Abdul Ghofur
STAI Binamadani

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pendidikan Berbasis Adab Untuk Keberhasilan Pendidikan Bermisi Konstitusi Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2019): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.169 KB)

Abstract

Pasal 31 UUD 1945 ayat 2 berbunyi "Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat 3 nya “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur denganuundang-undang". Pendiri Nahdatul Ulama (NU) Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari telah dengan fantastis menampilkan sosok dirinya sebagai Ulama Penuh Iman, Tinggi Takwa serta Berakhlak Mulia; Pendiri Ormas terbesar tanah air; Sang Arsitek Resolusi Jihad Nasional yang berujung lumpuhnya mesin-mesin perang Kampiun Perang Dunia II dan Ketua Majelis Syuro Masyumi serta menulis buku "Adabul 'Alim wal Muta'allim. Lalu putranya menjadi Ulama Pejuang~Perumus Kemerdekaan Negara.Kemudian cucu beliau jadi Presiden Ummat Islam terbesarddunia. Rahasia kebesaran pribadi Hadratus Syaikh Hasyim terletak pada pendidikan adab yang beliau tempuh.Sebagai cucu dan anak dari orang-orang yang dekat pendidikan pesantren ini beliau langsung mendapatkan pendidikan adab di lingkungan yang baik yang hadir ditengah-tengahnya pribadi yang meneladani.Hingga beliau menulis buku terkait adab diatas dan amat sangat memandang pentingnya adab.Beliau pernah berujar pelajarilah adab layaknya seorang ibu yang sedang mencari anak sematawayangnya yang hilang.
PENDIDIKAN ANAK USIA PRENATAL DALAM ISLAM Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 3 No 3 (2020): Tarbawi
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.445 KB)

Abstract

Abstrak Tulisan ini bertujuan menggali konsep pendidikan anak usia prenatal dalam kacamata Islam. Telah terjadi perdebatan di kalangan ahli tentang kapan seorang anak dapat didik. Ada ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan anak dapat dilakukan mulai umur 7 tahun. Ada pula yang menyatakan sejak umur 4 tahun anak dapat menerima pendidikan dari orang tuanya maupun orang sekitarnya. Islam secara tersirat mengemukakan bahwa bahkan sejak dalam kandungan ibunya, seorang anak dapat menerima pendidikan dari kedua orang tuanya. Penelitian ini adalah library research (riset kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prenatal mampu menerima pendidikan. Konsep pendidikan anak usia prenatal dalam Islam dimulai dari sejak seorang laki-laki atau wanita memilih jodohnya, pra konsepsi suami istri, saat bayi dikandung dalam rahim ibunya, dan hingga tumbuh kembangnya setelah lahir. Dengan berbagai metode dan materi yang dilakukan, Islam menawarkan sebuah konsep pendidikan holistik bagi seorang anak.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM DAKWAH POLITIK NABI SULAIMAN AS (KAJIAN SURAT AN-NAML AYAT 23-44) Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 4 No 1 (2021): Tarbawi : Jurnal Pemikiran dan pendidikan Islam
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.34 KB) | DOI: 10.51476/tarbawi.v4i1.244

Abstract

Tulisan ini bertujuan menggali nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam aktifitas dakwah politik Nabi Sulaiman as terhadap Balqis. Dalam konteks politik (kekuasaan) aktifitas dakwah yang dilakukan Nabi Sulaiman as memiliki karakteristik, obyek dakwahnya adalah kelompok masyarakat yang terhimpun dalam sebuah kerajaan yang besar dan kuat, serta memiliki peradaban yang sangat maju (Saba'). Berdakwah dalam konteks semacam ini tentunya akan berhadapan dengan banyak rintangan dan hambatan. Meski demikian, Nabi Sulaiman as terhitung sukses dalam dakwah politiknya yakni dengan menghantarkan Balqis dan penduduknya kepada keimanan. Penelitian ini adalah library research (riset kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Secara khusus, bidang kajian diarahkan pada penafsiran surat an-Naml ayat 23-44 guna memberikan gambaran dakwah politik Nabi Sulaiman as dan menggali nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam dakwah politik Nabi Sulaiman as berupa; bersikap responsif atas masalah mad'u, berdakwah secara tepat dan teliti, mengedepankan musyawarah dan mufakat, memiliki integritas dan komitmen atas dakwah, dan menjauhi sifat sombong dan takabur.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMIKIRAN K.H HASYIM ASY'ARI Mohamad Zaenal Arifin; Abdul Ghofur
Tarbawi : Jurnal pemikiran dan Pendidikan Islam Vol 5 No 2 (2022): Tarbawi: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam
Publisher : STAI BINAMADANI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51476/tarbawi.v5i2.400

