Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

IMPLEMENTASI ADAPTIF PADA DALEM WURYANINGRATAN Agus Dody Purnomo; Kiki Putri Amelia; Nanda Mega Kynanti; Febri Toni
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i2.706

Abstract

Abstract: Adaptive is a strategic step taken in conservation activities in heritage buildings. This strategy is considered to be wiser in to maintaining heritage buildings, that can also provide solutions for their sustainability. The adaptive strategy also applied to one of the heritage buildings in the city of Surakarta, Dalem Wuryaningratan. The building which has unique architectural and interior forms, considerate as a attraction for visitor of the Danar Hadi Batik museum. This study aims to determine conservation and transformation measures are applied to these heritage buildings. The research method used a qualitative descriptive method. The adaptive strategy is a solution in the conservation steps of Dalem Wuryaningratan. Not only improving the visual appearance of the building, but also for fullfill current building function. Through this paper, it is hoped that it can reminded to the public and policy makers the importance of preserving heritage buildings. The adaptive approach is a creative solution for designers and architects in accomodating sustainability issues in heritage building. Addaptive aproach can also be a source of inspiration for other cities in dealing with the conservation of their heritage buildings.Abstrak: Adaptif merupakan langkah strategis yang dilakukan dalam kegiatan konservasi pada bangunan heritage. Strategi tersebut dinilai lebih bijak dimana selain mempertahankan bangunan heritage tetap berdiri juga dapat memberi solusi untuk keberlanjutannya (sustainable). Strategi adaptif juga diterapkan pada salah satu bangunan heritage di kota Surakarta yakni Dalem Wuryaningratan. Bangunan dengan keunikan bentuk arsitektur dan interiornya menjadi daya tarik museum Batik Danar Hadi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana langkah konservasi dan tranformasi yang diterapkan pada bangunan heritage tersebut. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi adaptif menjadi solusi dalam konservasi Dalem Wuryaningratan. Tidak hanya memperbaiki tampilan visual bangunan tetapi juga menjawab kebutuhan akan fungsi bangunan pada saat ini maupun yang akan datang. Melalui tulisan ini diharapkan dapat menyadarkan kembali kepada masyarakat dan para pengambil kebijakan akan pentingnya pelestarian bangunan heritage. Pendekatan adaptif merupakan solusi kreatif bagi desainer dan arsitek dalam menjawab isu keberlanjutan. Pendekatan adaptif juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi kota-kota lainnya dalam menangani konservasi bangunan heritagenya. 
Culture Acculturation in Architecture of Masjid Kasimuddin at Bulungan, North Borneo Afifah Nurul Jihad; Agus Dody Purnomo
Jurnal PATRA Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Patra Mei 2022
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v4i1.320

Abstract

Acculturation is the process of mixing or merging two different cultures into one new culture. One example of cultural acculturation is found in the architecture of Kasimuddin mosque located in Tanjung Palas, Bulungan Regency, North Kalimantan has a unique architectural form. This mosque is often known as the sultan's mosque because this mosque was built during the Bulungan Sultanate. The existence of this mosque is included in the Bulungan government's cultural tourism project plan. In addition to having a local cultural character, the architecture of this mosque is also influenced by other cultures. This research aims to examine cultural acculturation in the architecture of Kasimuddin Mosque. In addition, it is expected that this writing can be one of the references for the implementation of the next mosque restoration. The research method used is qualitative method. With the form of data collection through field surveys, interviews, and some references from journals. This research was conducted on the Kasimuddin Mosque building. This mosque became one of the artifacts of the Bulungan sultanate and currently still serves as a place of worship as well as a cultural object. Various cultures influence the architecture of the mosque, including Javanese, Sumatran, Betawi, Malay, and European cultures. The occurrence of cultural acculturation because it is located in a coastal area where the area becomes a meeting place between nations. So it is not surprising that in the Bulungan area there is acculturation of different cultures. Kasimuddin Mosque is one example of the result of cultural acculturation. As a cultural heritage building is expected to always be maintained, and considered both by the local government and the local community.
ANALISIS WARNA DAN BENTUK PADA INTERIOR PRODIA CHILDREN’S HEALTH CARE TERHADAP PSIKOLOGI ANAK Niken Laksitarini; Agus Dody Purnomo
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 18 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.277 KB) | DOI: 10.25105/dim.v18i2.10174

Abstract

The use of color in the interior has a very important role. Color is a basic element of an interior space design. The use of the right color will be able to motivate or even reduce a human psychological condition. Especially if the health clinic has been identified by a small child with something scary, because it is often associated with needles, blood and disease. Prodia Children’s Health Care as a service provider in the field of health specializing in the services of young children, seeks to change that paradigm. Qualitatively, this study aims to identify the effect of the color used in the interior of Prodia Children, s Health Care on children's psychology. The findings obtained are expected to be input and consideration in the planning, design and development of special health facilities for children in the future.Keywords: color, interior, children
ADAPTIVE REUSE PADA DESAIN INTERIOR THE GAS BLOCK BRAGA 1930 Agus Dody Purnomo
Jurnal PATRA Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Patra Oktober 2022
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v4i2.388

