Agustin Rustam
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GROWTH RATE AND PRODUCTIVITY DYNAMICS OF ENHALUS ACOROIDES LEAVES AT THE SEAGRASS ECOSYSTEM IN PARI ISLANDS BASED ON IN SITU AND ALOS SATELLITE DATA Agustin Rustam; Dietriech Geoffrey Bengen; Zainal Arifin; Jonson Lumban Gaol; Risti Endriani Arhatin
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES) Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : National Institute of Aeronautics and Space of Indonesia (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.871 KB) | DOI: 10.30536/j.ijreses.2013.v10.a1847

Abstract

Enhalus acoroides is the largest population of seagrasses in Indonesia. However, growth rate  and  productivity  analyses  of Enhalus  acoroides and  the use  of  satellite data to estimate its the productivity are still rare. The goal of the research was to analyze the growth rate, productivity rate,seasonal productivity of Enhalus acoroides in Pari island and its surroundings. The study was divided into two phases i.e., in situ measurments and satellite image processing. The field study was conducted to obtain the coverage percentage, density, growth rate, and productivity rate, while the satellite image processing was used to estimate the extent of seagrass. The study was conducted in August 2011 toJuly  2012  to  accommodate  all  four  seasons. Results  showed  that  the highest  growth  rate  andproductivity occurred during the transitional season from west Monsoon to the east Monsoon of 5.6cm/day  and  15.75  mgC/day, respectively.   While, the  lowest growth rate  and productivity occurred during  the  transition  from east  Monsoon  to  the  west  Monsoon of 3.93  cm/day  and  11.4  mgC/day, respectively. Enhalus  acoroides productivity reached its maximum during  the  west  Monsoon  at 1081.71 mgC/day/m2 and minimum during east Monsoon with 774.85 mgC/day/m2 . Based on ALOS data in 2008 and 2009, total production of Enhalus acoroides in the proximity of Pari islands reached its maximum occur during the west Monsoon (48.73 – 49.59 Ton C) and minimum during transitional season (16.4-16.69 Ton C). Potential atmospheric CO2 absorption by Enhalus acoroides in Pari island was estimated at the number 60.14 – 181.82 Ton C.
Cadangan Karbon Ekosistem Mangrove di Sulawesi Utara dan Implikasinya Pada Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Terry Louise Kepel; Restu Nur Afi Ati; Agustin Rustam; Yusmiana Puspitaningsih Rahayu; Mariska Astrid Kusumaningtyas; August Daulat; Devi D. Suryono; Nasir Sudirman; Novi Susetyo Adi; Desy Maria Helena Mantiri; Andreas Albertino Hutahaean
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.705 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7711

Abstract

Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang menerapkan kebijakan rencana aksi nasional/daerah (RAN/RAD) gas rumah kaca sebagai bagian dari usaha nasional dalam mitigasi perubahan iklim. Salah satu kegiatan mitigasi berbasis lahan di Sulawesi Utara adalah pengukuran dan monitoring biomas dan stok karbon di hutan termasuk hutan pantai yang luasan pengukuran masih terbatas. Pada tahun 2013-2015, Tim Penelitian Karbon Biru melakukan penelitian di empat lokasi di Sulawesi Utara yang bertujuan untuk menganalisis kondisi ekologis dan kemampuan ekosistem pesisir terutama mangrove dalam menyimpan karbon serta implikasi pada mitigasi gas rumah kaca. Lokasi penelitian terletak di Ratatotok – Kabupaten Minahasa Tenggara, Kema – Kabupaten Minahasa Utara, Pulau Lembeh – Kota Bitung dan  Pulau Sangihe – Kabupaten Sangihe. Jenis mangrove yang teridentifikasi adalah 17 spesies dan 3 spesies diantaranya yaitu B. gymnorrhiza, R. mucronata dan S. alba ditemukan di semua lokasi. Keanekaragaman spesies berkisar dari rendah sampai sedang dan penyebaran spesies tidak merata.  Kapasitas penyimpanan karbon adalah sebesar 343,85 Mg C ha-1 di Ratatotok, 254,35 Mg C ha-1 di Lembeh, 387,95 Mg C ha-1 di Kema, dan 594,83 Mg C ha-1 di Sangihe. Lebih dari 59% simpanan karbon berada pada sedimen. Nilai rata-rata simpanan karbon di keempat lokasi penelitian sebesar 456,86 M C ha-1 atau 5,70 Tg C setelah dikonversi dengan luas total ekosistem mangrove Sulawesi Utara. Nilai ini setara dengan penyerapan CO2 dari atmosfer sebesar 20,70 Tg CO2e. Potensi emisi akibat perubahan lahan mangrove mencapai 0,42 Tg CO2e. Upaya meningkatkan kontribusi penurunan emisi Sulawesi Utara dapat dicapai dengan melakukan intervensi pengurangan emisi melalui rehabilitasi dan konservasi ekosistem mangrove.
Pemantauan Ekosistem Lamun Pulau Pari dan Pulau Tikus Agustin Rustam
Jurnal Riset Jakarta Vol. 12 No. 1 (2019): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.657 KB) | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v12i1.3

