENTUAN KADAR BILIRUBIN TOTAL PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI UPT KESEHATAN PARU MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Denriso Purba; Dicky Yuswardi Wiratma
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 1 No 2 (2016): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.556 KB)

Abstract

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi dari spesimen klinik (jaringan, cairan tubuh, usap tenggorokan) dan kultur. Pada umumnya penularan TB terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah obat-obat atau kombinasi obat yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengobati penderita tuberkulosis. Pemeriksaan bilirubin total adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit hati. Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar bilirubin total pada penderita tuberkulosis paru di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni dengan metode Endpoint dengan menggunakan alat spektrofotometri. Sampel diperoleh dari UPT Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebanyak 20 sampel. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil kadar bilirubin yang meningkat sebanyak 4 pasien dengan persentase 20% dan kadar bilirubin yang normal sebanyak 16 pasien dengan persentase 80%. Maka dari hasil pemeriksaan kadar bilirubin total pada penderita Tuberkulosis di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa terdapat kadar bilirubin total yang meningkat dan yang normal.
ANALISA KADAR SERUM GLUTAMIC OXALOACAETIC TRANSAMINASE PADA PENDERITA TB PARU YANG MENDAPAT TERAPI PENGOBATAN DOTS SELAMA LEBIH DARI 6 BULAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) KESEHATAN PARU MASYARAKAT (KPM) MEDAN Dicky Yuswardi Wiratma; Maniur Arianto Siahaan
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 3 No 1 (2018): JURNAL ANALISIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.672 KB)

Abstract

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman Mycobacterium tuberculosis yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus, berwarna merah berbentuk batang, tahan asam disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini terutama menyerang paru. Strategi DOTS (Directly Observed Treatmeant Short-course) yang bertujuan untuk pengobatan pasien yang diberikan dalam pengawasan yang benar dan dijamin kesembuhannya. Hepatotoksisitas merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada obat yang diberikan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan jaringan sel hati. Untuk melihat kelainan pada jaringan sel hati ada aminotranferase yang paling sering diukur yaitu Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan Serum Glutamat Pyruvic Transaminase. Telah dilakukan penelitian di Laboratorium UPT Kesehatan Paru Masyarakat (KPM) Medan dengan metode pemeriksaan secara kinetik UV yang telah direkomendasikan oleh IFCC. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan Serum Glutamat Pyruvic Transaminase pada penderita TB Paru yang mendapat terapi pengobatan DOTS selama lebih dari 6 bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat (KPM) Medan Tahun 2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan cara persentase data disimpulkan bahwa dari 20 sampel penderita TB Paru yang mengkonsumsi obat selama lebih dari 6 bulan ditemukan 7 sampel (35%) nilai SGPT dan SGOT yang meningkat dan 13 sampel (65%) nilai SGPT dan SGOT normal. Kesimpulan bahwa pada penderita TB Paru yang berobat selama lebih dari 6 bulan didapatkan nilai aktivitas SGPT dan SGOT normal.
Penyuluhan Cuci Tangan Yang Bersih Sebagai Perilaku Hidup Sehat Pada Lanjut Usia di RSU Tere Margareth Medan Dicky Yuswardi Wiratma; Dyna Grace Romatua Aruan
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 6, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v6i2.1087

