Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PEMBUATAN KATALIS HYDROTREATING NiMo YANG TAHAN TERHADAP RACUN KATALIS (SILIKA) Purnawan, Irfan Purnawan
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Konversi
Publisher : Konversi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bumi mengandung pengotor berupa sulfur,  nitrogen, oksigen, logam, dan olefin. Pengotor-pengotor tersebut harus  dihilangkan  melalui  proses hydrotreating sebelum minyak bumi diolah lebih lanjut. Salah satu katalis hydrotreating yang umum digunakan adalah NiMo/γ-Al2O3.Tujuan dari penelitian ini adalah membuat katalis NiMo/γ-Al2O3  untuk hydrotreating dengan umpan berupa coker nafta dan fosfat sebagai aditif. Metode  yang  digunakan pada penelitian ini adalah  impregnasi. Bahan baku yang digunakan  yaitu  Nikel Nitrat (NiNO3.6H2O), Molybdenum Trioxide (MoO3), larutan Amoniak (NH4) dan gamma alumina komersial sebagai penyangga. Katalis yang dihasilkan diuji luas permukaannya menggunakan metode Bruneur-Emmet-Teller  (BET), sedangkan struktur aktifnya diuji menggunakan XRD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  katalis yang lebih tahan terhadap keracunan silika adalah katalis dengan komposisi 3% Nikel, 5% Molibdenum, dengan penyangga alumina yang telah dikalsinasi pada suhu 600 oC.   
OPTIMASI INJEKSI CHEMICAL WATER CLARIFIER UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI MINYAK DAN LEMAK DALAM PRODUCED WATER PADA PROSES EKSPLORASI DAN PENGOLAHAN GAS ALAM Purnawan, Irfan; Pratama, Reza Bayu
Jurnal Teknologi Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan  air  buangan  dapat  menimbulkan  dampak  yang  tidak  baik  bagi  lingkungan.  Air buangan dapat berasal  dari rumah tangga, institusi  maupun industri. Industri migas merupakan salah satu industri yang tidak luput dalam menghasilkan air buangan. Produced water  merupakan air buangan dalam industri eksplorasi dan pengolahan gas alam.  Produced water  yang dihasilkan harus memiliki konsentrasi minyak dan lemak di  bawah ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah agar aman untuk dibuang ke lingkungan. Untuk menurunkan konsentrasi minyak dan lemak dalam produced water maka perlu dilakukan chemical treatment  yaitu dengan penambahan bahan kimia  water clarifier. Penentuan jumlah  injeksi  optimum  water  clarifier  diperlukan  agar  dapat  menurunkan  konsentrasi  minyak  dan lemak  sesuai  ketentuan  Pemerintah.  Selain itu  dengan didapatkannya  optimasi dosis injeksi ini juga dapat  memaksimalkan  proses  operasi  dan  menghemat  pemakaian  water  clarifier.  Penelitian  untuk mendapatakan injeksi optimum dari water clarifier  dilakukan di  laboratorium  eksplorasi dan  pengolahan gas alam Kangean Energy Indonesia, Pagerungan Field.  Penelitian dilakukan pada sampel  produced water yang diambil dari outlet water pada separator 3 fase. Kemudian dibuat variasi konsentrasi  water clarifer  dan waktu settlingnya pada sampel  produced water.  Kemudian dilakukan analisa konsentrasi minyak  dan  lemak  menggunakan  metode  SNI  06-6989.10-2004.  Hasil  penelitian  mendapatkan persamaan y =  -0,38x + 28,133 dan  dosis injeksi minimum chemical water clarifier yang dibutuhkan sebanyak 8,24 ppm dengan waktu settling selama 9 hari.
PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA PEMBUATAN TAWAS DARI KALENG ALUMUNIUM BEKAS Purnawan, Irfan; Ramadhani, Rizki Budi
Jurnal Teknologi Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfataan  kaleng  alumunium  bekas  sebagai  bahan  baku  pembuatan  tawas  ini  dilakukan  untuk mengurangi jumlah sampah anorganik dengan memanfaatkan kandungan alumunium kaleng tersebut menjadi tawas yang kemudian dapat digunakan untuk proses penjernihan air. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah tawas alum kalium. Alum kalium, KAl(SO4)2.12H2O, merupakan kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat amorf yang berfungsi sebagai koagulan dalam pengolahan  air  limbah.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mencari  konsentrasi  KOH  optimum  untuk pembuatan  tawas  dari  bahan  baku  kaleng  bekas.  Metode  penelitian  ini  terdiri  dari  5  tahap  yaitu preparasi, pelarutan, pengendapan alum, pencucian dan pengeringan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variasi konsentrasi KOH sebesar  10%, 20%, 30%, 40% dan 50 %. Kadar alumunium dapat  ditetapkan  dengan  menggunakan  ICP  OES  dan  pengukuran  kekeruhan  menggunakan  alat turbidimeter. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu rendemen optimum sebesar 99,94% terjadi pada konsentrasi KOH 30%, dengan bagian yang tidak larut dalam air sebesar 5,13% dan kadar alumunium dalam  tawas  4,19%.  Tawas  yang  dihasilkan  mampu  menjernihkan  air  karena  dapat  mengurangi kekeruhan  sampel  air  dari  156  NTU  (Normal  Turbidity  Unit)  menjadi  0,879  NTU.  Persamaan polynomial  untuk  grafik  korelasi  antara  konsentrasi  KOH  pada  konsentrasi  H2SO4  8  M  terhadap Rendemen adalah y = -0,067x2+ 4,999x + 7,751, terhadap tidak larut dalam air adalah y = 0,002x2-0,165x + 5,469 dan terhadap % Alumunium dalam tawas adalah y = -0,003x2+ 0,173x + 2,769.
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN EKSTRAK KOPI UNTUK MENGINHIBISI KOROSI PADA BESI Arifin, Pradhini Nur; Purnawan, Irfan
Konversi Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Konversi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan material khususnya logam, sangat signifikan dalam perkembangan proses dan teknologi, sehingga sangat penting membuat logam tersebut tahan lama dengan menghambat laju korosi. Kafein dalam kopi dapat menghambat laju korosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan ekstrak kafein dari kopi sebagai inhibitor terhadap laju korosi besi dalam media NaCl 0,2% dan 1% dan mendapatkan waktu perendaman optimum melalui nilai efisiensi inhibisi. Ekstrak kafein diperoleh dari kopi dengan cara mengeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105°C selama 2 jam. Serbuk kopi dengan ukuran 40 mesh direfluks dan filtratnya diekstrak dengan diklorometan. Larutan dimasukkan dalam rotary evaporator dengan putaran 155 rpm pada 400°C selama 10 menit kemudian larutan tersebut diencerkan dengan aquadest 100 ml hingga menghasilkan larutan kafein sebagai larutan inhibior. Inhibitor ekstrak kafein dari kopi ditambahkan ke dalam media korosi NaCl dengan konsentrasi 8 ppm dengan variasi waktu 0,5; 1; 2; 3 dan 4 hari. Perhitungan laju korosi menggunakan pengurangan berat atau metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan inhibitor dengan kandungan ekstrak kopi 8 ppm dapat menurunkan laju korosi besi dalam media NaCl 0,2% sebesar 0,0042 g/m2 per hari dengan waktu pelapisan optimal 1 hari dan efisiensi inhibisi sebesar 54,56%. Sedangkan dalam media NaCl 1%, laju korosi sebesar 0,05 g/m2 per hari dengan waktu pelapisan optimal 0,5 hari dan efisiensi inhibisi sebesar 52,48%.                                                   Kata kunci: Kopi, Kafein, korosi, besi, inhibitor.
