Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pelatihan Autodesk Revit Bagi Komunitas Samarinda Young Architect Forum Bhanu Rizfa Hakim; Hatta Musthafa A.P; Zakiah Hidayati; Nur Husniah Thamrin
Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI Vol 5 No 1 (2021): Pengabdian Untuk Mu negeRI
Publisher : LPPM UMRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37859/jpumri.v5i1.2265

Abstract

Perkembangan dunia arsitektur pada revolusi industri 4.0 sangatlah cepat, sehingga dibutuhkan kemampuan adaptasi cepat agar dalam proses rancang bangun. Proses menggambar atau mendesain bangunan pun turut terpengaruh, yang dahulu dilakukan berhari-hari, pada era revolusi industri 4.0 dapat dikerjakan dalam waktu jam. BIM merupakan seperangkat teknologi yang dijalankan secara digital berisi tentang seluruh informasi yang diperlukan dalam merancang bangunan. Software BIM salah satunya adalah Revit Building Arsitektural. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pelatihan dasar penggunaan software Revit kepada Komunitas Arsitek Samarinda yang tergabung dalam Samarinda Young Architect Forum. Samarinda Young Architect Forum diisi oleh Mahasiswa dan Pengusaha Jasa Arsitektur hingga drafter gambar. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan, peserta dapat membuat rumah sederhana dalam waktu singkat dari perencanaan denah, perencanaan kusen, dan perencanaan atap yang dikemas dalam konsep gambar kerja. Kata Kunci : Autodesk Revit, BIM, Revolusi Industri 4.0, Samarinda Young Architect Forum
PELATIHAN PEMBUATAN HOOPART BERBAHAN KAIN GONI DENGAN ORNAMEN DAYAK SEBAGAI PENGEMBANGAN ILMU ARSITEKTUR BAGI GURU-GURU TK ÁISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMARINDA Mafazah Noviana; Hatta Musthafa Adam Putra
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v4i1.1490

Abstract

Salah satu industri kreatif yang dapat dilakukan oleh semua kalangan tanpa batasan usia, pendidikan atau gender adalah industri craft. Salah satu bahan yang dapat dikembangkan untuk craft adalah kain goni. Kain goni yang semula hanya dipakai sebagai karung penyimpan bahan sembako, kini merupakan bahan dasar yang sangat mudah untuk dibuat suatu kerajinan atau kreasi yang menarik. Kain goni dirancang dengan produk akhir berupa hoop art yang dipadukan dengan alat pembidang sulam dan pita satin yang membentuk sebuah ornamen interior untuk memberikan karakter pada ruangan. Metode yang dilakukan adalah dengan metode ceramah, praktik dengan bimbingan, serta evaluasi. Dalam pelatihan ini langkah pertama yang dilakukan adalah pengenalan contoh-contoh ornamen ragam hias berbahan kain goni. Selanjutnya diajarkan cara membuatnya mulai dari memilih dan membuat sketsa di atas bahan dasar untuk selanjutnya membuat aplikasi pita satin di atasnya. Pelatihan ini juga dapat dipandang sebagai salah satu cara pengembangan indsutri kreatif dalam tingkat bawah. Kegiatan ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan baru bagi peserta yaitu guru-guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Kota Samarinda, serta dapat menjadi alternatif usaha bernilai ekonomis.
ELEMEN-ELEMEN ARSITEKTUR JENGKI PADA EKSTERIOR BANGUNAN INDIS WISMA KILANG BALIKPAPAN Hatta Musthafa Adham Putra
Jurnal Kreatif : Desain Produk Industri dan Arsitektur Vol. 3 No. 1 (2015): Volume 3, No.1, Oktober 2015
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/jkdpia.v3i1.92

