Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Scoping Review: Pengaruh Pemberian Vitamin D terhadap Penurunan Berat Badan pada Penderita Obesitas Dewasa Widia Rachmawati; Ieva B Akbar; Yuli Susanti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v4i1.9490

Abstract

Obesitas merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat global yang berkembang dengan cepat saat ini. Berbagai upaya dilakukan dalam menangani obesitas seperti olahraga dan modifikasi makanan menjadi lebih sehat, namun hal tersebut masih belum mampu mengatasi obesitas. Dalam rangka pengembangan pengobatan, upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberi suplemen vitamin D. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian vitamin D terhadap penurunan berat badan pada penderita obesitas dewasa. Penelitian ini menggunakan metode Scoping review terhadap penelitian yang menggunakan rancangan Randomized Controlled Triall, pencarian sistematis dilakukan melalui database elektronik PubMed, Science Direct, Ovid, Cochrane, dan Google Scholar yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil pencarian dari total 1.492 artikel terdapat 971 sesuai dengan kriteria inklusi dan didapatkan 9 artikel sesuai PICOS. Setelah dilakukan telaah kritis, didapatkan sebanyak 7 artikel yang sesuai dengan kriteria eligible serta di-review uraiannya Hasil telaah dan analisis dari 7 artikel, semua artikel menunjukan bahwa terjadi penurunan berat badan pada kelompok yang diberi suplemen vitamin D daripada kelompok kontrol yang diberi plasebo. Hal tersebut diakibatkan vitamin D meningkatkan absorpsi kalsium dari intestine sehingga menurunkan serum parathyroid tubuh sehingga akumulasi jaringan adiposa tubuh jadi ikut menurun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian vitamin D dapat menurunkan berat badan pada penderita obesitas dewasa. AbstractObesity is one of the global public health challenges today. Various efforts have been made to deal with obesity, such as exercise, and modifying food to be healthier, but these have not been able to overcome obesity. In order to develop treatment, another effort that can be made is to provide vitamin D supplements. The purpose of this study was to analyze the effect of vitamin D administration on decreasing body weight in obese adults. The research uses a scoping review study to identify, analyze, and evaluate scientific papers through PubMed, Science Direct, Ovid, Cochrane, and Google Scholar that meet the eligibility criteria. There were 1,492 articles contained 971 according to the inclusion criteria, and 9 articles were obtained according to PICOS (Population, Intervention, Comparation, Outcome, Study). After critical appraisal study, seven articles were found met the eligible criteria, and their descriptions were reviewed. The results of the review and analysis of seven articles showed that there was a decrease in body weight in the group that was given vitamin D supplements rather than in the control group that was given a placebo. This is because vitamin D increases the absorption of calcium from the intestine, thereby lowering the body's parathyroid serum so that the accumulation of adipose tissue in the body decreases. The conclusion of this study is the administration of vitamin D can reduce body weight in obese adults.
Systematic Review: Pengaruh Berjalan Setelah Makan terhadap Glukosa Postprandial Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Anggia Skynta Febrianty; Muhamad Faishal Ramadhan; Ieva B Akbar; Fajar Awalia Yulianto
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.522