Abstract

Pelestarian bangunan bersejarah mengalami pergeseran orientasi dari object-based kearah subject-based. Hal ini memberikan keleluasaan pada strategi pelestarian bangunannya. Adaptive reuse merupakan strategi dalam pelestarian bangunan sekaligus juga menjadi strategi pemberdayaannya. Bangunan bersejarah diberi fungsi baru yang berdampak terhadap sosial ekonomi serta lingkungan setempat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji implementasi strategi adaptive reuse pada desain interior The Gas Block Braga 1930. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis signifikansi bangunan dan perubahan fungsi pada desain interiornya. Sebelum dirubah fungsinya, bangunan ini merupakan gedung Perusahaan Gas Negara (PGN) hasil rancangan R.L.A. Schoemaker. Bangunan terletak di jalan Braga dibangun pada tahun 1919. Saat ini bangunan diberi nama The Gas Block Braga 1930 yang difungsikan sebagai hotel dan restauran. Perubahan fungsi masih sesuai dengan prinsip-prinsip dalam adaptive reuse. Adaptive reuse sebagai bentuk inovasi yang mampu meningkatkan nilai bangunan sehingga keberadaannya tetap bertahan. The Gas Block Braga 1930 dapat menjadi sarana kesinambungan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
IMPLEMENTASI ADAPTIF PADA DALEM WURYANINGRATAN Agus Dody Purnomo; Kiki Putri Amelia; Nanda Mega Kynanti; Febri Toni
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i2.706

Abstract

Abstract: Adaptive is a strategic step taken in conservation activities in heritage buildings. This strategy is considered to be wiser in to maintaining heritage buildings, that can also provide solutions for their sustainability. The adaptive strategy also applied to one of the heritage buildings in the city of Surakarta, Dalem Wuryaningratan. The building which has unique architectural and interior forms, considerate as a attraction for visitor of the Danar Hadi Batik museum. This study aims to determine conservation and transformation measures are applied to these heritage buildings. The research method used a qualitative descriptive method. The adaptive strategy is a solution in the conservation steps of Dalem Wuryaningratan. Not only improving the visual appearance of the building, but also for fullfill current building function. Through this paper, it is hoped that it can reminded to the public and policy makers the importance of preserving heritage buildings. The adaptive approach is a creative solution for designers and architects in accomodating sustainability issues in heritage building. Addaptive aproach can also be a source of inspiration for other cities in dealing with the conservation of their heritage buildings.Abstrak: Adaptif merupakan langkah strategis yang dilakukan dalam kegiatan konservasi pada bangunan heritage. Strategi tersebut dinilai lebih bijak dimana selain mempertahankan bangunan heritage tetap berdiri juga dapat memberi solusi untuk keberlanjutannya (sustainable). Strategi adaptif juga diterapkan pada salah satu bangunan heritage di kota Surakarta yakni Dalem Wuryaningratan. Bangunan dengan keunikan bentuk arsitektur dan interiornya menjadi daya tarik museum Batik Danar Hadi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana langkah konservasi dan tranformasi yang diterapkan pada bangunan heritage tersebut. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi adaptif menjadi solusi dalam konservasi Dalem Wuryaningratan. Tidak hanya memperbaiki tampilan visual bangunan tetapi juga menjawab kebutuhan akan fungsi bangunan pada saat ini maupun yang akan datang. Melalui tulisan ini diharapkan dapat menyadarkan kembali kepada masyarakat dan para pengambil kebijakan akan pentingnya pelestarian bangunan heritage. Pendekatan adaptif merupakan solusi kreatif bagi desainer dan arsitek dalam menjawab isu keberlanjutan. Pendekatan adaptif juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi kota-kota lainnya dalam menangani konservasi bangunan heritagenya. 
KAJIAN ELEMEN ESTETIS DAN SIMBOLIS CANDRASENGAKALA PADA TAMANSARI GUA SUNYARAGI DI CIREBON Agus Dody Purnomo; Yasmin Adila Ramdan
Naditira Widya Vol 16 No 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v16i2.494

