Ahmad Ihwanul Muttaqin
Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Transformasi Kepemimpinan: Adaptasi Pesantren Bustanul Ulum Krai Lumajang dalam Menjawab Globalisasi Ahmad Ihwanul Muttaqin; Canda Ayu Pitara
Journal of Islamic Education Research Vol. 1 No. 01 (2019): Journal of Islamic Education Research
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.857 KB) | DOI: 10.35719/jier.v1i01.2

Abstract

Artikel ini hendak melihat problem krusial di pondok pesantren yakni transformasi kepemimpinan. Seperti diketahui, keberadaan pesantren tidak bisa dipisahkan dari Kiai sebagai pendiri, pemilik dan pengasuh pondok pesantren. Keadaan ini menyebabkan kiai menjadi figur sentral di dalamnya. Kiai muncul sebagai sosok yang kharismatik dan cenderung “otoriter”. Namun seringkali muncul problematika dalam proses suksesi kepemimpinannya. Kerapkali para penerus pendiri, tidak memiliki kharisma dan pengaruh yang sama dengan pendahulunya. Keadaan ini membuat pesantren mengalami penurunan kualitas output dan membuat sebagian pesantren gulung tikar. Atas dasar itulah, penulis ingin melihat bagaimana pesantren melakukan perubahan-perubahan pola kepemimpinan. Locus riset di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Krai Yosowilangun Lumajang. Pesantren ini sejak berdiri hingga hari ini dapat disebut sebagai pesantren yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari hasil riset ditemukan bahwa untuk menjaga eksistensi pesantren, para penerus melakukan perubahan pola kepemimpinan, dari pola tunggal menjadi kepemimpinan kolektif kolegial dan berbentuk yayasan. Hasilnya, eksistensi pesantren dapat tetap terjaga, dan hingga hari ini pesantren mengalami perkembangan yang cukup maju.
Modernisasi Pesantren; Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam Ahmad Ihwanul Muttaqin
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7 No 2 (2014): AGUSTUS (Terbit secara daring sejak Februari, 2015)
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketidakpuasan atas hasil pendidikan yang berbau barat sebagai imbas dari globalisasi dan modernisasi, melahirkan harapan besar umat muslim untuk mengangkat model dan pola pendidikan Islam sebagai solusi alternatif pengganti paradigma pendidikan Barat. Sementara itu, pendidikan Islam diyakini mampu mengintegrasikan ketiga dimensi kemanusiaan ke dalam satu bingkai konstruksi integral dan saling menunjang, yaitu visi Ilahiyah, nilai-nilai spiritual, dan nilai-nilai material. Lembaga pendidikan yang tepat untuk hal ini adalah Pondok Pesantren. Namun demikian untuk mewujudkan pendidikan Islam yang ideal maka mutlak diperlukan pembaruan-pembaruan dalam berbagai dimensi. Cita-cita mewujudkan pendidikan Islam ideal baru bisa dicapai bila ada upaya membangun epistemologinya. Sebab problem utama pendidikan Islam adalah problem epistemologinya. Epistemologi pendidikan Islam perlu dirumuskan secara konseptual untuk menemukan syarat-syarat dalam mengetahui pendidikan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Dalam hal ini, pondok pesantren harus mampu merumuskan peran di tengah arus modernisasi yang sudah tentu harus komprehensip dan holistic. Artinya, harus kental dengan aroma keislamannya dan tidak acuh dengan perubahan modernisasi, serta mampu mengartikulasikan perkembangan zaman dalam rangka merespon dan menjawab segala problemnya. Dalam konteks ini Abdurrahman Wahid dan Nurcholis Madjid mampu memberikan terobosan untuk sekedar membuat poros perubahan pada diri Pondok pesantren baik kurikulum, kepemimpinan maupun kelembagaan.
Konstruksi Budaya Pendidikan Pesantren Ahmad Ihwanul Muttaqin; Rif'an Khumaidi
Nusantara Journal of Islamic Studies Vol. 4 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54471/njis.2023.4.1.18-31

Abstract

Budaya pesantren memang tidak habis-habisnya dikaji oleh para pakar. Bukan karena keunikannya saja, namun kebertahanan sebagai budaya organisasi kelembagaan pendidikan. Pesantren sebagai lembaga pendidikan telah memastikan diri sebagai satu-satunya lembaga yang memiliki kekuatan budaya di masyarakat. Artikel ini menganalisis konstruksi budaya kuatnya. Fokusnya adalah akar, elemen, karakteristik hingga right value yang terbentuk. Seluruh dikaji dengan metode library research. Dari analisi literatur yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa akar budaya pesantren memadukan tasawuf dan lokal budaya. Hal demikian terlihat dalam elemen budaya seperti santri, kiai, asrama dan kitab kuningnya. Tidak jika karakteristiknya mengarah pada persatuan, kemandirian dan kemerdekaan. Hal demikian karena norma yang tercipta dipengaruhi oleh Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah, sufistik dan kiai sentris