Abstract

Jengki’s architecture has become part of the architectural history in indonesia. Not much an area that has a relic langgam this building. Balikpapan bombed by allies in 1945 , so not much dutch heritage that can still be seen now. One complex building with a style of jengki’s architecture were still standing in the region complex wisma the refinery in land ofpertamina. Kilang’s guesthouse, now a day , better known as Kilang’s Cafe .This building consisted of six unit building that consist of 2 ( two ) the floor which lined with the face toward the south. Distinctness of the exterior part kilang’s guesthouse is the interface of jengki‘s architecture. Unique elements is evident from the form of a roof , the form of a wall, there is a porch / are permitted , the form of the sills of being modified, using of rooster , as well as decorative elements advocates building. As a building unique and stylized typical indis - jengki, then that is worth creation kilang’s guesthouse cared for and preserved. Arsitektur jengki telah menjadi bagian dari sejarah perkembangan arsitektural di Indonesia. Tidak banyak daerah yang memiliki peninggalan langgam bangunan ini. Balikpapan dibom oleh sekutu pada tahun 1945, sehingga tidak banyak peninggalan Belanda yang masih dapat dilihat saat ini. Salah satu komplek bangunan dengan gaya arsitektur Jengki masih berdiri di kawasan komplek wismakilang di lahan Pertamina. Wisma kilang, saat penelitian ini ditulis, lebih dikenal dengan sebutan wisma kilang. Bangunan ini terdiri dari 6 (enam) buah rumah 2 (dua) lantai yang berjejer dengan menghadap ke arah selatan. Keunikan dari bagian eksterior wisma kilang ini adalah tampilan arsitektur jengki. Elemen unik tersebut terlihat dari bentuk atap, bentuk dinding, ada/tidaknya beranda, bentuk kusen yang dimodifikasi, penggunaan rooster, serta elemen dekoratif pendukung bangunan. Sebagai bangunan unik dan bergaya khas indis – Jengki, maka sudah sepantasnya wisma kilang ini dirawat dan dilestarikan.
KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra
Jurnal Kreatif : Desain Produk Industri dan Arsitektur Vol. 2 No. 1 (2014): Volume 2, No.1, Oktober 2014
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/jkdpia.v2i1.101

Abstract

Old Sagan area is an area in Yogyakarta, which still preserves its architectural and region. Architecturally, this area is a building of residential-style that has a form of Indisch, colonial influence Dutch inherent in all the land until the construction of the roof of the House. By region, the region has the character of the old settlement of Sagan with ordered plots of land, vegetation and the placement of a planned land not aroused. The existence of Old Sagan located in the middle of the city became an important part in the development of this important region. Various influences lifestyles and needs of thepeople began to affect the region, especially the commercial side. Character of the area began to undergo transformation because of the influence of pressure from the surrounding area is growing rapidly with commercialization Kawasan Sagan Lama adalah salah satu kawasan di Yogyakarta yang masih mempertahankan ciri khasnya baik secara arsitektural maupun kawasan. Secara arsitektural, kawasan ini adalah permukiman yang memiliki bentuk bangunan bergaya indisch, pengaruh kolonial belanda melekat pada keseluruhan bangunan mulai dari lahan hingga atap rumah. Secara kawasan, kawasan Sagan Lama memiliki karakter berupa permukiman dengan persil lahan yang rapi, penempatan vegetasi serta lahan tak terbangun yang terencana. Keberadaan kampung Sagan yang terletak di tengah kota menjadi bagian penting yang patut diperhatikan dalam perkembangan kawasan. Berbagai pengaruh gaya hidup dan kebutuhan manusia mulai mempengaruhi kawasan, terutama sisi komersial. Karakter kawasan mulai mengalami transformasi akibat pengaruh desakan dari kawasan sekitarnya yang tumbuh pesat dengan aroma komersialisasi.
PERENCANAAN PUSAT KEBUDAYAAN DAN KESENIAN KALTIM DI TENGGARONG DENGAN PENEKANAN PADA AKUSTIK Hatta Musthafa Adham Putra; Zakiah Hidayati; M. Sutan Djaya Bunayya
Jurnal Kreatif : Desain Produk Industri dan Arsitektur Vol. 9 No. 2 (2021): Vol. 9, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/jkdpia.v9i2.190