Abstract

Candrasengkala atau kronogram sudah dikenal oleh masyarakat di Jawa sejak zaman Hindu di Nusantara. Candrasengkala merupakan tetenger atau pengingat suatu peristiwa penting, seperti kelahiran, kematian, dan sebagainya. Dalam candrasengkala digunakan bentuk visual figur binatang yang diambil dari cerita pewayangan atau mitologi India. Binatang-binatang ditampilkan dengan pengolahan visual berupa gambar, relief, dan patung. Masing-masing figur binatang tersebut mengandung watak angka tahun dan makna simbolis. Hingga sekarang masih sedikit penelitian yang mengkaji candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi di Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen estetis dan simbolis figur binatang pada candrasengkala yang terdapat di Tamansari Gua Sunyaragi, di Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan kajian deskriptif terhadap aspek tangible Tamansari Gua Sunyaragi berupa figur-figur binatang yang dilandasi mitologi India. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa material batu dan batu karang diolah menjadi karakter-karakter figur gajah, burung garuda, dan ular, sehingga tampilan visualnya membentuk “candrasengkala”, sekaligus sebagai cuplikan kisah dari cerita pewayangan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa candrasengkala merupakan salah satu bentuk seni rupa Nusantara dan kreativitas kearifan lokal. Keberadaanya dapat menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karya seni rupa, desain, dan kriya Nusantara ke depan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang kajian binatang-binatang mitologis dalam candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi.The Javanese are familiar with “candrasengkala” or chronogram which developed in Nusantara since the Hindu era. The “candrasengkala” is a “tetenger” or a reminder of important occurrences, such as birth, death, etc. “Candrasengkala” often uses visual forms of animal figures drawn from “wayang” stories or Indian mythology. Animals are featured with visual processing into depictions of figures, reliefs, and sculptures. Each animal figure contains disposition number of years and bears symbolic meanings. Until today there is little research that focuses on “candrasengkala” in Tamansari Gua Sunyaragi in Cirebon. This study aims to determine the aesthetic and symbolic elements of animal figures in “candrasengkala” at Tamansari Gua Sunyaragi, in Cirebon, West Java. This research is a descriptive study of the tangible aspects of Tamansari Gua Sunyaragi in the form of animal figures based on Indian mythology. The study resulted that stone and coral materials are processed into figures of elephants, eagles, and snakes, thus the visual appearance forms a "candrasengkala", as well as snippets of “wayang” stories. Therefore, it is understood that “candrasengkala” is a form of Nusantara art and creativity of local wisdom. Its existence can be a source of inspiration in the future development of Nusantara fine arts, designs and crafts. This research may be used as a reference for further studies of mythological animals in “candrasengkala” at Tamansari Gua Sunyaragi.
GAYA KONTEMPORER JAWA PADA INTERIOR SPA Khadziya Maharani Kusuma; Sella Malinda; Agus Dody Purnomo
Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di zaman sekarang, perawatan tubuh sudah menjadi gaya hidup, khususnya bagi kaum wanita. Fasilitas yang menunjang perawatan tubuh saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat urban. Desain interior SPA tidak hanya sekedar fungsional dan nyaman namun juga diharapkan dapat memberikan citra yang berbeda. Untuk itu, dibutuhkan gaya atau langgam pada desain interiornya. Tujuan penelitian ini, untuk mengkaji penerapan gaya kontemporer Jawa pada desain interior Martha Tilaar Salon Day SPA. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Gaya kontemporer Jawa berasal dari unsur tradisional yang dihadirkan dengan bentuk kekinian. Seperti pada penerapan elemen dekorasi yang diambil dari motif batik dan diolah dengan menggunakan material kayu solid dan akrilik. Ornamen yang diterapkan pada desain interiornya antara lain batik kawung, gunungan, dan mega mendung. Penempataan ornamen tersebut tanpa menghilangkan filosofi dari motif batik yang digunakan. Gaya kontemporer Jawa pada desain interior Martha Tilaar Salon Day SPA sesuai dengan brand identity perusahaan yang mengangkat kearifan lokal Indonesia dengan tradisi gaya hidup modern.
PERANCANGAN INTERIOR HOTEL BUTIK DI KAWASAN PECINAN KOTA BANDUNG Kharisma Putri; Agus Dody Purnomo; Titihan Sarihati
eProceedings of Art & Design Vol 10, No 3 (2023): Juni 2023
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bandung merupakan  kota wisata  yang menjadi unggulan provinsi  Jawa Barat saat ini. Salah satu kawasan di kota Bandung yang menjadi destinasi wisata kuliner adalah  area  Pecinan.  Kawasan  tersebut  juga  memiliki  bangunan  bersejarah  yang berkaitan  erat  dengan masyarakat  Tionghoa  di  Kota  Bandung  tempo  dulu  sehingga kawasan Pecinan menjadi destinasi wisata yang unik.   Berdasarkan hal tersebut perlu adanya  akomodasi hotel  yang memfasilitasinya  sesuai dengan  standar pada  kawasan tersebut. Tujuan perancangan interior hotel butik yakni menciptakan interior hotel butik yang mengangkat kekhasan kawasan Pecinan kota Bandung. Metodologi perancangan interior  hotel  butik  ini diawali dengan  pengumpulan  data  primer  dan  data  sekunder. Data-data tersebut kemudian dianalisis hingga menghasilkan sintesa dan pengembangan desain.  Untuk  perancangan  hotel  butik  ini  dilakukan  pendekatan  desain  lokalitas khususnya Pecinan dengan konsep perancangan Chinese Urban.  Implementasi desain pada perancangan hotel butik juga mengangkat elemen dekoratif China sebagai elemen interiornya.  Penerapan  elemen  dekoratif  China  dan  dimodifikasi  bentuknya  lebih sederhana  khas urban. Perancangan  interior hotel butik dengan pendekatan  lokalitas diharapkan dapat menjadi solusi  terkait akomodasi hotel pada kawasan Pecinan kota Bandung. Kata kunci: Bandung, hotel butik, interior, Pecinan
KAJIAN GAYA EKLEKTIK PADA INTERIOR RUMAH TJONG A FIE Agus Dody Purnomo; Anisah Maulidya Hasibuan
Naditira Widya Vol 17 No 1 (2023): Naditira Widya Volume 17 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v17i1.518