Abstract

Abstract. Diabetes mellitus is a serious health problem, because it is expected to continue to increase in the next twenty years, and more than 70% of patients will appear in developing countries. Postprandial glucose has a major role in glycemic control. One of the important methods of treating type 2 diabetes mellitus (DMT2) is increasing physical activity. Walking is a physical activity that almost everyone can do. The purpose of this study was to assess the effect of walking after eating on the control of postprandial blood sugar levels in patients with T2DM. This study uses a method systematic review from the database Pubmed, Springerlink, Sciencedirect, and Proquest with keywords (Adult OR Aged) AND "Diabetes Mellitus, Type 2" AND (Walking OR "Walking Speed") AND "Blood Glucose" AND "Postprandial Period" AND "Randomized Controlled Trial" taken from 2011-2021 . Articles that meet the inclusion criteria are 133 articles, and those included in the exclusion criteria are 129 articles. The results of the feasibility test based on PICOS are 4 articles. After a critical review, there are 3 articles left. Measurement of articles using Continuous Glucose Monitoring System and Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance. The results showed that T2DM patients who walked after eating had lower postprandial blood sugar compared to the control group. Walking causes autophosphorylation of insulin receptor substrates so that the Phosphatidylinositol-3-kinase pathway is activated and then there is a transfer of Glucose transporter type 4 to the cell surface which increases the ability of target cells to take blood sugar efficiently and postprandial blood sugar levels in circulation will decrease. Abstrak. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang serius, karena diperkirakan akan terus meningkat dalam dua puluh tahun ke depan, dan lebih dari 70% pasien akan muncul di negara berkembang. Glukosa postprandial memiliki peran utama dalam kontrol glikemik. Salah satu metode penting pengobatan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah peningkatan aktivitas fisik. Berjalan merupakan aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh hampir semua orang. Tujuan penelitian ini untuk menilai pengaruh berjalan setelah makan terhadap pengendalian kadar gula darah postprandial pada penderita DMT2. Penelitian ini menggunakan metode systematic review dari database Pubmed, Springerlink, Sciencedirect, dan Proquest dengan kata kunci (Adult OR Aged) AND "Diabetes Mellitus, Type 2" AND (Walking OR "Walking Speed") AND "Blood Glucose" AND "Postprandial Period" AND “Randomized Controlled Trial” yang diambil dari tahun 2011-2021. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 133 artikel, dan yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 129 artikel. Hasil uji kelayakan berdasarkan PICOS sebanyak 4 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis, tersisa 3 artikel. Pengukuran artikel menggunakan Continuous Glucose Monitoring System dan Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance. Hasil menunjukkan bahwa penderita DMT2 yang berjalan setelah makan, memiliki gula darah postprandial yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berjalan menyebabkan autofosforilasi Insulin receptor substrates sehingga jalur Phosphatidylinositol-3-kinase teraktivasi lalu terjadi perpindahan Glucose transporter type 4 ke permukaan sel yang meningkatkan kemampuan sel target untuk mengambil gula darah secara efisien dan kadar gula darah postprandial di sirkulasi akan menurun.
Korelasi Kinerja Pengawas Menelan Obat dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Rahma Yunitasari; Ieva B Akbar; Ratna Nurmeliani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5478

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TB) is a chronic infectious disease which has become an emergency disease in the world, including Indonesia, because of its rapid transmission. According to Global Tuberculosis Report data, there are 824,000 TB sufferers in Indonesia in 2020. The high cases of tuberculosis and low adherence rates have resulted in the emergence of various TB problems, namely the emergence of multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). One of the strategies recommended by WHO for dealing with TB is the Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), which consists of supervisors taking medication (PMO) who supervise TB sufferers on long-term treatment in order to achieve treatment compliance. This research method is analytic observational with a quantitative approach to cross sectional design. The sample for this study was 80 people using a total sampling technique in pulmonary tuberculosis patients in the Ciherang Health Center, Cianjur Regency. Data measurement was carried out using the PMO performance questionnaire and the Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS). Data analysis used the Spearman test. The results of the study showed that 58 patients (72.5%) had good PMO performance and 22 patients (27.5%) had poor performance. Patients based on high adherence to taking medication 49 people (61.3%), moderate adherence 9 people (11.3%) and low adherence 22 people (27.5%). There is a significant relationship between PMO performance and medication adherence in pulmonary tuberculosis patients (p<0.001) and is expressed at a strong level (r=0,704) Abstrak. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi kronis yang menjadi penyakit kedaruratan di dunia termasuk Indonesia karena penularannya yang cepat. Menurut data Global Tuberculosis Report terdapat 824.000 penderita TBC di Indonesia tahun 2020. Tingginya kasus tuberkulosis dan rendahnya angka kepatuhan berdampak pada munculnya berbagai permasalahan TBC, yaitu munculnya multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Salah satu strategi yang direkomendasikan oleh WHO untuk menangani TBC adalah Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yang terdiri dari pengawas menelan obat (PMO) yang mengawasi penderita TBC dalam menjalani pengobatan dalam jangka lama agar mencapai kepatuhan pengobatan. Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 80 orang dengan teknik total sampling pada pasien tuberkulosis paru di wilayah Puskesmas Ciherang Kabupaten Cianjur. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner kinerja PMO dan Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS). Analisis data menggunakan uji spearman. Hasil penelitian pasien dengan kinerja PMO baik 58 orang (72,5%) dan kinerja buruk 22 orang (27,5%). Pasien berdasarkan kepatuhan tinggi minum obat 49 orang (61,3%), kepatuhan sedang 9 orang (11,3%) dan kepatuhan rendah 22 orang (27,5%). Terdapat hubungan bermakna kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru (p<0,001) dan dinyatakan pada tingkat kuat (r=0,704).