Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BIONOMIK NYAMUK Anopheles DAN KEBIASAAN PENDUDUK YANG MENUNJANG KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2005 Jarohman Raharjo; Sunaryo Sunaryo; Tri Wijayanti; Bondan Fajar Wahyudi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 004 Nomor 1/Tahun III Juni 2007
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.232 KB)

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai masalah malaria cukup serius. Sampai dengan tahun 2002 telah tercatat 86 desa endemis dari 276 desa yang ada, sedangkan 175 desa terancam menjadi daerah HCI (High Case lncidens), jumlah penderita malaria pada tahun 2001 sebanyak 6.793 orang (API: 7,47%o) meningkat menjadi 13.401 orang (API: 15,33%o) pada tahun 2002 dan 90,2% dari kasus penderita indigenous. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bionomik nyamuk anopheles dan kebiasaan penduduk yang menunjang kejadian malaria di lokasi penelitian. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, karena menggambarkan bionomik nyamuk vektor dan kebiasaan penduduk. Penelitian ini bertempat di Kecamatan Pagedongan, KabupatenBanjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan pada bulan Februari Nopember 2005. Tempat berkembangbiak Anopheles spp positif adalah kobakan air (belik) dan bekas galian pasir disungai dan mata air. Kebiasaan nyamuk Anopheles spp menggigit orang di dalam dan di luar rumah hampir sama banyaknya. Terjadi peningkatan jumlah nyamuk yang tajam pada bulan September. Aktivitas menggigit di dalam rumah dimulai pada pukul 18.00-19.00. Sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah meningkat pada pukul 21. 00-22.00 dan mencapai puncaknya pada pukul 22. 00-23.00 dan 03.00-04.00. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya nyamuk tersangka vektor, kondisi lingkungan dan pengetahuan masyarakat menjadi faktor yang menunjang kejadian malaria di desa wilayah Kecamatan Pagedongan. Saran yang diberikan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang malaria dan mengurangi keberadaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.
PENGARUH PENGGUNAAN LETHAL OVITRAP TERHADAP POPULASI NYAMUK AEDES SP SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Tri Ramadhani; Bondan Fajar Wahyudi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 9 Nomor 1 Juni 2013
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.253 KB) | DOI: 10.22435/blb.v9i1.722

Abstract

ABSTRACT. Field evaluation against lethal ovitrap (LO) to control dengue vector Aedes mosquitoes carried intwo endemic areas (Bojongsari and Ledug) in Banyumas. Lethal ovitrap made ?with the intent to kill mosquito,because mosquitoes will lay eggs containing ovistrip contact with the insecticide and the relatively short time todie.The aim of research to assess the effect of LO applications with the Aedes of mosquito populations sp. Thisstudy includes a quasi experimental design with pretest-posttest control group without randomization. Researchsites in dengue endemic areas with a total sample of 100 houses in each treatment and control areas. Populationsof Aedes sp measured every week for three weeks prior to the intervention and twelve weeks during theintervention. The mean density of Aedes sp compared before and after intervention and between the treatment andcontrol. Results showed mean mosquito density before and after the intervention in the treatment group of 0.07(p-value 0.044), whereas in the control group by 0037 ( p-value 0341). Use LO made ?with the addition ofinsecticide active cypermetrin on ovistrip impact on the density of Aedes sp in the residential neighborhood.
STUDI FAUNA NYAMUK Anopheles DI DUKUH KARANGSENGON, DESA SIGEBLOG, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 Bina Ikawati; Sunaryo Sunaryo; Bondan Fajar Wahyudi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 003 Nomor 02/Tahun II Desember 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.316 KB)

