Santun Bhekti Rahimah
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Bandung

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Efek Pemberian Seduhan Teh Hijau terhadap Gelombang Alfa Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Afifah, Helga Marwa; Rahimah, Santun Bhekti; Dewi, Miranti Kania
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Teh merupakan bahan alam yang sudah dikenal memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai zat relaksan. Sifat relaksan diperoleh dari kandungan senyawa pada teh terutama teh hijau yaitu L-teanin yang memicu peningkatan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA), produksi serotonin dan dopamin, serta menghambat kerja glutamat. Efek keseluruhan L-teanin pada otak memicu seseorang menjadi rileks, kondisi rileks dapat dinilai dari aktivitas gelombang alfa otak. Tujuan penelitian ini menilai efek pemberian seduhan teh hijau terhadap gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian menggunakan metode eksperimental, melalui dua kali   perekaman gelombang alfa otak sebelum dan setelah pemberian seduhan teh hijau yang mengandung 50 mg L-teanin dengan menggunakan brain wave sensors. Hasil penelitian dianalisis melalui Uji Wilcoxon. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Unisba pada bulan April–Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba yaitu sebanyak 30 orang, terdiri atas 13 laki- laki dan 17 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 28 dari 30 orang memperlihatkan peningkatan gelombang alfa otak setelah pemberian seduhan teh hijau dan hanya 2 orang yang memperlihatkan gelombang alfa otak yang lebih rendah. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi <0,001. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian seduhan teh hijau memiliki efek meningkatkan gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas L-teanin dalam teh hijau yang dapat memicu aktivitas GABA, serotonin, dan dopamin serta menghambat kerja glutamat sehingga memicu kondisi relaksasi yang dinilai dalam gelombang alfa otak.   Kata kunci: Gelombang alfa otak, L-teanin, teh, teh hijau       The Effect of Green Tea to Alpha Brain Waves of Final Students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung   Abstract Tea is one of the natural materials that commonly known  that brings a lot of benefits to human beings. One of its benefits has been recognized as a relaxant substance, which is derived from L-theanine in green tea. It triggers not only an increase activity of gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin and dopamine production, but also inhibits the action of glutamate. The overall effect of L-theanine lies on brain activity, especially to alpha brain waves which stimulus a relax condition. The purpose of this study was to assess the effect of L-theanine in green tea against alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. This research was conducted using experimental method, by recording alpha brain waves with brain wave sensors in two conditions, before and after the oral administration of green tea containing 50 mg L-theanine. The results were analyzed by the Wilcoxon test and targeted a study to final students of the Faculty of Medicine Unisba. Samples studied were 30 people, with 13 male and 17 female, from April to May 2014. The results showed that 28 of 30 people had a positive impact as it increasing the alpha brain waves after oral administration of green tea. Only two people showed a different impact as it decreasing the alpha brain waves. The results of Wilcoxon test showed a significance value of <0.001. It can be concluded that the distribution of green tea has the effect of increasing alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Unisba. This is mainly caused by the activity of L-theanine in green tea that can trigger the activity of GABA, serotonin and dopamine production, but inhibits the action of glutamate, therefore it stimulus the relax condition to people.   Key words: Alpha brain waves, green tea, L-theanine, tea
Efek Antioksidan Jamur Tiram Putih pada Kadar Malondialdehid dan Kepadatan Permukaan Sel Paru Tikus yang Terpapar Asap Rokok Rahimah, Santun Bhekti; Sastramihardja, Herri S.; Sitorus, Trully Detty
Majalah Kedokteran Bandung Vol 42, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2144.649 KB)

