Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Scientific%20Journal

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Wilayah Kerja Pukesmas Bukit Sileh Kec. Lembang Jaya Kab. Solok Tahun 2021 Seres Triola; Loice Retensiano Atasa; Dian Ayu Hamama Pitra; Haves Ashan
Scientific Journal Vol. 1 No. 2 (2022): SCIENA Volume I No 2, March 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.575 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i2.26

Abstract

Pendahuluan: ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang bersifat akut yang dapat berlangsung selama 14 hari. Penularannya bisa disebabkan dari manusia ke manusia lainnya, dalam hal ini balita sangat rentan terkena penyakit ISPA. Adapun faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik kejadian ISPA pada balita seperti status gizi balita, status imunisasi balita, keberadaan perokok dan pengetahuan ibu. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sileh Kec. Lembang Jaya Kab. Solok Tahun 2021. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 51 responden. Analisis data univariat disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase dan analisis bivariat menggunakan program SPSS versi 25.0 dengan uji chi-square. Hasil: Dari analisis univariat 51 responden didapatkan balita ISPA 26 orang (51,0%) dan tidak ISPA 25 orang (49,0%), responden status gizi balita terbanyak adalah baik sebanyak 35 orang (68,6%), responden dengan status imunisasi balita terbanyak adalah lengkap sebanyak 30 orang (58,8%), responden dengan keberadaan perokok terbanyak adalah ada sebanyak 46 orang (90,2%), dan responden dengan pengetahuan ibu terbanyak adalah baik yaitu 24 orang (47,1%). Analisis bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi balita (p=0,009), status imunisasi balita (p=0,0001), keberadaan perokok (p=0,023) dan pengetahuan ibu (p=0,006) dengan kejadian ISPA pada balita. Kesimpulan: Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi balita, status imunisasi balita, keberadaan perokok dan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sileh Kec. Lembang Jaya Kab. Solok Tahun 2021.
Profil Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Baiturrahmah Angkatan 2016 Haves Ashan; Ilma Rahmi Afrina; Dian Ayu Hamama Pitra; Seres Triola
Scientific Journal Vol. 1 No. 2 (2022): SCIENA Volume I No 2, March 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.281 KB) | DOI: 10.56260/sciena.v1i2.30

Abstract

Latar Belakang : Miopia merupakan kelainan refraktif yang paling umum dan banyak ditemukan di dunia berdasarkan data dari World Health Organization (WHO). Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Miopia merupakan kelainan refraksi yang sering ditemukan pada mahasiswa, terutama mahasiswa kedokteran. Pada survei awal didapatkan 45 orang yang pernah di diagnosis miopia pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Baiturrahmah angkatan 2016. Penelitian ini bertujuan utntuk Mengetahui profil miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Baiturrahmah Angkatan 2016. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan disain cross-sectional dengan melakukan pemeriksaan derajat miopia terhadap mahasiswa pendidikan dokter Universitas Baiturrahmah angkatan 2016 menggunakan Autorefractometer di Poliklinik mata RSI Siti Rahmah Padang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik pengambilan sampel menurut slovin dengan sampel berjumlah 33 sampel. Pengumpulan data diperoleh langsung dari hasil pemeriksaan menggunakan Autoref. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil : Hasil penelitian profil miopia didapatkan frekuensi derajat miopia terbanyak pada derajat ringan. Pada mata kanan (OD) sebanyak 22 mata (66,7%) dan berjumlah 23 mata (69,7%) pada mata kiri (OS). Kesimpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa miopia terbanyak pada derajat ringan dan terendah miopia berat.
Profil Pasien Glaukoma pada Lansia di Rumah Sakit Khusus Mata (RSKM) Padang Eye Center Tahun 2021 Haves Ashan; Rosalina Hasan; Ade Ade Yuli Amelia; Seres Triola
Scientific Journal Vol. 1 No. 5 (2022): SCIENA Volume I No 5, September 2022
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v1i5.66

Abstract

Latar Belakang: Kebutaan merupakan hal yang masih mengerikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab kebutaan di seluruh dunia yaitu glaukoma yang dianggap sebagai si pencuri penglihatan, dimana pada penderita glaukoma dapat mengalami kehilangan penglihatan yang bersifat permanen (irreversible) sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada penderita. Tujuan: Untuk mengetahui profil pasien glaukoma pada lansi di Rumah Sakit Khusus mata (RSKM) Padang Eye Center tahun 2021. Metode: Ruang lingkup penelitian ini adalh ilmu penyakit mata. Penelitian dilakukan pada bulan Februari tahun 2021 sampai selesai. Jenis penelitian adalah deskriptif kategorik. Populasi terjangkau pada penelitian adalah pasien lansia yang terdiagnosis glaukoma di RSKM Padang Eye Center pada tahun 2021 sebanyak 100 sampel dengan teknik simple random sampling. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan pengolahan data menggunakan komputerisasi program SPSS versi 20.0. Hasil: Kelompok usia terbanyak adalah 60-75 tahun yaitu 83 pasien (83,0%), jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 61 pasien (61,0 %), tipe glaukoma terbanyak adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG) yaitu 43 pasien (43,0%), riwayat penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi yaitu 46 pasien (46,0%), tatalaksana terbanyak adalah medikamentosa yaitu 58 pasien (58,0%), dan kejadian kebutaan terbanyak yaitu unilateral sebanyak 41 pasien (41,0%). Kesimpulan:  Kelompok usia terbanyak adalah 60-75 tahun, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, tipe glaukoma terbanyak adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG), riwayat penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi, tatalaksana terbanyak adalah dengan medikamentosa saja, kejadian kebutaan terbanyak adalah unilateral.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Sebagai Penyebab Gangguan Pendengaran Seres Triola; Cici Indrayani; Dian Ayu Hamama Pitra; Haves Ashan
Scientific Journal Vol. 2 No. 2 (2023): SCIENA Volume II No 2, Maret 2023
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v2i2.94

Abstract

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dapat berdampak signifikan terhadap fungsi pendengaran. Infeksi yang berulang dan peradangan pada telinga tengah dapat menyebabkan kerusakan pada gendang telinga, tulang pendengaran, dan jaringan pendengaran lainnya. Hal ini menyebabkan gangguan pendengaran baik secara sementara maupun permanen, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan respons pengobatan.Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa OMSK memiliki prevalensi yang tinggi di beberapa kelompok populasi, seperti anak-anak dan orang dewasa dengan faktor risiko tertentu, seperti kekurangan kekebalan tubuh dan pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, penundaan dalam diagnosis dan pengobatan OMSK dapat memperburuk gangguan pendengaran dan berpotensi menyebabkan masalah pendengaran jangka Panjang. upaya pencegahan dan pengelolaan OMSK menjadi penting guna mengurangi dampaknya terhadap gangguan pendengaran. Pendidikan tentang pentingnya kebersihan telinga, vaksinasi, pengobatan yang tepat waktu, dan pengawasan rutin oleh tenaga medis dapat membantu mengurangi risiko terjadinya OMSK dan komplikasi pendengaran yang mungkin terjadi.Kesimpulan dari tinjauan literatur ini menekankan perlunya kesadaran yang lebih tinggi terhadap OMSK sebagai penyebab gangguan pendengaran. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat harus ditekankan untuk mengurangi dampak OMSK terhadap pendengaran individu. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk memahami faktor risiko, mekanisme patofisiologi, dan pengembangan terapi yang lebih efektif dalam mengatasi OMSK dan masalah pendengaran yang terkait.