Abstract

Di Provinsi Jawa Tengah sampai dengan tahun 2002 terdapat 12 Kabupaten (34,28%) yang mempunyai masalah malaria. Angka kesakitan malaria per 1000 penduduk pada tahun 2002 sebesar 1,44 %o. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu diantara Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai masalah malaria cukup serius. Pada tahun 2002 telah tercatat 86 desa endemis. Jumlah penderita malaria pada tahun 2001 sebanyak 6.793 orang (API: 7,47%o) meningkat menjadi 13.401orang (API : 15,33 %o) pada tahun 2002 dan 90,2 % diantaranya merupakan penderita indigenous. (Laporan Dinkes Provinsi Jateng tahun 2002). Banjarmangu adalah salah satu kecamatan dengan permasalahan malaria sepanjang tahun. Desa Sigeblog memiliki API tertinggi pada tahun 2002 ,sebesar 169%o, dengan jumlah kasus malaria sebanyak 550 yang terkonsentrasi di Dukuh Karangsengon (Laporan DKK Banjarnegara tahun 2002). Penelitian tentang komunitas nyamuk Anopheles di pemukiman dan kandang hewan yang merupakan satu satuan ekologi sangat diperlukan karena bermanfaat guna menyusun strategi pengendalian nyamuk yang dapat berperan sebagai vektor penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari fauna nyamuk Anopheles di Dukuh Karangsengon, Desa Sigeblog, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi fluktuasi populasi tiap spesies, kepadatan populasi, dominasi spesies, prosentase nyamuk pernah bertelur (parousitas).
Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan Bondan Fajar Wahyudi; Nova Pramestuti
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 12 Nomor 1 Juni 2016
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.308 KB) | DOI: 10.22435/blb.v12i1.727

Abstract

Pekalongan city is endemic for filariasis. Filariasis Mass Drug Administration (MDA) implemented to decrease filariasis endemicity in Pekalongan. It was started in 2011, but in the Pabean Village has started implementing in 2009. The study aimed to determine filariasis condition after MDA. A descriptive study with cross sectional design was conducted in Pabean village, North Pekalongan Sub-district, Pekalongan city. Finger Blood Filariasis slide and medication status of those who had filariasis MDA in 2011-2013 were examined. Finger Blood Filariasis slide of 519 respondents examined found 7 (Mf rate 1.35 %) microfilariae positive and spread almost evenly throughout the village. Microfilariae density accounted for 229.02 per ml of blood and only one species of filarial worms found as Wuchereriabancrofti. Respondents who received the drug in 2011, 2012, and 2013 increased (80.02 %, 90.75 %, 92.68 % respectively), but respondents who were taking medication decreased (63.01 %, 60.89 %, and 55. 88 % respectively). Pabelan village still endemic filariasis (Mf rate > 1%) although MDA filariasis was done for 5 years.
MALARIA DI DESA SOKOAGUNG, KECAMATAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO: KARAKTERISTIK DAN FAKTOR RISIKO Zumrotus Sholichah; Bondan Fajar Wahyudi; Adil Ustiawan
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 11 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.114 KB) | DOI: 10.22435/blb.v11i1.872

Abstract

Pada bulan Agustus-Oktober 2014 terjadi peningkatan kasus malaria di Desa Sokoagung Kecamatan Bagelen KabupatenPurworejo. Oleh sebab itu dilakukan penelitian yang bertujuan menggambarkan karakteristik kasus malaria (berdasarkandata sekunder kasus malaria) dan mengidentifikasi faktor risiko penularan malaria di desa tersebut. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional pada November 2014. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data sekunder kasusmalaria, Mass Blood Survey (MBS) dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif. Malaria ditemukan pada laki-laki (50orang; 49%) dan perempuan (52 orang; 51%) terutama pada golongan umur 5-14 tahun (23 orang; 22,5%) dan 15-24 tahun(24 orang; 23,5%). Jenis Plasmodium yang dominan adalah Plasmodium vivax. Faktor risiko penularan adalah terpapargigitan nyamuk yaitu MCK di luar rumah, mengambil nira kelapa dan pertemuan warga. Faktor risiko lainnya adalah riwayatkontak penderita demam meliputi keluar rumah malam hari tidak menggunakan APD, melakukan perjalanan dikebun/pekarangan, keberadaan anggota keluarga serumah yang sakit dan di tempat kerja ada yang sakit. Faktor risikolingkungan meliputi sekitar rumah banyak semak bernyamuk, aliran air di sekitar rumah, kolam di sekitar rumah dan adanyaaliran air di sekitar tempat kerja.