Abstract

Indonesia has a diverse ethnic and cultural diversity that continues to grow in the lives of Indonesians. Each tribe and region have characteristic of various arts and become the pride of the region. Tenggarong is one of the district in Kutai Kartanegara regency that has a variety of arts. Kutai Kartanegara regency does not yet have the means to develop adequate creativity for its citizens to channel art expression and activities. Through Kaltim Cultural and Art Center is a container and facilities created for the artists, people and government of Kutai Kartanegara Regency in developing the potential of art and culture. This design process is created through several stages, namely the study of literature, observation and analysis of data that has been obtained so as to obtain the results of a design concept in accordance with the objectives. The east Kaltim Cultural and Art Centerwas created with Accoustic design concept and artificial lighting so that art performer and art connoisseurs can comfortably enjoy performaces and exhibitions. Kaltim Cultural and Art Center in Kutai Kartanegara Regency is expected to become an object of education, tourism, and creations that can become a new icon in Kutai Kartanegara regency especially Tenggarong district.
PRESERVATION AND MODELLING FORM OF KUTAI ORIGINAL HOUSE TO MAINTAIN TRADITIONAL ARCHITECTURE Hatta Musthafa Aham Putra; Nur Husniah Thamrin
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 2 (2020): Jurnal arsitektur ARCADE Juli 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v4i2.353

Abstract

Abstract: The traditional house of Kutai is one of the traditional houses located in the region of Kutai Kartanegara, East Borneo, which is currently almost extinct in population. Various houses have adapted to changes in physical shape due to the impact of technology and the needs of their residents. If this problem is not immediately concerned, there is a tendency to be more difficult to recognize the characteristics and character of the Kutai traditional house. The architectural character of the Kutai traditional house including to the structure and construction system used, building materials, cultural ornaments attached to the outside and inside of the building, and the colors. This research is directed to get the formulation of the architectural character of the Kutai traditional house. It is urgent to conserve the Kutai House‘s identity in the future, by considering to preserve the existence and the uniqueness of these traditional building. Keyword: Kutai Architecture, Kutai House, Kutai Traditional House Abstrak: Rumah adat Kutai merupakan salah satu rumah adat yang berlokasi di wilayah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang saat ini telah hampir punah populasinya. Berbagai rumah telah beradaptasi dengan perubahan bentuk fisik dikarenakan dampak teknologi dan kebutuhan penghuninya. Apabila hal ini tidak segera diperhatikan, ada kecenderungan akan lebih sulit mengenali ciri khas dan karakter rumah adat Kutai tersebut. Karakter arsitektur tersebut berupa ruang-ruang pada bangunan rumah adat Kutai, sistem struktur dan konstruksi yang digunakan, material bangunan, ornamen budaya yang melekat pada luar maupun dalam bangunan, hingga warna-warna. Penelitian ini difokuskan untuk mendapatkan rumusan karakter bentuk dari rumah tradisional Kutai. Hal penting yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjaga keberadaan dan keunikan dari bangunan Rumah Tradisional Kutai.Kata Kunci: Arsitektur Kutai, Rumah Kutai, Rumah Tradisional Kutai
AKULTURASI BUDAYA PADA MASJID JAMI’ SHIRATAL MUSTAQIEM SEBAGAI OBJEK DESTINASI WISATA RELIGI DI SAMARINDA Nur Husniah Thamrin; Hatta Musthafa Adham Putra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 3 (2020): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v4i3.352

Abstract

In its development of mosque architecture, various forms and styles of mosque buildings emerged throughout the Islamic world, including Indonesia. The shape is diverse, depending on various factors, including geographical conditions, local culture, mixing culture and technology. Thus the building of the Islamic world mosque shows its own image due to the different climate, building materials, technology, or expertise of artists. The Jami ’Shirathal Mustaqiem Mosque is one of the oldest religious buildings now incorporated by the East Kalimantan cultural heritage body as a religious tourism object in Samarinda.Based on the results of preliminary observations on the Shirathal Mustaqim mosque building, there are seen a number of cultural blends both from interior ornaments and facade elements.This mixing of cultures forms a harmony that contains aesthetic values. The research was limited only to interior ornaments and facade elements namely the shape of the mosque, and ornaments on the roof. The method used is a qualitative method with regard to conditions on the object, conformity to the theory and data available in the field. The results of this study are the influence of external forces on local culture, in this case the culture of the people of East Kalimantan, namely the culture of Kutai and foreign cultures such as Java, as well as foreign cultures such as the Netherlands.
ANALISIS LUAS BANGUNAN DAN FAKTOR SEKUNDER PENENTU KENYAMANAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA Hatta Musthafa Adham Putra; Bhanu Rizfa Hakim
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v5i1.608

