Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Knowledge Construction In Ecological Sustainability Of The Women Raudlatul Jannah; Baiq Lily Handayani; Hary Yuswadi; Nurul Hidayat
The Journal of Society and Media Vol. 3 No. 2 (2019): Social Conflict in Society and Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v3n2.p196-215

Abstract

The background of this research about environmental problems, such as loss of soil fertility, depletion of groundwater, river pollution, waste management, seem to be a phenomenon that is happening right now. Human dependence on nature is increasingly critical, but it is not balanced with an awareness of environmental preservation. The purpose of this research is to find out and describe the construction of women's ecological sustainability in Jember. This construction includes water management, power management, transportation use, and waste management. This study uses a qualitative method with interviews as a data collection technique. The informants of this study were selected from six villages in Jember, namely Karangrejo, Antirogo, Tegalgede, Kalisat, Sumbersari, and TegalBesar villages. This study uses a purposive method, especially housewives whose activities relate to these indicators. The results showed that women had limited knowledge construction about ecological sustainability. This construction develops based on daily experience and individual knowledge of the ecological preservation models around them. Therefore, household waste is often found scattered in the ecosystem.
Ecopreneurship Berbasis Pengelolaan Sampah dan Penciptaan Nilai Tambah Ekonomi Novi Puspitasari; Nurul Hidayat; Intan Kartika setyawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Akademisi Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : Jurnal Pengabdian Masyarakat Akademisi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.899 KB) | DOI: 10.54099/jpma.v1i1.67

Abstract

Kegiatan utama ecopreneurship adalah pengelolaan sampah, minimal sampah di lingkungan tempat tinggal. Namun, mengatasi persoalan pengelolaan sampah bukan hal yang sederhana mengingat sampah memiliki asal usul yang panjang. Kegiatan pengabdian ini berupa peningkatan wawasan dan kesadaran menjaga lingkungan dalam bentuk sosialisasi tentang pentingnya pengolahan sampah dari rumah. Metode untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini menggunakan metode ceramah dan diskusi serta mini workshop tentang cara pengolahan bahan sampah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Pelaksanaan kegiatan ini diawalai dengan pemateri memberi ilustrasi tentang bagaimana membentuk, mengelola Bank Sampah. Persyaratan menjadi nasabah sangat mudah. Mekanisme nya juga sederhana, cukup mengumpulkan sampah bernilai di rumah masing masing, lalu mengumpulkan sampah tersebut sesuai dengan jadwal. Petugas Bank Sampah akan mencatat dan mengkonversi sesuai nilai rupiah tertentu. Kegiatan kedua dari program pengabdian ini adalah pelatihan sederhana (mini workshop) terkait dengan pengolahan limbah domestik menjadi barang layak pakai kembali. Salah satu limbah yang paling dominan dalam rumah tangga adalah plastik, terutama adalah plastik kresek yang dihasilkan dari kegiatan yang habis belanja di pasar atau di minimarket.
STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT KAMPUNG MERAK SITUBONDO DI ENCLAVE AREA Baiq Lily Handayani; Dwi Shavira Putri Hardjo WIcaksono; Maulana Surya K; Hary Yuswadi; Akhmad Ganefo; Nurul Hidayat
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 4 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i4.62363

