Anik Purwati
2Prodi DIII Kebidanan, Poltekkes RS Dr Soepraoen Malang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Infeksi Menular Seksual (IMS ) : Teori Sosial Learning di Siswa SMA Malang Maulina, Rifzul; Purwati, Anik
Journal of Ners and Midwifery Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v7i1.ART.p050-058

Abstract

Berdasarkan data Tim Survei dari Sebaya dan FK Unair pada tahun 2005 di kota Surabaya dari 126 responden yang berusia 19-23 tahun mendapat hasil bahwa 13,5% responden mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Tujuan penelitian melihat faktor personal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah beresiko IMS. Penelitian menggunakan teori perilaku Bandura. Penelitian ini explanatory research dengan desain penelitian cross  sectional. Sampel penelitian ini dilakukan simple random sampling sebanyak 318 responden. Hasil analisa chi square p= 0,05 didapatkan memiliki pengaruhi signifikan pada responden laki-laki yaitu tingkat religiusitas (p=0,012) sedangkan pada wanita (p=0,562) dan tingkat religiusitas kurang tekun memiliki kecenderungan 2,4 kali lebih besar melakukan perilaku seksual beresiko IMS, efikasi diri (p=0,004) memiliki efikasi diri rendah memiliki kecenderunan 2,1 kali lebih besar untuk perilaku seksual beresiko IMS sedangkan 1 variabel yang berhubungan pada responden perempuan dengan perilaku seksual pranikah yang beresiko terhadap IMS yaitu efikasi diri (p=0,001). Untuk pengetahuan  baik terhadap  pada responden laki-laki (p=0,153) maupun perempuan (p= 0,668),tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk sikap responden bahwa pada responden laki-laki (p=0,162) dan perempuan (p=1,000) tidak terdapat hubungan yang signifikan. Untuk Gender bahwa baik pada responden laki-laki (p=1,000) maupun perempuan (p=0,340) tidak ada hubungan yang signifikan. Tingkat religiusitas OR=2,378 artinya responden yang memiliki tingkat religiusitas kurang tekun memiliki kecenderunan 2,4 kali lebih besar untuk melakukan perilaku seksual beresiko IMS dibandingkan responden tingkat religiusitas tinggi. Efikasi OR=2,090 artinya responden yang efikasi diri rendah memiliki kecenderunan 2,1 kali lebih besar untuk perilaku seksual beresiko IMS. Saran untuk mengaktifkan program Pusat Informasi dan Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Based on data from the survey teams from Peer and FK Unair in 2005 in the city of Surabaya126 respondents aged 19-23 years found that 13.5% of respondents claimed to have had premarital sex The purpose is to look at personal factors that influence premarital sexual behavior at risk for STIs.. Sampling this study by simple random sampling. The results chi square with p=0.05 that have a significant namely the level of religiosity (p = 0.012) and respondents who have less religiosity have a 2.4 times greater to engage more likely to engage in sexual behavior at risk for STIs while there is  variable related to female respondents with premarital sexual behavior that is at risk for STIs efficacy self (p = 0.001). For knowledge of both male (p = 0.153) and female respondents (p = 0.668), there is no relationship. For the attitude of respondents that the male respondents (p = 0.162) and women (p = 1,000) .For Gender that both male respondents (p = 1,000) andwomen (p = 0.340). From the result religiosity OR = 2.337 means that respondents who have a less persistent level of religiosity have a tendency of 2.4 times compared with respondents with a high degree of religiosity. And the efficacy of having OR = 2,090 means that respondents who have low self-efficacy have a tendency of 2.1 times more to do sexual behavior at risk of STIs. Suggestions to activate the Information and Adolescent Reproductive Counseling-Health (PIK-KRR) program for high schools.
PENGARUH TEKNIK BOLA PERSALINAN (Birthing Ball) TERHADAP PENURUNAN BAGIAN BAWAH JANIN PADA IBU PRIMIGRAVIDA INPARTU KALA I FASE AKTIF DI PMB IKE SRI KEC. BULULAWANG KAB. MALANG Purwati, Anik
Journal of Islamic Medicine Vol 4, No 1 (2020): JOURNAL OF ISLAMIC MEDICINE EDISI MARET 2020
Publisher : Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.093 KB) | DOI: 10.18860/jim.v4i1.8846

