Abstract. In term of quality, the yield of rice and vegetables of organic farming is better than conventional system. We are interested to study and to compare soil characteristics both in vegetable organic and conventional systems. The experiment was conducted in vegetable organic and conventional farming system in Bogor District from July 2012 to March 2013. Soil composites were sampled both at the sites of organic and conventional vegetable farming systems, before land preparation. Soil samples were grouped into lower, middle and upper slopes. Each soil composite group was collected from ten sampling points and mixed. These samples were analysed for chemical, physical and biological properties. The results indicated that in general the soil characteristics of organic vegetable farming were better than conventional farming systems in term of pH, C organic, total N, P and K extracted with HCl 25%. The soil pH in organic farming was 5.70 ± 0.50 and in conventional farming system was 4.79 ± 0.14. The organic C in organic system was 3.07 ± 0.28% and in conventional system was 2.19 ± 0.35%. Total N at organic system was 0.37 ± 0.03% N and in conventional faming system was 0.21 ± 0.05% N. Similarly, physical analysis was observed both in organic and conventional systems. The bulk density in organic farming was 0.70 ± 0.05 g cm-3 and in conventional systems was 0.75 ± 0.03 g cm-3. Microbial C content in soil of organic vegetable farming and conventional farming systems statistically were not significantly different. Dehidrogenase enzyme activities were significantly different. The highest activity of dehidrogenase enzyme was in vegetable organic farming. Soil nematode population in vegetable organic and conventional farming did not show significant difference. It is suggested that soil quality in vegetable organic farming is better than in conventional system. Abstrak. Kualitas hasil padi dan sayuran pada budidaya organik lebih baik ataupun unggul dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional. Untuk itu, perlu dipelajari dan diungkap kualitas tanah pada sistem budidaya organik dan konvensional. Percobaan dilaksanakan pada pertanian organik dan konvensional di Kabupaten Bogor dari bulan Juli 2012 sampai dengan Maret 2013. Contoh tanah diambil pada Juli 2012 pada kedua sistem budidaya tersebut. Contoh tanah komposit masing masing dikumpulkan pada lereng atas, tengah dan bawah, dan setiap lerang diambil 10 titik, lalu dicampur dan diambil kurang lebih satu kg contoh komposit untuk setiap lereng. Contoh tanah ini kemudian dibawa ke laboraorium Balai Penelitian Tanah, Bogor untuk dianalisa sifat kimia, fisika dan biologi tanahnya. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa secara umum karakteristik tanah pada sistem budidaya organik lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional meliputi pH tanah, C-organik, total P dan K yang diekstrak dengan HCL 25%. Kemasaman atau pH tanah pada budidaya sayur organik adalah 5,70 ± 0,50 dan pada budidaya konvensional 4,79 ± 0,14 C-organik pada budidaya organik 3,07 ± 0,28% dan pada budidaya konvensional 2,19 ± 0,35%. Nitrogen total pada budidaya sayur organik adalah 0,37 ± 0,03% N dan pada sistim konvensional adalah 0,21 ± 0,05% N. Hal yang sama juga terjadi pada pengamatan fisik tanahnya, dimana sistem budidaya organik lebih baik jika dibandingkan sistem budidaya konvensional. Berat Jenis tanah pada budidaya organik 0,70 ± 0,05 g cm-3 dan pada budidaya konvensional 0,75 ± 0,03 g cm-3. Untuk aktivitas mikroba C pada budidaya organik secara statistik tidak berbeda nyata dengan sistem budidaya konvensional. Sementara untuk ensim dehidrogenase menunjukkan perbedaan yang nyata. Enzim dehidrogenase tertinggi terlihat pada sistem budidaya organik, sedangkan untuk populasi nematoda pada budidaya oragnik tidak menunjukkan beda yang nyata dengan sistem budidaya sayur konvensional. Populasi nematoda tertinggi didapat pada budidaya organik di Mega Mendung. Dapat dikatakan bahwa sistem budidaya organik cenderung lebih baik dibandingkan sistem budidaya konvensional.