Abstract

ABSTRAK Cuci tangan adalah cara yang paling efektif dalam menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial, didefinisikan sebagai suatu tindakan membersihkan tangan menggunakan air dan/atau hand sanitizer berbahan dasar alkohol untuk mengeliminasi mikroorganisme transien yang ada pada tangan. Hasil pelaksanaan program tentang mencuci tangan, menurut studi WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare menurun 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun sebesar 94%. Rumah Sakit Umum Tere Margareth adalah salah satu fasilitas kesehatan yang memiliki banyak pasien dengan angka kejadian penyakit gastrointestinal yang cukup tinggi yaitu gastritis dan diare dengan usia pasien 60-70 tahun keatas. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah memberikan informasi, pengetahuan dan pengaruh terhadap cara mencuci tangan yang bersih serta berperilaku hidup sehat pada orang lansia. Penyuluhan ini dilakukan dengan metode kuesioner, ceramah, praktek dan diakhiri dengan pemberian bingkisan. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa bertambahnya wawasan dan pengetahuan lansia tentang cara mencuci tangan yang bersih serta berperilaku hidup sehat bagi masing-masing peserta. Berdasarkan hasil kegiatan ini, maka dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dan praktek cuci tangan ini memiliki pengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan serta keterampilan pada lansia.Kata Kunci : Cuci Tangan; Lanjut Usia; Perilaku Hidup Sehat
UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL AKAR PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Yetrie B. C. Simarmata; Dicky Yuswardi Wiratma
Jurnal Farmanesia Vol 4 No 1 (2017): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.53 KB)

Abstract

Diabetes melitus merupakan sindrom metabolik paling umun di seluruh dunia dengan angka kejadian 1-8%. Penyakit ini muncul ketika insulin tidak cukup di produksi atau insulin tidak dapat berfungsi dengan baik. Diabetes ditandai dengan hiperglikemik (Elevasi Kadar Glukosa Darah) yang menyebabkan berbagai gangguan metabolik jangka pendek dalam metabolisme lemak dan protein dan jangka panjang menyebabkan perubahan aliran kadar yang irreversibel. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Sari Mutiara Indoneisa yang bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol akar pegagan terhadap efek penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental meliputi penyiapan sampel, (pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pengolahan sampel), pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrinning fitokimia, pembuatan ekstrak, uji toleransi glukosa dan uji aktivitas antidiabetes. Uji toleransi glukosa dalam ekstrak etanol akar pengagan terhadap tikus putih jantan. Uji aktivitas antidiabetes dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi Na- CMC 1%, ke­lompok II (kontrol positif) diberi Glibenklamid dosis 0,45% mg/kg bb. Kelompok III, IV dan V diberi ekstrak etanol bawang merah dengan dosis 50,100 dan 200 mg/kg bb. Kadar glukosa darah (KGD) diamati setelah diinduksi aloksan, jika terjadi KGD tikus ≥ 200 mg/dl maka tikus dianggap sudah diabetes. Hasil analisis one way ANOVA uji Tukey HSD menunjukkan pemberian EEBM dosis 50 mg/kg bb memberikan hasil yang lebih baik terhadap penurunan kadar glukosa darah yaitu menurunkan sampai kadar rata-rata 83,6±6,87 mg/dl.
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Alliumsativum L.)YANG DIHITAMKAN SEBAGAI ANTI INFLAMASI YANG DIINDUKSI OLEH KARAGENAN TERHADAP Mus musculus Dicky Yuswardi Wiratma; Kesaktian Manurung; Supartiningsih Supartiningsih; May Fransisca Telaumbanua
Jurnal Farmanesia Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.897 KB) | DOI: 10.51544/jf.v4i2.2712

Abstract

One of the plants used as an alternative to traditional medicine is Garlic (Allium sativum L.). Garlic which is rich in organic organo sulfur compounds (amino acids and essential oils) in the form of allin has many benefits in treating various types of diseases. One of the processed forms of garlic is black garlic. Black garlic is a heating product from garlic that is heated at a temperature of 70oC with a relative humidity of 70-80%. This study aims to determine the use of black garlic as an anti-inflammatory, how to make black garlic and at what concentration black garlic has an anti-inflammatory effect. The method used in this research is a pure experimental method. The results of the %R measurement, the negative control group had the highest level of inflammation and the lowest was the black garlic extract group with a concentration of 60%. Meanwhile, in the %IR measurement, the black garlic extract group with a concentration of 60% had the greatest ability to block inflammation. From the tests that have been carried out, black garlic is obtained from heating results and the results of measuring the effectiveness of its anti-inflammatory activity, namely black garlic extract with a concentration of 60% have a better anti-inflammatory effect compared to other concentrations and diclofenac sodium.
PEMERIKSAAN ZAT WARNA MERAH PADA MINUMAN BOTOL YANG BEREDAR DI SEKITAR JALAN KAPTEN MUSLIM MEDAN SECARA KROMATOGRAFI KERTAS Yosy Cinthya Eriwaty Silalahi; Dicky Yuswardi Wiratma; Artha Yuliana Sianipar
Jurnal Farmanesia Vol 5 No 2 (2018): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.023 KB) | DOI: 10.51544/jf.v5i2.2737