Pengaruh Penambahan Limestone terhadap Kuat Tekan Semen Portland Komposit Irfan Purnawan; Andi Prabowo
Jurnal Rekayasa Proses Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.136 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.31136

Abstract

Cement is the main component of construction that makes it a significant commodity. Portland Composite Cement (PCC) is one of new cement variants that has similar characteristic to Portland Cement, but with better quality, more environmentally friendly and cheaper in price. The objective of this research is to understand the influence of limestone to the compressive strength of the cement and to determine the percentage of added limestone that gives maximum compressive strength to PPC. The limestone varies added to the cement are 0, 5, 10, 15, 20 and 25%. The impact of added limestone can be studied from several tests such as fineness test, residue test, chemical composition test and cement compressive strength. The result shows that the higher percentage of limestone added to the cement, the higher the result for residue test and fineness test, but lower result for compressive strength. The highest compressive strength obtained is at 2 days age while the best composition of the blended cement is 77% clinker, 15% limestone, 3% gypsum and 5% blast furnace slag. ABSTRAKSemen merupakan bahan dasar utama konstruksi bangunan. Hal ini menjadikan semen merupakan komoditi yang strategis. Portland Composite Cement (PCC) merupakan jenis semen varian baru yang mempunyai sifat dan karakteristik hampir sama dengan semen Portland. Namun semen jenis PCC ini mempunyai kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan dan harga yang lebih ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan limestone dengan berbagai variasi terhadap kuat tekan dan menentukan massa limestone yang dapat memberikan kuat tekan maksimum pada semen Portland komposit. Pembuatan semen Portland komposit dilakukan dengan penambahan limestone sebagai aditif. Variasi limestone yang ditambakan adalah 0, 5, 10, 15, 20 dan 25%. Pengaruh penambahan limestone dapat diketahui dari hasil uji kehalusan, uji residu, uji komposisi kimia semen dan uji kuat tekan semen. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar persentase pemakaian limestone di dalam blended cement maka nilai residu dan nilai kehalusan akan semakin besar namun nilai kuat tekan akan semakin rendah. Kuat tekan semen yang tertinggi yaitu nilai kuat tekan pada umur 2 hari. Komposisi terbaik aditif limestone di dalam blended cement adalah 77% clinker, 15% limestone, 3% gypsum dan 5% blast furnace slag.
PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA PEMBUATAN TAWAS DARI KALENG ALUMUNIUM BEKAS Irfan Purnawan; Rizki Budi Ramadhani
Jurnal Teknologi Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.6.2.109-119

Abstract

Pemanfataan  kaleng  alumunium  bekas  sebagai  bahan  baku  pembuatan  tawas  ini  dilakukan  untuk mengurangi jumlah sampah anorganik dengan memanfaatkan kandungan alumunium kaleng tersebut menjadi tawas yang kemudian dapat digunakan untuk proses penjernihan air. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah tawas alum kalium. Alum kalium, KAl(SO4)2.12H2O, merupakan kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat amorf yang berfungsi sebagai koagulan dalam pengolahan  air  limbah.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mencari  konsentrasi  KOH  optimum  untuk pembuatan  tawas  dari  bahan  baku  kaleng  bekas.  Metode  penelitian  ini  terdiri  dari  5  tahap  yaitu preparasi, pelarutan, pengendapan alum, pencucian dan pengeringan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variasi konsentrasi KOH sebesar  10%, 20%, 30%, 40% dan 50 %. Kadar alumunium dapat  ditetapkan  dengan  menggunakan  ICP  OES  dan  pengukuran  kekeruhan  menggunakan  alat turbidimeter. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu rendemen optimum sebesar 99,94% terjadi pada konsentrasi KOH 30%, dengan bagian yang tidak larut dalam air sebesar 5,13% dan kadar alumunium dalam  tawas  4,19%.  Tawas  yang  dihasilkan  mampu  menjernihkan  air  karena  dapat  mengurangi kekeruhan  sampel  air  dari  156  NTU  (Normal  Turbidity  Unit)  menjadi  0,879  NTU.  Persamaan polynomial  untuk  grafik  korelasi  antara  konsentrasi  KOH  pada  konsentrasi  H2SO4  8  M  terhadap Rendemen adalah y = -0,067x2+ 4,999x + 7,751, terhadap tidak larut dalam air adalah y = 0,002x2-0,165x + 5,469 dan terhadap % Alumunium dalam tawas adalah y = -0,003x2+ 0,173x + 2,769.
