Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

FAKTOR RISIKO UNDERWEIGHT BALITA UMUR 7-59 BULAN Rahim, Fitri Kurnia
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakMasalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Metode penelitian survei pada balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding sebanyak 200 sampel, menggunakan cluster random sampling. Pengambilan data dengan wawancara dan pengukuran berat badan secara langsung menggunakan alat ukur dacin. Analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan balita yang tergolong status gizi underweight sebanyak 31,40 %, yang mengalami diare kronik 14,90 %, dan pneumonia 8,80 %. Praktik pemberian makan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 43,80 %, praktik pengobatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 25,30 %, dan praktik kesehatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 41,80 %. Tingkat konsumsi energi kurang baik pada anak balita sebanyak 60,30 %, dan tingkat konsumsi protein kurang baik pada anak balita 54,60 %. Simpulan penelitian, faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita umur 7-9 bulan yaitu pola asuh pemberian makan balita, tingkat konsumsi energi, dan protein balita. The research problem was whether the factors associated with underweight nutritional sta-tus in children under five. Research purpose to determine the factors associated with under-weight nutritional status in toddler. Survey method in infants aged 7-59 months in the re-gion of Leuwimunding health center amounts 200 samples, using cluster random sampling. Data collected by interview and direct weight measurement using bathroom scales. Data analysis by chi square. The results showed the nutritional status of toddler were classified as underweight as 31.40 %, which was experiencing chronic diarrhea 14.90% and pneumonia 8.80%. Unfavorable practice of toddler feeding as 43.80%, unfavorable treatment practices of toddler as 25.30%, and unfavorable health practices of toddler as unfavorable as 41.80% . The rate of energy consumption is not good for toddler as much as 60.30%, and the rate of protein consumption wass less good in 54.60% of toddler. The conclusions, factors associ-ated with underweight nutritional status in infants aged 7-9 months were toddler feeding, level of energy consumption, and protein toddlers.
FAKTOR RISIKO UNDERWEIGHT BALITA UMUR 7-59 BULAN Rahim, Fitri Kurnia
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 2 (2014)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v9i2.2838

Abstract

AbstrakMasalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi underweight pada balita. Metode penelitian survei pada balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding sebanyak 200 sampel, menggunakan cluster random sampling. Pengambilan data dengan wawancara dan pengukuran berat badan secara langsung menggunakan alat ukur dacin. Analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan balita yang tergolong status gizi underweight sebanyak 31,40 %, yang mengalami diare kronik 14,90 %, dan pneumonia 8,80 %. Praktik pemberian makan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 43,80 %, praktik pengobatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 25,30 %, dan praktik kesehatan anak balita tergolong kurang baik sebanyak 41,80 %. Tingkat konsumsi energi kurang baik pada anak balita sebanyak 60,30 %, dan tingkat konsumsi protein kurang baik pada anak balita 54,60 %. Simpulan penelitian, faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita umur 7-9 bulan yaitu pola asuh pemberian makan balita, tingkat konsumsi energi, dan protein balita. The research problem was whether the factors associated with underweight nutritional sta-tus in children under five. Research purpose to determine the factors associated with under-weight nutritional status in toddler. Survey method in infants aged 7-59 months in the re-gion of Leuwimunding health center amounts 200 samples, using cluster random sampling. Data collected by interview and direct weight measurement using bathroom scales. Data analysis by chi square. The results showed the nutritional status of toddler were classified as underweight as 31.40 %, which was experiencing chronic diarrhea 14.90% and pneumonia 8.80%. Unfavorable practice of toddler feeding as 43.80%, unfavorable treatment practices of toddler as 25.30%, and unfavorable health practices of toddler as unfavorable as 41.80% . The rate of energy consumption is not good for toddler as much as 60.30%, and the rate of protein consumption wass less good in 54.60% of toddler. The conclusions, factors associ-ated with underweight nutritional status in infants aged 7-9 months were toddler feeding, level of energy consumption, and protein toddlers.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Gambar Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Heryanto, Merissa Laora; Heriana, Cecep; Kurniarahim, Fitri
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Vol 6 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.61 KB)