Abstract

Birthing ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana yang menggunakan bola. Kata birth ball dapat diartikan ketika latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pasca melahirkan (Aprilia, 2011). Manfaat dari pemakaian birthing ball  ini adalah meningkatkan aliran darah ke rahim, plasenta dan bayi, meredakan tekanan dan dapat memberikan rasa nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki, memberikan kontra-tekanan pada perineum dan paha tegak. Postur ini bekerja dengan gravitasi yang akan  mendorong turunnya bayi ke dalam dasar panggul sehingga mempercepat proses persalinan. Selain itu, menggunakan birthingball dapat membantu menyeleraskan bayi selama kehamilan dan persalinan menyeimbangkan tubuh pada bola untuk membantu memperkuat punggung, juga membantu menyelaraskan bayi dalam persiapan untuk kelahiran.
Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Infeksi Menular Seksual (IMS ) : Teori Sosial Learning di Siswa SMA Malang Rifzul Maulina; Anik Purwati
Journal of Ners and Midwifery Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : STIKes Patria Husada Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26699/jnk.v7i1.ART.p050-058

Abstract

Berdasarkan data Tim Survei dari Sebaya dan FK Unair pada tahun 2005 di kota Surabaya dari 126 responden yang berusia 19-23 tahun mendapat hasil bahwa 13,5% responden mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Tujuan penelitian melihat faktor personal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah beresiko IMS. Penelitian menggunakan teori perilaku Bandura. Penelitian ini explanatory research dengan desain penelitian cross  sectional. Sampel penelitian ini dilakukan simple random sampling sebanyak 318 responden. Hasil analisa chi square p= 0,05 didapatkan memiliki pengaruhi signifikan pada responden laki-laki yaitu tingkat religiusitas (p=0,012) sedangkan pada wanita (p=0,562) dan tingkat religiusitas kurang tekun memiliki kecenderungan 2,4 kali lebih besar melakukan perilaku seksual beresiko IMS, efikasi diri (p=0,004) memiliki efikasi diri rendah memiliki kecenderunan 2,1 kali lebih besar untuk perilaku seksual beresiko IMS sedangkan 1 variabel yang berhubungan pada responden perempuan dengan perilaku seksual pranikah yang beresiko terhadap IMS yaitu efikasi diri (p=0,001). Untuk pengetahuan  baik terhadap  pada responden laki-laki (p=0,153) maupun perempuan (p= 0,668),tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk sikap responden bahwa pada responden laki-laki (p=0,162) dan perempuan (p=1,000) tidak terdapat hubungan yang signifikan. Untuk Gender bahwa baik pada responden laki-laki (p=1,000) maupun perempuan (p=0,340) tidak ada hubungan yang signifikan. Tingkat religiusitas OR=2,378 artinya responden yang memiliki tingkat religiusitas kurang tekun memiliki kecenderunan 2,4 kali lebih besar untuk melakukan perilaku seksual beresiko IMS dibandingkan responden tingkat religiusitas tinggi. Efikasi OR=2,090 artinya responden yang efikasi diri rendah memiliki kecenderunan 2,1 kali lebih besar untuk perilaku seksual beresiko IMS. Saran untuk mengaktifkan program Pusat Informasi dan Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Based on data from the survey teams from Peer and FK Unair in 2005 in the city of Surabaya126 respondents aged 19-23 years found that 13.5% of respondents claimed to have had premarital sex The purpose is to look at personal factors that influence premarital sexual behavior at risk for STIs.. Sampling this study by simple random sampling. The results chi square with p=0.05 that have a significant namely the level of religiosity (p = 0.012) and respondents who have less religiosity have a 2.4 times greater to engage more likely to engage in sexual behavior at risk for STIs while there is  variable related to female respondents with premarital sexual behavior that is at risk for STIs efficacy self (p = 0.001). For knowledge of both male (p = 0.153) and female respondents (p = 0.668), there is no relationship. For the attitude of respondents that the male respondents (p = 0.162) and women (p = 1,000) .For Gender that both male respondents (p = 1,000) andwomen (p = 0.340). From the result religiosity OR = 2.337 means that respondents who have a less persistent level of religiosity have a tendency of 2.4 times compared with respondents with a high degree of religiosity. And the efficacy of having OR = 2,090 means that respondents who have low self-efficacy have a tendency of 2.1 times more to do sexual behavior at risk of STIs. Suggestions to activate the Information and Adolescent Reproductive Counseling-Health (PIK-KRR) program for high schools.