OPTIMASI INJEKSI CHEMICAL WATER CLARIFIER UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI MINYAK DAN LEMAK DALAM PRODUCED WATER PADA PROSES EKSPLORASI DAN PENGOLAHAN GAS ALAM Irfan Purnawan; Reza Bayu Pratama
Jurnal Teknologi Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.6.1.69-78

Abstract

Keberadaan air buangan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Air buangan dapat berasal dari rumah tangga, institusi maupun industri. Industri migas merupakan salah satu industri yang tidak luput dalam menghasilkan air buangan. Produced water merupakan air buangan dalam industri eksplorasi dan pengolahan gas alam. Produced water yang dihasilkan harus memiliki konsentrasi minyak dan lemak dibawah ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah agar aman untuk dibuang ke lingkungan.Untuk menurunkan konsentrasi minyak dan lemak dalam produced water maka perlu dilakukan chemical treatment yaitu dengan penambahan bahan kimia water clarifier. Penentuan jumlah injeksi optimum water clarifier diperlukan agar dapat menurunkan konsentrasi minyak dan lemak sesuai ketentuan Pemerintah. Selain itu dengan didapatkannya optimasi dosis injeksi ini juga dapat memaksimalkan proses operasi dan menghemat pemakaian water clarifier.Penelitian untuk mendapatakan injeksi optimum dari water clarifier dilakukan di laboratorium eksplorasi dan pengolahan gas alam Kangean Energy Indonesia, Pagerungan Field.Penelitian dilakukan pada sampelproduced water yang diambil dari outlet water pada separator 3 fase. Kemudian dibuat variasi konsentrasi water clarifer dan waktu settlingnya pada sampelproduced water. Kemudian dilakukan analisa konsentrasi minyak dan lemak menggunakan metode SNI 06-6989.10-2004. Hasil penelitian mendapatkan persamaan y = -0,38x + 28,133 dan dosis injeksi minimum chemical water clarifier yang dibutuhkan sebanyak 8,24 ppm dengan waktu settling selama 9 hari.
PENGARUH PH BIOFLUCCULANT KITOSAN DAN NANOPARTIKEL KITOSAN TERHADAP EFFISIENSI PEMISAHAN PADA PEMANENAN BIOMASSA MIKROALGA Alvika Meta Sari; Irfan Purnawan; Erdawati Erdawati
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada  penelitian ini, kitosan dan nanopartikel kitosan digunakan sebagai agen flokulan untuk memanen mikroalga Nannochloropsis sp. Kitosan dimodifikasi menjadi nanopartikel kitosan melalui taut silang dengan natrium tripolifosfat. Tujuan penelitian ini adalah (i) membuat nanopartikel kitosan dengan tautan silang, (ii) mempelajari pengaruh pH kitosan dan nanopartikel kitosan terhadap efisiensi pemisahan pada pemanenan biomassa, dan (iii) mencari nilai-nilai terbaik pH dan konsentrasi bioflukolan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil XRD, nanopartikel kitosan yang dihasilkan dengan tautan silang memberikan pola difraksi dengan puncak yang tinggi, dan melebar. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji merupakan fasa kristalin dengan ukuran di daerah nanometer. Pengaruh dari kedua jenis flokulan (kitosan dan nanopartikel kitosan), dosis flokulan dan pH kultur diselidiki pada pemanenan biomassa. Dosis optimum untuk kedua bio-flokulan ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi flokulan makin tinggi effisiensi pemisahan, dan makin tinggi pH media kultur, makin tinggi effisinsi pemisahan. Kondisi optimum effisiensi pemisahan dengan kitosan diperoleh pada pH media kultur 9  dan konsentrasi kitosan 100 mg/L dengan effisiensi 92 %. Sedangkan, effisiensi pemisahan pada pH 9 dan konsentrasi nanopartikel kitosan 60 mg/L adalah 95 %.