Abstract

Introduction : The prevalence of adolescent male smokers aged 15-19 years in Indonesia increased by 13.3% over the period 1995 to 2013. The aim of the study was to determine the relationship of knowledge and attitudes about the picture of health warnings on packs of cigarettes and smoking behavior in adolescents. Methode : The research was conducted in the village Kadugede with cross-sectional study involving 153 male adolescents aged 15-21 years. Result : The results of the bivariate analysis showed a significant relationship knowledge (p = 0.009, CI 95%) and attitude (p = 0.007, 95% CI) of picture health warnings on packs of cigarettes and smoking behavior. Kadugede village is expected to better utilize the results of this study as an information source for directing teens do behavior clean and healthy.
Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kabupaten Kunigan Rahim, Fitri Kurnia; Muharry, Andy
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.507 KB) | DOI: 10.34305/jikbh.v9i2.71

Abstract

Berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasalahan di negara berkembang. Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukan bahwa proporsi  BBLR di Indonesia yaitu 10.2 %. Adapun prevalensi kejadian BBLR di Jawa Barat pada tahun 2010 sampai 2013 tidak mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan hasil laporan pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Kuningan mengalami kenaikan angka kejadian BBLR yaitu dari sebanyak 1101 kasus BBLR pada tahun 2014 hingga 1185 kasus pada tahun 2015 dari total kelahiran hidup. Kabupaten Kuningan merupakan Kabupaten yang menempati urutan keenam tertinggi kasus BBLR di wilayah Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian BBLR. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kuningan. Jenis penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang melahirkan pada periode waktu Januari 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah Puskesmas Manggari Kabupaten Kuningan. Adapun besar sampel dalam penelitian yaitu total sampling sebanyak 27 orang dengan ratio 1:1. Sehingga jumlah sampel sebanyak 54 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat (uji chi-squre). Hasil penelitian menunjukan ibu dengan latar belakang umur berisiko memiliki proporsi kejadian BBLR sebanyak 57,1%. Latar belakang pendidikan ibu pada kelompok kasus merupakan lulusan sekolah menengah dan lebih tinggi (66,7%), adapun pada kelompok kontrol lebih dari setengahnya berlatar belakang pendidikan sekolah menengah ke bawah (52,1 %). Perbedaan proporsi  karakteritik ibu berdasarkan umur, pekerjaan dan  pendidikan pada ibu antara kelompok kasus (BBLR) dan kontrol (Non BBLR), tidak berbeda secara signifikan.
Karbon Monoksida (CO) Pada Ibu Hamil (Perokok Pasif) Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kabupaten Kuningan Rahim, Fitri Kurnia; Muharry, Andy
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Vol 10 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.562 KB) | DOI: 10.34305/jikbh.v10i1.86

Abstract

Bayi berat lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasalahan di negara berkembang. Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukan bahwa proporsi  BBLR di Indonesia yaitu 10.2 %. Paparan asap rokok dapat menjadi faktor resiko terjadinya BBLR. Berdasarkan Riskesdas (2013) sebesar 85% rumah tangga Indonesia terpapar asap rokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar karbon monoksida (CO) hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR. Jenis penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang melahirkan pada periode waktu Januari 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah Puskesmas Manggari Kabupaten Kuningan. Adapun besar sampel dalam penelitian yaitu total sampling sebanyak 27 orang dengan ratio 1:1. Sehingga jumlah sampel sebanyak 54 orang. Selain itu penelitian ini didukung dengan data kualitatif menggunakan kombinasi (mix method) model concurrent-embedded. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan alat pengukur karbon monoksida (CO) yaitu Micro + ? Smokerlyzer. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat, bivariat (uji chi-squre) dan analisis data kualitatif.  Hasil penelitian menunjukan 54,2 % ibu yang memiliki kadar CO kategori berbahaya mengalami kejadian BBLR. Sebanyak 46.7 % ibu yang memiliki kadar CO kategori normal mengalami kejadian BBLN.  Perbedaan proporsi berdasarkan kategori kadar CO pada ibu antara kelompok kasus (BBLR) dan kontrol (BBLN) tidak berbeda secara signifikan (p;0,584; OR:1,4; 95%CI:0,460-3,964).
DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA 24-59 BULAN DI KABUPATEN KUNINGAN Rahim, Fitri Kurnia; Rusisska, Rusisska
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Vol 10 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.257 KB) | DOI: 10.34305/jikbh.v10i2.103