Abstract

Monitoring atau pemantauan yang dilakukan terhadap ekosistem lamun pada lokasi permanen diperlukan mendapatkan sumber masalah dan solusi untuk pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan tahun 2012 di perairan Gugusan Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan pemasangan lokasi permanen di dua pulau, Pulau Pari dan Pulau Tikus. Tujuan penelitian ini mendapatkan dinamika kondisi eksisting ekosistem lamun melalui pendekatan persentase tutupan lamun. Metode penelitian dilakukan dengan survei lapangan yang berkelanjutan (monitoring), penentuan lokasi permanen berdasarkan hipotesa Pulau Pari terpengaruh aktivitas daratan, Pulau Tikus tidak terpengaruh. Hasil penelitian jenis lamun yang ditemukan di gugusan Pulau Pari ada tujuh jenis. Hasil monitoring terlihat adanya kecenderungan penurunan persentase penutupan lamun dan berkurangnya spesies lamun di Pulau Pari, sedangkan di Pulau Tikus terlihat stabil. Aktivitas pembangunan yang berlangsung di Pulau Tengah berperan cukup besar atas penurunan persentase tutupan lamun di Pulau Pari selama penelitian, juga potensi pencemaran limbah domestik dari masyarakat lokal maupun dari wisatawan. Pemantauan pada lokasi permanen perlu dilanjutkan sehingga permasalahan yang terjadi dengan ekosistem di Gugusan Pulau Pari dapat dicari solusinya. Misalnya terkait dengan tingginya aktivitas wisatawan, perlu pembelajaran tentang ekowisata yang baik bagi wisatawan dan masyarakat lokal, misalnya dalam penanganan limbah. Sehingga diharapkan pemanfatan ekosistem yang berkelanjutan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan.
Karakteristik Fisis Air Laut dan Dinamika Perairan Kepulauan Seribu Eva Mustikasari; Agustin Rustam
Jurnal Riset Jakarta Vol. 12 No. 2 (2019): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.082 KB) | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v12i2.5

Abstract

Secara georgrafis perairan Kepulauan Seribu memiliki peran penting dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonimi daerah melalui pengembangan industri kelautan seperti jasa perhubungan laut, transhipment, penambangan minyak dan pariwisata. Salah satu unsur penunjang pengembangan Kepulauan Seribu yaitu dengan mengkaji dan menganalisis karakteristik fisis air laut dan dinamika perairannya. Karakteristik fisis dan dinamis air laut seperti temperatur, intensitas cahaya, pasang surut dan arus dikaji dalam penelitian ini bertujuan agar setiap pengembangan memiliki rencana yang baik dan benar karena kondisi perairannya terukur. Metoda utama yang digunakan dalam kajian ini adalah metoda pengukuran in situ serta pemodelan hidrodinamika yang diselesaikan secara numerik. Hasil kajian menunjukkan bahwa Temperatur rata-rata perairan di Kepulauan seribu mencapai 28.582oC sampai 30.252oC, sementara nilai intensitas cahaya rata-rata mencapai 0.801 Cd sampai 120.869 Cd. Tipe pasang surut di Kepulauan Seribu merupakan tipe pasang surut Campuran condong harian tunggal. Rms error hasil pengukuran elevasi pasut in situ dan simulasi numerik menunjukkan nilai 0.01564. Kecepatan arus maksimum 0.164 m/det. sedangkan kecepatan arus minimum berkisar 0.002 m/det. Kepulauan seribu merupakan wilayah perairan yang subur dan potensial untuk tumbuh kembang aneka ragam hayati laut.
Keanekaragaman Hayati Tanaman Akuatik Tenggelam di Situs Ramsar Pulau Rambut, Jakarta: The Submerged Aquatic Vegetation Biodiversity at The Ramsar Site of The Pulau Rambut of Jakarta Agustin Rustam; Yusmiana Puspitaningsih Rahayu; Hadiwijaya Lesmana Salim
Jurnal Riset Jakarta Vol. 13 No. 1 (2020): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v13i1.28

Abstract

Pulau Rambut merupakan satu-satunya situs RAMSAR di Indonesia yang berupa pulau kecil meliputi daratan dan perairan. Keberadaannya sebagai daerah singgahan ribuan burung migrasi dan keanekaragaman hayati daratan maupun perairan yang tinggi. Salah satunya adalah keanekaragaman hayati tanaman bentik tenggelam seperti lamun dan makro alga. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi keanekargaan hayati tanaman bentik tenggelam khususnya lamun dengan potensi sebagai bioindikator kesehatan perairan dan potensi karbon biru dalam mitigasi perubahan iklim. Metode penelitian yang dilakukan adalah purposive sampling dengan mengitari dan mengobservasi seluruh pulau dan melakukan transek serta pengambilan sampel baik biomasa dan sedimen pada November 2017. Hasil yang didapat adanya empat jenis lamun yang ditemukan dan enam jenis makro laga. Adanya zonasi antara makro alga dengan lamun di stasiun Pulau Rambut Utara, dan jenis Thalassia hemprichii merupakan jenis kunci lamun di Pulau Rambut dengan nilai indeks penting tertinggi 191 %. Berdasarkan kajian ekosistem lamun sebagai bioindikator kesehatan lamun lokasi bagian utara kondisi perairan sehat dengan sedangkan bagian barat kondisi rusak/miskin. Potensi ekosistem lamun sebagai mitigasi perubahan iklim mampu menyerap karbon dalam stok biomasa lamun sebesar 1,85 MgC/ha. Keberadaan makroalga yang dominan meengindikasikan nutrien perairan yang tinggi jika berlangsung lama akan menyebabkan degradasi dan hilangnya lamun tergantikan dengan makroalga atau sedimen. Diperlukan sistem pengaturan yang terintegrasi mulai dari daratan utama sampai ke laut sehingga keberlangsungan suaka margasatwa Pulau Rambut tetap terjaga.