Abstract

This study aims to narrate the life of the people of Kampung Merak Situbondo in the enclave area. Using a phenomenological approach to express meaning in experience, this study takes a social setting in Kampung Merak, because this village is very representative as an isolated village both in terms of road access, infrastructure, social access, economy, education and especially this village has a dispute with the National Park. Baluran (TNB) is related to the area. This study uses a qualitative paradigm with a phenomenological approach. The technique of determining informants uses purposive techniques, with data collection methods using observation, and in-depth interviews. The results showed that the people who lived in this village were formerly workers at PT. Gunung Gumitir, where apart from working they are also building a social system in that location. When the PT's HGU contract expired, the workers were not terminated, but simply left. The workers then continue to build social life, both settlements, agricultural land, livestock, religion and other supporting social systems. The existence of those who have been uprooted from their original place of residence prevents them from returning to their origin. The development of businesses both in the agricultural and livestock sectors has made them more attached to Kampung Merak. Although vehicle access to the village has been closed by TNB, it is difficult for them to send agricultural and livestock products. This includes regulations regarding the construction of houses which are limited by not being allowed to build permanent houses. This does not make them discouraged from continuing to build a life in Merak Village by implementing several survival strategies as farmers, rowdy cattle breeders, as fishermen and strategies to build networks.Keywords: Kampung Merak, Situbondo, Baluran National Park, Survival Strategy, Enclave AreaAbstrakPenelitian ini bertujuan menarasikan kehidupan masyarakat Kampung Merak Situbondo di enclave area. Menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mengungkapkan pemaknaan dalam penafsiran pengalaman, penelitian ini mengambil setting sosial di Kampung Merak, dikarenakan kampung ini sangat representatif sebagai kampung yang terisolir baik secara akses jalan, sarana prasarana, akses sosial, ekonomi, pendidikan dan terutama kampung ini masih bersengketa dengan pihak Taman Nasional Baluran (TNB) terkait dengan kawasan. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive, dengan metode pengumpulan data menggunakan observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kampung ini dahulunya adalah pekerja di PT. Gunung Gumitir, dimana selain bekerja mereka juga membangun sistem sosial di lokasi tersebut. Ketika kontrak HGU PT habis, pekerja tidak diputus kontrak, namun ditinggalkan begitu saja. Para pekerja kemudian tetap membangun kehidupan sosial baik pemukiman, lahan pertanian, peternakan, keagamaan dan sistem sosial pendukung lainnya. Keberadaan mereka yang telah tercerabut dari tempat tinggal asal membuat mereka tidak kembali ke asalnya. Berkembangnya usaha baik dalam sektor pertanian dan peternakan membuat mereka semakin terikat dengan Kampung Merak. Meskipun akses kendaraan ke kampung tersebut telah ditutup oleh pihak TNB, sehingga mereka kesulitan untuk mengirim hasil pertanian maupun peternakan. Termasuk juga adanya peraturan mengenai pembangunan rumah yang dibatasi dengan tidak diperbolehkan membangun rumah permanen. Hal itu, tidak membuat mereka patah arang untuk tetap membangun kehidupan di Kampung Merak dengan menerapkan beberapa strategi bertahan hidup sebagai petani, peternak sapi gaduhan, sebagai nelayan dan strategi membangun jaringan.Kata kunci: Kampung Merak, Situbondo, Taman Nasional Baluran, Strategi Bertahan Hidup, Enclave Area
Praktik Sosial Agen dalam Mengembangkan Kelompok Masyarakat Kampoeng Ikan Desa Kluncing Banyuwangi Yasir Muhyi; Nurul Hidayat
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v7i2p105-126

Abstract

Kebiasaan buruk masyarakat Desa Kluncing dalam memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan kakus. Mengakibatkan sungai tersebut mengalami pencemaran dan kerusakan. Kondisi ini akhirnya mengundang keprihatinan dan kepedulian bagi dua sosok lokal untuk melakukan perubahan hingga terbentuknya kelompok masyarakat kampoeng ikan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling atau dipilih langsung oleh peneliti. Selanjutnya dalam teknik pengumpulan data peneliti memakai tiga teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens sebagai pisau analisis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat berbagai praktik sosial yang dilakukan agen dalam mengembangkan kelompok masyarakat kampoeng ikan. Agen selalu berupaya untuk menyadarkan masyarakat sekitar, memberikan percontohan, pelatihan dan pendampingan bagi para pemula untuk belajar budidaya ikan air tawar yang benar. Selain melalui tindakan percontohan, agen juga rutin menggelar perkumpulan setiap dua minggu sekali serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Terjadinya hubungan agen dan struktur memperlihatkan adanya dualitas struktur yang terjadi melalui skema signifikansi, dominasi, dan legitimasi.
FARMERS INTELLECTUAL MOVEMENT THROUGH THE WARTANI ORGANIZATION OF CURAHNONGKO VILLAGE, JEMBER REGENCY Nurul Hidayat
Journal of Development and Social Change Vol 5, No 2 (2022): Volume 5 no. 2 Oktober 2022
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jodasc.v5i2.64021

Abstract

The struggle of farmers in Curahnongko Village, Jember Regency to get their rights to land has gone through various dynamics. The conflict involving farmers and PTPN XII Kalisanen has been started since 1966. The conflict was triggered by land grabbing by PTPN Kalisanen at that time. Farmers who have long managed the land to be used as agricultural media feel lost, so that in the following years there were protests to claim their land. Peasants' protests increased with the fall of the New Order government in 1998. That year was a turning point for farmers to speak openly again for the return of their land. The waves of protests that never cease to provoke intellectuals to join in the arena of struggle. The intellectual actor then formed an organization to be used as a forum to accommodate farmers' concerns and fight for it together. The forum or organization is called WARTANI (Wadah Aspirasi Warga Tani). This study uses a qualitative method of ethnographic type. The data collection carried out in this study used three components, observation, interviews and documentation. The results of this study are divided into three, namely, 1) WARTANI plays an important role in the arena of conflict that occurs with PTPN. 2) the role of intellectuals has increased the knowledge of farmers and their mentality in the struggle for land rights. 3) the role of intellectuals in helping organizations in political networking with the government.