PENERAPAN METODE TENS SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF (Studi Kasus pada Ny ”N” dan Ny ”R” di BPM ”S” Poncokusumo - Malang) Umyana .; Nila Widya Keswara; Anik Purwati
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologi dengan intensitas yang berbeda pada setiap individu. Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim dan serviks serta iskhemia otot rahim. Salah satu cara untuk mengatasi nyeri persalinan dengan penerapan metode TENS. Metode TENS adalah teknik menghilangkan rasa nyeri sederhana dan non invasif, yang telah digunakan secara luas di dunia medis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiefekPenerapan Metode TENS Sebagai Upaya menurunkan Intensitas Nyeri Pada Ibu Primigravida Dengan Inpartu Kala I Fase Aktif menggunakan teknik penelitian Oneshot case study. Subyekdalam penelitianiniadalahdua orang yang sesuai kriteria inklusi di BPM ”S” Poncokusumo-Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan metode TENS terjadi penurunan intensitas nyeri persalinan pada ibu primigravida inpartu kala I fase aktif yang diberikan selama 15 menit saat ada kontraksi dan dilakukan observasi intensitas nyeri persalinan sebelum dan setelah dilakukan penerapan metode TENS dengan menggunakan instrumen pengukuran nyeri yaitu skala bourbonis. Diharapkan ibu inpartu dapat melakukan penerapan metode TENS dengan tepat dan benar dengan bantuan petugas kesehatan, karena metode TENS merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan sebagai upaya menurunkan intensitas nyeri pada persalinan sehingga ibu merasa rileks dan dapat mempercepat persalinan. Kata Kunci: intensitas nyeri persalinan, metode TENS
Hubungan Usia Menarche dengan kejadian Menopuse pada ibu menopause Usia 40-55 Tahun Di Posandu Lansia Mawar di Kec. Poncokusumo Kab. Malang Anik Purwati
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol. 6 No. 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Menarche (Haid pertama) merupakan haid yang pertama kali terjadi perdarahan pada dinding rahim dan yang dikenal dengan istilah darah haid. Haid pertama tanda kesiapan biologis, dan tanda siklus masa subur telah dimulai. Menarche adalah menstruasi yang dialami pertama kali oleh seorang perempuan. Sedangkan Menopause merupakan suatu kondisi dimana menstruasi berhenti secara permanen. Pada kondisi ini terjadi penurunan sekresi estrogen oleh folikel ovarium sehingga menimbulkan respon peningkatan sekresi gonadotropin dari hipofise, yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinising Hormone). Folikel yang tersisa tidak lagi sensitif terhadap peningkatan FSH dan LH ini, sehingga kadar estradiol tetap rendah, hal ini mengakibatkan menstruasi terhenti. Perubahan pada saat menopause dapat berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesterone dari indung telur. Keluhan menopause sangat bervariasi pada wanita. Menopause berhubungan dengan menarche, semakin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul, sebaliknya makin lambat menarche terjadi makin cepat terjadinya menopause. Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu menopause berjumlah 49 orang, dan sampelnya adalah sebagian ibu-ibu yang mengalami menopause yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik metode purposive sampling berjumlah 46 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara, analisis data secara bivariat dengan uji statistik menggunakan Rank Spearman. Dari hasil uji statistik Rank spearman didapatkan hasil p value = .000 dengan nilai signifikansi 0,05 karena nilai p < 0,05 ( .000 < 0,05). Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan usia menarche dengan kejadian menopause pada ibu menopause usia 40-55 tahun di Posyandu Mawar Kecamatan Poncokusuma Kab. Malang. Kata Kunci: Usia Menarche, Kejadian Menopause, Ibu Menopause Usia 40-55 Tahun