Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KOPI SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA Desi Afrilia; Syamsul Bahri; Jalaluddin Jalaluddin; Masrullita Masrullita; Nasrul ZA
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 1, No 4 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - April 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v1i4.6416

Abstract

Penggunaan bahan logam khususnya besi atau paduan besi (alloy) seperti baja banyak dimanfaatkan pada masa modern ini. Namun, kekurangan dari logam yaitu adanya reaksi pengkaratan yang menyebabkan besi keropos sehingga kehilangan kekuatannya.Laju korosi dapat diperlambat salah satunya dengan penambahan inhibitor. Inhibitor organik efektif dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Tanin merupakan senyawa alami yang dapat menghambat korosi, salah satu bahan alam yang banyak mengandung tanin adalah kopi, pada penelitian ini menggunakan  kopi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh dan presentase efisiensi inhibisi korosi dengan menggunakan ekstrak kopi terhadap laju reaksi korosi pada baja. Tahap pendahuluan pada baja murni diukur, dipotong, dicuci, dikeringkan, dan ditimbang sebagai berat awal, kemudian kopi ditimbang dan ditambahkan heksane, direndam 2x24 jam ditutup dengan aluminium foil dipanaskan disaring jika belum mengental maka dipanaskan kembali. Inhibitor ekstrak kopi dengan konsentrasi 1:10, 1:7,5, 1:5, ditambahkan ke dalam baja murni untuk melapisi permukaan selama 3 hari sebelum direndam dalam media korosi NaCl 4% dengan variasi waktu 6, 9, dan 12 hari. Kemudian hitung sebagai berat akhir. Perhitungan laju korosi dan efisiensi menggunakan metode gravimetri, yaitu pengurangan berat pada baja murni sebelum adanya ekstrak  kopi dan setelah adanya ekstrak kopi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak kopi dengan konsentrasi 1;10 dapat menurunkan laju korosi pada baja murni dalam media korosi larutan NaCl 4% dan efisiensi inhibisi sebesar 6,0625%.
PEMANFAATAN AIR LAUT MENJADI GARAM DENGAN METODE SUNGKUP DI DESA SIMPANG LHEE KOTA LANGSA Rozalina Rozalina; Ekariana S. Pandia; Ainul Mardiyah; Nasrul ZA
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 6 No. 2 (2022): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v6i2.1689

Abstract

Desa Simpang Lhee adalah salah satu desa di Kota Langsa yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah rawa pertambakan. Luas desa Simpang Lhee adalah 501 hektar dengan jumlah penduduk 1178 jiwa (278 KK). Produksi unggulan desa ini adalah terasi dengan bahan baku udang rebon yang ditambahkan garam didalamnya. Permasalahan yang dihadapi adalah bahan baku garam ini di datangkan dari Sumatera Utara yang mengakibatkan harga garam tinggi serta ketidaktersedian garam setiap saat. Sementara itu air laut sebagai bahan baku membuat garam melimpah di Desa Simpang Lhee ini. Potensi melimpah ini tidak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, jika ini dikelola dengan baik akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Solusi permasalahan tersebut adalah dilakukan pelatihan dan demplot cara pembuatan garam sederhana kepada masyarakat yaitu dengan pengolahan air laut untuk di jadikan garam menggunakan metode sungkup. Mitra pengabdian ini adalah masyarakat desa tersebut yang lokasi tempat tinggalnya tidak jauh dari rawa dan pertambakan, sehingga dapat dikembangkan menjadi sentra produksi garam. Mitra diperkenalkan proses pembuatan garam untuk meningkatkan pendapatan perekonomian keluarga mitra (masyarakat desa Simpang Lhee). Metode Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode Penyuluhan, kemudian dilakukan demontrasi dengan cara membuat demplot pembuatan garam. Hasil pelaksanaan kegiatan masyarakat Simpang Lhee sudah dapat membuat garam dengan menggunakan metode sungkup dan akan mengembangkannya dengan melakukan pemilihan lokasi yang tepat dengan pertimbangan kondisi air pada saat pengisian bak penampung agar mendapatkan hasil lebih baik. Demplot yang dilakukan pada kondisi tanah yang gambut dan berwarna hitam sehingga garam yang dihasilkan juga berwarna.
PEMBUATAN FORMULA LOTION ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (CITRONELOL OIL) Yuni O Nainggolan; Masrullita Masrullita; Rozanna dewi; Nasrul ZA; Eddy Kurniawan
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 5 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Desember 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i5.7866