Abstract

Gaya eklektik merupakan gaya dalam bidang seni rupa dan desain yang berkembang pada pertengahan abad ke-19 Masehi, dan muncul kembali pada akhir abad ke-20-an. Gaya tersebut menggunakan motif dari berbagai periode gaya yang digabungkan dengan gaya lainnya. Salah satu bangunan cagar budaya di Medan yakni rumah Tjong A Fie menerapkan gaya eklektik. Beragam gaya pada rumah Tjong A Fie menjadi unsur penting dalam gaya eklektik sehingga menjadi bangunan yang unik. Tujuan penelitian ini untuk memahami penerapan gaya eklektik pada interior bangunan cagar budaya, termasuk mebel sebagai pelengkap interior. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis terkait penerapan ambience dan gaya interior bangunannya. Nama rumah Tjong A Fie diambil dari nama pemiliknya. Beliau adalah seorang mayor etnis Tionghoa dan pengusaha yang dermawan yang beretnis Tionghoa. Gaya eklektik diterapkan pada pengolahan dinding, lantai, langit-langit, mebel, dan perlengkapan interior lainnya. Beberapa gaya dihadirkan dalam interior yang berbeda tema dan ambience. Hal ini menjadi suatu keunikan yang ada pada rumah Tjong A Fie. Gaya eklektik rumah Tjong A Fie merefleksikan pemiliknya yang menghargai keberagaman dan berwawasan luas. Rumah Tjong A Fie sebagai bangunan cagar budaya perlu adaptif terhadap tuntutan jaman, dan gaya eklektik menjadi alternatif untuk pengembangan desain interiornya. The eclectic style is a fashion in art and design that flourished in the mid-19th century and resurged in the late 20th century. The Tjong A Fie mansion is a cultural heritage building in Medan that implemented such a style which made it unique. This research aimed to understand the eclectic style application to the interior of cultural heritage buildings. This research used a qualitative method with a descriptive approach. The discussion was concerned with the ambience and interior design of the Tjong A Fie mansion. Results show that elements of styles of different themes and ambience were recognized and applied to walls, floors, ceilings, interior fittings, and complementing furniture. The eclectic style of Tjong A Fie mansion reflected the owner's appreciation of diversity and broad outlook on arts. Such style may also be an alternative solution in redesigning the interior of a revived cultural heritage building with altered functions.
Himne sebagai Inspirasi Konsep Redesain Gereja Baptis Efrata di Bandung Agus Dody Purnomo; Agustinus Nur Arief Hapsoro; Angel Brielle Yap; Chelsea Angelica Kahagi
ARCHIHUMANUM Vol 1 No 2 (2023): October
Publisher : CV. Gio Architect

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59810/archimane.v1i2.23

Abstract

The Efrata Baptist Church in Bandung was established in 1967 planning renovations to increase the congregation's capacity. Building renovations put more emphasis on optimizing the existing buildings. For this reason, it is necessary to redesign, among others: seating capacity, interior atmosphere, baptismal pool, and building facades. The design objective is to prepare a church design that is functional and has a narrative of Christian values. The method uses a design method with a semiotic approach. The design stage starts from data collection, data analysis stage, synthesis stage to the application of the design concept. The redesign concept was inspired by the lyrics of the Cwm Rhondda hymn. This is because music and church cannot be separated. And one genre of church music that is familiar with the Baptist church is hymns. The lyrics of the Cwm Rhondda hymn are applied through the architectural elements of the church.