Abstract

Diseluruh dunia, sekitar 162 juta balita mengalami kejadian stunting Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui bagaimana hubungan determinan sosial kesehatan dengan kejadian stunting. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kuningan. Jenis penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah balita yang berumur 24-59 bulan di wilayah Kabupaten Kuningan. Adapun besar sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 94 orang dengan ratio 1:1. Sehingga jumlah sampel sebanyak 188 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan alat ukur tinggi badan microtoise. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat, bivariat (uji chi-squre) dan logistik berganda sederhana. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar anak stunting memiliki ibu dengan latar belakang pendidikanya < SMP. Anak balita yang memiliki ibu dengan latar belakang pendidikan < SMP 2,74 kali berisiko mengalami kejadian stunting dibandingkan anak yang memiliki ibu dengan latar belakang pendidikan > SMP. Latar belakang pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Latar belakang pendidikan ibu merupakan prediktor yang signifikan dengan kejadian stunting. Perlu adanya peningkatan upaya promosi kesehatan tentang gizi anak serta kesehatan kehamilan pada ibu balita. Pembentukan komunitas literasi kesehatan pada masyarakat perempuan perlu ditingkatkan.
FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM KEGIATAN POSBINDU DI PUSKESMAS NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN m, Andy; Kurnia Rahim, Fitri
Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 5 No 1 (2020): Afiasi
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afiasi.v5i1.97

Abstract

Pusdatin Kemenkes RI memperkirakan jumlah lansia pada tahun 2050 mencapai 21,4%. Meningkatnya jumlah penduduk lansia memiliki sisi negatif yang perlu diwaspadai seperti munculnya hipertensi. Hipertensi  merupakan penyakit yang sering ditemukan pada lansia. Prevalensi hipertensi di Jawa Barat pada tahun 2015 sebesar 31,56% meningkat menjadi sebesar 32,59% pada tahun 2016. Kecamatan Nusaherang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kuningan yang masih ditemukan kasus hipertensi pada lansia. Posbindu merupakan upaya yang dilakukan untuk deteksi dini dan pencegahan hipertensi pada lansia. Namun tidak semua masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tujuan penelitian menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan keikutsertaan lansia dalam program Posbindu. Penelitian ini merupakan survei analitik  dengan rancangan studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nusaherang sebanyak 186 orang. Jumlah sampel sebanyak 63 dipilih secara random dari populasi. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Analisis data menggunakan analaisis univariat, bivariat dan multivariat. Variabel yang berhubungan dengan keikutsertaan lansia dalam posbindu yaitu pekerjaan, pengetahuan, jenis kelamin dan dukungan keluarga. Variabel yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan lansia dalam posbindu adalah jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian disarankan keluarga atapun masyarakat dan kader kesehatan dapat lebih memotivasi lansia untuk berkunjung ke posbindu khususnya lansia yang berjenis kelamin laki-laki.   Kata kunci: Keikutsertaan, lansia, posbindu
KEPATUHAN MENGKONSUMSI ZAT BESI DAN KUALITAS KUNJUNGAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI KUNINGAN, INDONESIA Rahim, Fitri Kurnia
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal Vol 11 No 1 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.05 KB) | DOI: 10.34305/jikbh.v11i1.155

Abstract

Bayi berat lahir rendah (BBLR) salah satu faktor resiko pada kematian dan kesakitan. Indonesia memiliki prevalensi kejadian BBLR sebanyak 10.2 %. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR dan mengkaji faktor tersebut. Jenis penelitian menggunakan desain kasus kontrol. Selain itu, penelitian ini didukung dengan data kualitatif menggunakan kombinasi (mix method) model concurrent-embedded. Sampel dalam penelitian yaitu total sampling sebanyak 27 orang dengan ratio 1:1. Sehingga jumlah sampel sebanyak 54 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan panduan wawancara. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat, bivariat (uji chi-squre) dan analisis data kualitatif.  Hasil penelitian menunjukan 54,2 % responden yang memiliki kadar karbon monoksida kategori berbahaya mengalami kejadian BBLR. Sebanyak 66,7 % responden yang tidak melakukan kunjungan antenatal care (ANC) secara lengkap mengalami kejadian BBLR. Sebanyak 100 % responden yang tidak mengkonsumsi zat besi secara lengkap mengalami kejadian BBLR. Dalam penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar karbon monoksida pada ibu, kunjungan ANC, dan asupan zat besi dengan kejadian BBLR. Hasil wawancara mendalam berdasarkan kajian kualitatif menunjukan walaupun kunjungan ANC dilakukan namun dalam pelaksanaanya masih kurang dalam aspek kualitasnya karena kegiatan konseling kurang maksimal. Adapun dalam hal kepatuhan asupan tablet tambah darah pada ibu ketika hamil, sebagian responden menyatakan tidak patuh karena efek samping yang dirasakan, lupa, dan kurang perhatian akan pentingnya asupan zat besi ketika masa kehamilan.
Social Determinant of Health of Adults Smoking Behavior: Differences between Urban and Rural Areas in Indonesia Fitri Kurnia Rahim; Thunwadee Suksaroj; Isareethika Jayasvasti
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 11, Issue 2, November 2016
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.907 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v11i2.1237