Pemanfaatan Gelombang Mikro dalam Pre-treatment Limbah Masker Menjadi Bioetanol dengan Katalis Enzim Trichoderma reesei Zulfa Rachdianti; Fachri Azmi; Fajri Afriliono; Ricky Andi Permana; Irfan Purnawan
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dampak limbah masker menyebabkan pencemaran lingkungan, merusak ekosistem, dan dapat meningkatkan resiko penyebaran COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan serta menganalisa jumlah enzim selulase dan waktu hidrolisis optimum dalam mengkonversi selulosa pada limbah masker N95 yang sudah mengalami pretreatment menjadi glukosa serta suhu dan pH optimum dalam mengkonversi glukosa menjadi bioetanol. Metode penelitian ini terdiri dari pre-treatment dengan menggunakan gelombang mikro, hidrolisis enzimatik menggunakan enzim selulase dari Trichoderma reesei dengan variasi 1, 2, 3 hari hidrolisis pada suhu 50°C dan volume enzim 10, 20 dan 30 mL serta fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae dengan variasi pH 4 dan 5 dengan variasi suhu 30°C dan 35°C selama 72 jam waktu inkubasi. Hasil pengujian kadar glukosa tertinggi diperoleh pada volume enzim 30 mL dengan waktu hidrolisis 3 hari pada suhu 50°C dan kadar etanol pada suhu fermentasi 30°C dengan pH 4 dan 5 masing-masing 4.76% dan 3.57% serta pada suhu fermentasi 35°C dengan pH 4 dan 5 masing-masing 1.75% dan 0.71%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemurnian etanol optimum diperoleh dari hidrolisis dengan jumlah enzim 30 mL selama 3 hari dengan suhu 50°C dan fermentasi pada pH 4 dan suhu 30°C selama 72 jam.
PEMANENAN BIOMASSA MIKROALGA MENGGUNAKAN FLOKULAN KITOSAN DAN NANOMAGNETIT KITOSAN Alvika Meta Sari; Erdawati Erdawati; Irfan Purnawan
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biomassa Mikroalga merupakan salah satu mikroalga yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, proses pemanenannya memerlukan flokulan yang tidak sedikit. Oleh karena itu dalam penelitian ini kitosan dan nanomagnetik kitosan digunakan sebagai flokulan pada proses pemanenan biomassa Mikroalga. Tujuan dari studi ini adalah mencari pengaruh pH dan dosis  flokulan kitosan dan nanomagnetik kitosan terhadap % biomassa terhadap perolehan biomassa  Mikroalga, mencari pengaruh dosis flokulan kitosan dan nanomagnetit kitosan terhadap perolehan biomassa  dan membandingkan penggunaan flokulan kitosan dan nanomagentik kitosan. Mikroalga  dan mendapatkan pH dan dosis terbaik. Kitosan dan nanomagnetik kitosan dengan dosis 20, 40, 60, 80, 120 dan 140 mg  dan pH 5, 6, 7, 8, 9 ditambahkan ke dalam suspensi mikroalga Mikroalga, lalu diukur persen perolehan biomassanya. Hubungan antara pH flokulan dengan persen perolahan biomassa adalah meningkatnya pH maka persen perolehan biomassa semakin tinggi. Hubungan dosis flokulan kitosan dan nanomagnetit kitosan menunjukkan bahwa semakin banyak dosis flokulan maka semakin banyak biomassa yang dipanen. Hasil menunjukkan bahwa nilai pH yang terbaik adalah 4 dan dosis terbaik adalah 80 mg untuk kedua flokulan. Hasil yang didapat memperlihatkan bahwa Nanomagnetit kitosan lebih baik kinerjanya sebagai flokulan untuk pemanenan mikroalga Mikroalga daripada kitosan dengan nilai tertinggi pada pH 8 dan dosis 80 mg dengan perolehan biomassa tertinggi pada 98%.  Kata kunci: pemanenan mikroalga, biomassa Hemotococcus pluvalis, nanomagnetit  kitosan, kitosan