Abstract

Minyak sereh wangi (Citronella oil) adalah salah satu minyak atsiri komersial Indonesia yang diperoleh melalui proses penyulingan. Minyak Citronella mengandung minyak esensial dengan komponen geraniol (20-40%), citronellal (25-50%), dan citronellol (10-15) yang menimbulkan aroma, sehingga dapat digunakan sebagai repellent atau pengusir nyamuk. Minyak Citronella adalah insektisida alami murah dan efektif, juga dapat digunakan dengan aman dan praktis, sehingga dapat dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk. Untuk menjaga stabilitas minyak Citronella dalam bentuk lotion, perlu formulasi lotion anti nyamuk yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari formulasi lotion dari bahan aktif dari oleum Citronella dan untuk mengetahui hasil evaluasi dilakukan pada Lotion Citronella. Metode yang digunakan dalam pembuatan lotion Citronella adalah metode peleburan. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan lotion, yaitu uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, dan uji viskositas. Hasil evaluasi sediaan lotion minyak Citronella, antara lain, pada uji organoleptis lotion tidak berubah, tetap berwarna putih, memiliki bau khas Citronella dan tekstur lembut. Hasil pemeriksaan pH, lotion mengalami perubahan pH, tetapi rata-rata pH 7. Dalam uji homogenitas, lotion tidak menunjukkan butiran kasar pada kaca transparan atau bisa dikatakan lotion bersifat homogen. Pada uji viskositas menggunakan alat viscometer visco cool 6, diperoleh viskositas yang berbeda-beda hal itu dipengaruhi oleh konsentrasi minyak atsiri sereh wangi, karena semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang digunakan makan semakin tinggi juga viskositas lotion yang diperoleh.
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 Roja Andesta; Nasrul ZA; Novi Sylvia; Agam Muarif; Rizka Nurlaila
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 3, No 4 (2023): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2023
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v3i4.10250

Abstract

Pupuk cair merupakan pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Pembuatan pupuk organik cair khususnya dari limbah buah-buahan dengan penambahan bioaktivator EM4 (Effective Microorganisme) bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pembuatan pupuk organik cair  terhadap kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P2O5), Kalium (K2O), Kadar Air, warna, pH dan Bau dalam pupuk organik cair, serta membandingkannya dengan baku mutu pupuk organik cair menurut Standar Nasional Indonesia : 19-7030-2015. Penelitian ini sudah pernah dilakukan namun yang menjadi pembeda adalah dari variabelnya, penulis memanfaatkan limbah kulit pisang kepok dan limbah air cucin beras dengan penambahan bioaktivator EM4 menggunakan metode fermentasi dengan memvariasikan waktu fermentasi dan volume dari EM4. Disini penulis membutuhkan 9 reaktor berupa drum plastik tertutup dengan waktu fermentasi berturut-turut 7, 10 dan 13 hari serta variasi EM4 berturut-turut 45, 55, 65 ml. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel terbaik diperoleh pada volume EM4 65 ml, untuk kandungan terbaik dari Nitrogen 1,58% dan Kalium 1,18% terdapat pada hari ke-13, sementara kandungan Fosfor terbaik terdapat pada hari ke-10 yaitu 0,02%, kadar air terendah didapat pada hari ke-13 yaitu 95,5% dan pH tertinggi terdapat pada hari ke-7 yaitu 5,2.Untuk warna yang di analisa dari proses fermentasi awal sampai proses fermentasi berakhir menunjukan adanya perubahan warna dari cokelat ke cokelat kehitaman, begitu juga dengan bau yang mengalami perubahan dari mulai bau bahan baku sampai bau asam yang menyengat.