Abstract

Abstract: Demand of simple housing is growing rapidly as the population increases. Especially for simple housing for residents who run the National Family Planning Program. In principle, a house is not only a place of shelter but a place for various activities of each individual resident of the house so that it will be related to the ideal area. The simple residence has an area of 21 sqm, 36 sqm, 45 sqm and 60 sqm. A certain area of residence will affect the comfort level of residents in their activities. The research will use qualitative and quantitative descriptive methods in analyzing the comfort level of the area to the comfort level of the occupants in activities as seen from the size, shape and function of the space. This research will produce the ideal house area for residents of the Family Planning Program, as well as external factors that affect the comfort of the house.Abstrak: Kebutuhan rumah tinggal sederhana berkembang pesat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Khususnya kebutuhan rumah sederhana bagi penghuni yang menjalankan Program Keluarga Berencana Nasional. Rumah tinggal pada prinsipnya bukan hanya menjadi tempat bernaung melainkan sebagai wadah untuk berbagai aktifitas setiap individu penghuni rumah sehingga akan berkaitan dengan luasan ideal. Rumah tinggal sederhana memiliki luasan dari 21 m2, 36 m2, 45 m2, dan 60 m2. Luasan rumah tinggal tertentu akan mempengaruhi tingkat kenyamanan penghuni dalam beraktifitas. Penelitian akan menggunakan metode deskriftif kualitatif dan kuantitatif dalam menganalisa tingkat kenyamanan luasan terhadap tingkat kenyaman penghuni dalam beraktifitas yang dilihat dari luasan, bentuk, dan fungsi-fungsi ruang. Penelitian akan menghasilkan luasan rumah ideal bagi penghuni Program Keluarga Berencana, serta faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kenyamanan rumah tinggal.
KAJIAN POTENSI DESTINASI KAWASAN WISATA BARU : UPAYA PENGEMBANGAN WADUK BENANGA SEBAGAI POTENSI DESTINASI KAWASAN WISATA M. Fauzan Noor; Hatta Musthafa Adham Putra; Said Keliwar; I Wayan Lanang Nala
Jurnal Riset Inossa Vol. 1 No. 2 (2019): Desember
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1204.424 KB)

Abstract

Waduk Benanga Lempake (WBL) merupakan salah satu daya tarik wisata yang berada di KawasanPengembangan Pariwisata I (KPP) dari empat KPP yang terdapat dalam dokumen perencanaanpembangunan pariwisata (RIPPAR) di Kota Samarinda. WBL selain berfungsi sebagai pengendalibanjir dan sebagai penyedia kebutuhan irigasi bagi lahan pertanian, WBL juga telah menjadi salah satudestinasi wisata baru di Kota Samarinda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kajianilmiah sebagai acuan pengembangan tentang potensi destinasi kawasan wisata baru di KecamatanSamarinda Utara. Metode penelitian ini adalah dengan survei yang didukung wawancara mendalam(indepth interview) dengan pemangku kepentingan yang sangat mengetahui kondisi objek kajian,diskusi kelompok (focus group discussion) dilakukan dengan masyarakat lokal yang berada di sekitarlokasi kajian, serta pengamatan lapangan (observasi). Selain itu, studi kepustakaan digunakan sebagai sumber data sekunder untuk mendukung hasil kajian ini. Dari hasil Kajian yang dilakukan bahwa WBLmemiliki potensi daya tarik wisata berupa wisata edukasi dibidang pertanian, perikanan dan peternakan(agrowisata) serta memiliki keindahan alam dan iklim yang masih sejuk, serta juga berpotensi menjadidaya tarik wisata budaya. Kondisi aksesibilitas masih belum memadai, terutama akses jalan dantransportasi umum yang belum tersedia. WBL masih perlu melengkapi dan menyediakan prasaranaumum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Berdasarkanpermasalahan tersebut diperlukan upaya program pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisatadengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) dan perlunya penataan paket wisataberupa wisata edukasi dan wisata alam. Selain itu pula masih perlu dilakukan kajian riset lanjutan untukmengetahui potensi perputaran ekonomi dan menganalisis dampak lingkungan (AMDAL) serta kualitasair beserta permasalahan lain yang terkait dengan kondisi fisik dan sempadan waduk. PengembanganWaduk Lempake menjadi objek wisata baru dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan AsliDaerah (PAD) Kota Samarinda.
KONSEP PERANCANGAN TAMAN RAMAH DIFABEL PADA TEPIAN SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR Nur Husniah Thamrin; Hatta Musthafa AP
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 9 No 1 (2022): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v9i1a7