Abstract

Drinks are materials that are needed by living things, which are useful for survival. Therefore, many manufacturers are innovating with drinks, one of which is bottled drinks and adding colorants to drinks to attract buyers. The purpose of this study was to determine whether or not the use of red dye is not allowed in bottled drinks sold around Jalan Captain Muslim Medan. This study uses a descriptive method, namely by conducting examinations in the laboratory. Drinks that are red were taken as samples, namely as many as 5 samples. Samples were purified using wool absorption, followed by identification using paper chromatography compared with tables. The results of the observations showed that from the 5 samples tested, none of the bottled drinks containing red dye were prohibited.
UJI AKTIVITAS BUAH OKRA(Abelmoschus esculentus L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS Dicky Yuswardi Wiratma; Kesaktian Manurung; Soraya Syaviera
Jurnal Farmanesia Vol 7 No 2 (2020): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.659 KB)

Abstract

Diabetes mellitus is a metabolic disorder disease characterized by hyperglycemia. Abelmuschus esculentus or known as the okra plant, is often used as a treatment for DM because it has hypoglycemic and antioxidant effects. Okra (Abelmuschus esculentus) is believed by the public as one of the plants that can prevent and treat diabetes. This study aims to test whether the administration of okra fruit extract can reduce blood glucose levels in rats. The research subjects were 25 rats which were divided into 5 groups, which consisted of a negative control group with 1% NaCMC, a positive control group using glibenclamide and ethanol extract of okra fruit at a dose of 200 mg/kgBW, a dose of 250 mg/kgBW, a dose of 300 mg. /kgBB. Glucose levels were measured at T0, T1, T2, T3, T4 AND T5 using a test strip glucometer. This study was experimental.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUNMANGKOKAN (Polyscias scutellaria) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes Siti Nurbaya; Dicky Yuswardi Wiratma; Elly Sitorus; Amaliah Insani
Jurnal Farmanesia Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.316 KB) | DOI: 10.51544/jf.v8i2.2795

Abstract

Indonesia is a tropical country that has a variety of plants, one of which is the succulent plant (Polyscias Scutellaria). Mangkukan plant contains flavonoid compounds, alkaloids, saponins, polyphenols, fats. This study aimed to determine the antibacterial activity of the ethanol extract of the leaves of the Mangkokan (Polyscias Scutellaria) against Propionibacterium acnes bacteria. The tests were carried out through the stages of collecting materials, preparing simplicia, making an ethanolic extract of Mangkukan leaves, and testing the inhibitory power of basil leaves against Propionibacterium acnes bacteria. The manufacture of ethanolic extract of the leaves of the Mangkokan was carried out by the maceration method using 96% ethanol. Antibacterial activity testing was carried out using the agar diffusion method using disc paper. The results of the study based on the results of phytochemical screening showed that the simplicia and ethanol extract of the Mangkukan leaf contained alkaloids, flavonoids, glycosides, tannins, saponins, steroids/triterpenes. Meanwhile, the results of the antibacterial activity test of the ethanolic extract of the Mangkokan leaf have antibacterial properties against Propionibacterium acnes at extract concentrations of 30% (6.74 mm), .35% (6.84 mm), 40% (7.26 mm), 45% (7.32 mm), 50% (8.68 mm) with medium resistance zone. The positive control used 30 g chloramphenicol disc paper with an inhibition zone diameter of 21.89 and the negative control used 10% DMSO solution which had no inhibition zone. The ethanol extract of basil leaves has antibacterial activity against Propionibacterium acnes bacteria.