Abstract

Pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan Islam sebab roh atau inti dari pendidikan Islam adalah pendidikan karakter yang semula dikenal dengan pendidikan akhlak. Di antara tokoh yang concern dengan pendidikan karakter adalah K.H Hasyim Asy'ari. Dalam tulisan ini, penulis akan mengeksplorasi pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan karakter, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif kepustakaan dan pendekatan deskriptif analitis. Penulis mengambil sumber data primer melalui penelusuran literatur-literatur kepustakaan, selanjutnya dibahas secara mendalam dan dianalisis menggunakan teknik content analisis untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa pemikiran K.H Hasyim Asy'ari tentang pendidikan karakter bermuara pada tiga hal, yakni: Pertama, Pemaknaan dan tujuan pendidikan karakter yang dipandang sebagai upaya memanusiakan manusia secara utuh sehingga menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Adapun tujuan yang hendak diraih adalah berkisar pada dimensi keilmuan, pengamalan, dan religius; Kedua, Urgensi pendidik. Kriteria pendidik dalam pandangan K.H Hasyim Asy’ari adalah harus menjaga akhlak dalam pendidikan; Ketiga, Peserta didik, harus memiliki adab dan karakter yang baik, seperti: memurnikan niat, bersikap tawadhu’, menghormati guru, berperilaku sabar, qana'ah, zuhud, wara', dan menghindari hal-hal yang kotor dan maksiat.
HISTORITAS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AYAT-AYAT 'ITAB Abdul Ghofur
AL Fikrah : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam Vol 3 No 01 (2023): Al-Fikrah Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam
Publisher : STAI Binamadani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan menelusuri aspek sejarah dari ayat-ayat 'Itab dan menggali makna subtantif dari ayat-ayat 'Itab dengan mengkaitkannya pada aspek pendidikan yang terkandung di dalamnya. Di satu sisi, pribadi Rasulullah Saw merupakan tauladan dalam segala aspek kehidupan, sementara di sisi lain dalam al-Qur'an didapati banyak ayat yang bernada teguran atas sikap, perbuatan, ataupun ijtihad beliau. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif kepustakaan dimana pembahasannya menggunakan data-data yang diperoleh melalui penelusuran literatur kepustakaan, seperti kitab tafsir, buku, dan sumber lainnya yang relevan. Hasil tulisan ini menyimpulkan bahwa peristiwa atau kejadian yang menjadi sebab turunnya ayat-ayat 'Itab tercatat dalam banyak hadits shahih. Dari riwayat-riwayat tersebut diketahui bahwa hal-hal yang menjadikan sebab turunnya ayat-ayat 'Itab terkait dengan persoalan tawanan perang Badar, pengecualian orang munafik turut dalam perang Tabuk, menshalatkan jenazah orang munafik, mendoakan kerabat yang tidak beriman, mengharamkan madu, dan lainnya. Dalam konteks pendidikan, turunnya ayat-ayat 'Itab dijadikan sebagai sarana Allah Swt untuk memberi pendidikan dan arahan kepada Rasulullah Saw dalam hal membetulkan sikap dan perbuatan Rasulullah Saw saat bergaul dengan orang lain, menegakkan keadilan hukum, memutuskan suatu perkara secara adil, dan lainnya