Abstract

Abstrak_ Samarinda adalah ibu kota provinsi Kalimantan Timur yang wilayahnya dibagi oleh aliran sungai Mahakam. Setiap tepian sungai Mahakam sering dimanfaatkan menjadi area rekreasi berupa taman dan juga permukiman diatas air. Penduduk Samarinda yang memiliki beragam latar belakang budaya dan kebutuhan secara fisik (difabel) sangat membutuhkan sarana rekreasi berupa ruang terbuka hijau (taman) yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut data pemerintah provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dinilai cukup tinggi karena mencapai 7.331 orang, sehingga pemerintah dan semua pihak terkait perlu untuk menyiapkan fasilitas umum yang ramah terhadap kebutuhan para difabel. Kondisi taman-taman khususnya di area tepian Mahakam belum ada yang ditata khusus sesuai kebutuhan difabel yang telah diatur oleh kementrian PU. Adapun kebutuhan fasilitas yang perlu diperhatikan berupa parkiran khusus difabel, ramp dan tangga, jalur sirkulasi, toilet dan kebutuhan area beristirahat juga ruang laktasi bagi ibu menyusui. Pada Penelitian ini akan menghadirkan konsep-konsep ramah difabel yang dipadukan dengan kearifan lokal budaya setempat dalam hal tampilan desain. Mengedukasi masyarakat akan ragam budaya yang dimiliki oleh penduduk Samarinda juga akan menjadi salah satu konsep yang dihadirkan pada perancangan taman ini. Edukasi akan disampaikan secara visual melalui bentukan-bentukan bangunan pada taman berupa bangunan dengan konsep Neo Vernakular khas Kalimantan Timur, ragam ornamen yang didesain pada pola lantai, ramp, dan bentuk taman labirin. Serta dihadirkan pula spot untuk meletakkan miniatur beberapa rumah tradisional yang mewakili beberapa daerah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif berupa kajian permasalahan di lapangan berupa peninjauan kondisi site, kajian literatur tentang budaya khususnya budaya Dayak dan Kutai Kalimantan Timur. Hasil dari penelitian ini berupa sebuah konsep perancangan taman Etam yang dilengkapi fasilitas ramah difabel seperti ramp, parkiran difabel, jalur sirkulasi, tempat istirahat, toilet dan ruang laktasi, serta fasilitas lainnya yang didesain dengan gaya neo vernakular khas Kalimantan Timur. Kata kunci : Taman, Difabel; Budaya; Samarinda; Kalimantan Timur. Abstract_ Samarinda is the capital of the province of East Kalimantan, whose territory is divided by the Mahakam river. Each bank of the Mahakam river is often used as a recreation area in the form of parks and also settlements on water. Samarinda residents who have a variety of cultural backgrounds and physical needs (diffable) really need recreational facilities in the form of green open spaces (parks) that can meet these needs. According to data from the provincial government of East Kalimantan (Kaltim), it is considered quite high because it reaches 7,331 people, so the government and all related parties need to prepare public facilities that are friendly to the needs of people with disabilities. The condition of the parks, especially on the edge of the Mahakam, has not been specially arranged according to the needs of people with disabilities which have been regulated by the Ministry of Public Works. The facility needs attention in the form of special parking for people with disabilities, ramps and stairs, circulation paths, toilets and the need for rest areas as well as lactation rooms for nursing mothers. This research will present diffable-friendly concepts combined with local cultural wisdom in terms of design appearance. Educating the public about the various cultures possessed by Samarinda residents will also be one of the concepts presented in the design of this park. Education will be delivered visually through the formations of buildings in the garden in the form of buildings with a Neovernacular concept typical of East Kalimantan, various ornaments designed on floor patterns, ramps, and the shape of a maze garden. Also presented is a spot to put miniatures of several traditional houses that represent several regions in Indonesia. The method used is qualitative in the form of a study of problems in the field in the form of reviewing site conditions, reviewing literature on culture, especially the Dayak and Kutai cultures of East Kalimantan. The results of this study are a design concept for the Etam park which is equipped with disability-friendly facilities such as ramps, disabled parking, circulation paths, rest areas, toilets and lactation rooms, as well as other facilities designed in a neo vernacular style typical of East Kalimantan. Keywords : Park, Disabled, Culture, Samarinda, East Kalimantan