Abstract

Indonesia has the highest prevalence of smoking behavior among Southeast Asian countries. This study aimed to determine predictors of smoking behavior between rural and urban areas. Data were taken from The Global Adult Tobacco Survey (GATS). This study used ross-sectional analytical study and multiple logistic regression analysis. Samples were 8,305 Indonesian adults aged ≥ 15 years. The study showed that smokers in rural area were higher than in urban area, respectively 36.8% and 31.9%. Significant predictors of smoking behavior in rural and urban areas were age, occupation, sex, education level, economic status as well as smoking rule inside home. In urban area, age was also significant predictor and otherwise in rural area. The strongest predictor was smoking rule inside home and sex for smoking behavior, either in rural or in urban area. Tobacco control program should be relatively increased by considering the appropriate target population both in rural and urban area due to a little different of smoking behavior path, hence sex perspective should be involved also in tobacco control program. Regulation on smoke-free home should be encouraged to be implemented among houses of community.AbstrakIndonesia memiliki prevalensi perilaku merokok tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor terhadap perilaku merokok antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Data diambil dari Global Adult Tobacco Survey. Penelitian menggunakan studi analitik potong lintang dan analisis regresi logistik ganda. Sampel berjumlah 8.305 orang dewasa Indonesia berusia ≥ 15 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa perokok di wilayah pedesaan lebih tinggi dibandingkan di wilayah perkotaan, masing-masing 36,8% dan 31,9%. Prediktor signifikan terhadap perilaku merokok di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah usia, pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi serta aturan merokok di dalam rumah. Di wilayah perkotaan, usia juga merupakan prediktor yang signifikan dan sebaliknya di wilayah pedesaan. Prediktor terkuat adalah aturan merokok di dalam rumah dan jenis kelamin untuk perilaku merokok di wilayah pedesaan atau perkotaan. Program pengendalian tembakau secara relatif harus ditingkatkan dengan mempertimbangkan populasi target yang sesuai, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan karena adanya sedikit perbedaan jalan perilaku merokok, maka sudut pandang jenis kelamin juga harus dilibatkan dalam program pengendalian tembakau. Aturan rumah bebas asap rokok harus didorong untuk diterapkan pada rumah penduduk.
Implementation of Cigarette Excise Policy against Cigarette Consumption Reduction among Adolescent in Kuningan, Indonesia Jani Ramjani; Fitri Kurnia Rahim; Icca Stella Amalia; Wahyu Manggala Putra
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 12, Issue 2, November 2017
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.088 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v0i0.1690

Abstract

Indonesia has the highest prevalence of smoking (50.68%) compared to other ASEAN countries. On January 1st, 2017, the Indonesian government raised cigarette excise taxes. The purpose of this study was to analysis the impact of cigarette excise increase on cigarette consumption among adolescents aged 17 to 25 years. The study design used cross-sectional survey. A total of 153 adolescents were recruited in this study through simple random sampling technique. Questionnaires and observation papers were used in this study. A face-to-face interview was conducted to fulfill the data collection through home visit for each respondent. The data were obtained during May – June 2017. This study used paired t test analysis. The number of cigarettes consumed by adolescent decreased significantly by two cigarettes per day after the increase in cigarette excise tax. There is a significant difference of the average cigarettes price based on the brand after the implementation of cigarette excise tax increase, the difference of cigarette price is IDR 200 per stick of cigarettes after excise tax increase. Increased cigarette excise taxes may affect the increasing of cigarette prices. Threfore, it could reduce the number of cigarette consumption.