Abstract

Radikal bebas asap rokok dapat menyebabkan peroksidasi lipid dan perubahan patologis pada sel paru. Hal ini dapat dicegah oleh senyawa yang terkandung dalam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), antara lain fenol, vitamin C, selenium, dan ergotien. Penelitian bertujuan untuk melihat efek ekstrak jamur tiram putih pada kadar malondialdehid (MDA) dan nilai surface density (S/V) setelah terpapar asap rokok. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dan sebagai pembanding digunakan vitamin E. Dosis ekstrak etanol jamur tiram putih adalah 250 mg/kgBB dan paparan asap rokok diberikan 30 menit/tikus/hari menggunakan smoking pump. Pada hari ke-11 perlakuan, dilakukan pemeriksaan kadar MDA darah dengan metode thiobarbituric acid assay (TBARS) dan perhitungan nilai S/V paru secara mikroskopis. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2009 di Departemen Farmakologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hasil menunjukkan ekstrak etanol jamur tiram putih mencegah kenaikan kadar MDA darah (0,4667+0,22295 nm/mL) dan efeknya sama baik dengan vitamin E (0,7467+0,24089 nm/mL). Ekstrak etanol jamur juga mencegah penurunan nilai S/V (0,62283+0,47939) dan mempunyai efek yang lebih baik dari vitamin E (0,54683+0,39832), p<0,05. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol jamur tiram putih merupakan antioksidan kuat yang lebih baik dibandingkan dengan vitamin E dalam mencegah kerusakan oksidatif akibat paparan asap rokok. [MKB. 2010;42(4):195–202].Kata kunci: Asap rokok, jamur tiram putih, malondiadehid, nilai S/V, radikal bebasAntioxidant Effect of Pleurotus ostreatus on Malondialdehyde Level and Surface Density of Rat Lung Cells Exposed to Cigarette SmokeCigarette smoke-free radicals can cause lipid peroxidation and pathological changes in lung cells. This effect could be prevented by highly active metabolite in Pleurotus ostreatus such us fenol, ascorbid acid, selenium, and ergothiene. This study aimed to analyze the effect of the Pleurotus ostreatus extract on the levels of malondialdehyde (MDA) and surface density (S/V) after exposure to cigarette smoke. The research used completed randomized design and á-tocopherol was used as control group. The dose of Pleurotus ostreatus ethanol extract was 250 mg/kg body weight and cigarette smoke exposure was given in 30 minutes/day for 10 days by smoking pump. Malondialdehyde (MDA) level and lung surface density (S/V) were observed on day 11th. This research was done at Clinical Pharmacology Department, Hasan Sadikin Hospital on July 2009.The result showed that ethanol extract of Pleurotus ostreatus can prevent increasing level of MDA (0.4667+ 0.22295 nm/mL), as good as that of á-tocopherol(0,7467+ 0,24089 nm/mL). Ethanol extract also prevented the reduction of lung S/V (0.62283+0.4793) and it's effect was better from á-tocopherol (0.54683±0.39832), p=<0.05. In conclusion, our data shows that etanolic extract of Pleurotus ostreatus is a strong antioxidant that have better effect than á-tocopherol in preventing oxidative damage of cigarette smoke. [MKB. 2010;42(4):195–202].Key words: Cigarette smoke, free radical, Pleurotus ostreatus, malondyaldehyde, S/V DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v42n4.36
Community Knowledge and Behavior in the Utilization of Medicinal Plants in Cikoneng Village Bandung District Santun Bhekti Rahimah; Yuktiana Kharisma; Eka Nurhayati; Yuniarti Yuniarti; Shenny Dianathasari Santoso; Muhammad Faridza
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.908 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.3214

Abstract

The industry of the traditional medicinal made from medicinal plants was currently growing. Effortless cultivation and utilization of medicinal plants were an important step to preserve the traditional medicine of Indonesia. Cikoneng village had abundant natural potential and is an assisted village of the researchers' institution located at the foot of Manglayang mountain Bandung district. Therefore, the researchers implemented the intervention program to educate and socialize the use of medicinal plants to the community of Cikoneng village. After the intervention program, the assessment of the level of knowledge and perceptions of people in the behavior of treatment by medicinal plants utilized was carried out. This study aims to assess the increase in knowledge and perceptions of people in the behavior of cultivation and treatment by using medicinal plants in Cikoneng village. The study used an intervention program and questionnaire with 35 respondents conducted on 22 August–23 September 2016. The results showed that after the intervention program, the level of knowledge of the Cikoneng village community regarding medicinal plants was right. The entire people of Cikoneng village is willing to take advantage of medicinal plants in maintaining family health and will begin to cultivate them in the smallest scope (family). In conclusion, there is an increase in people's knowledge and perception of the behavior of cultivation and treatment by utilizing medicinal plants in Cikoneng village. PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI KAMPUNG CIKONENG KABUPATEN BANDUNGIndustri obat tradisional berbahan baku tanaman obat saat ini semakin berkembang. Upaya budidaya dan pemanfaatan tanaman obat yang optimal merupakan langkah penting untuk menjaga kelestarian obat tradisional Indonesia. Kampung Cikoneng mempunyai potensi alam yang melimpah dan merupakan desa binaan institusi peneliti yang terletak di kaki Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan program intervensi untuk mengedukasi dan menyosialisasikan pemanfaatan tanaman obat kepada masyarakat Kampung Cikoneng. Pada akhir program intervensi, dilakukan penilaian tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku pengobatan dengan tanaman obat. Penelitian ini bertujuan menilai peningkatan pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku budidaya dan pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat di Kampung Cikoneng. Penelitian menggunakan program intervensi dan kuesioner dengan jumlah responden 35 orang yang dilaksanakan pada 22 Agustus–23 September 2016. Hasil memperlihatkan bahwa setelah program intervensi, tingkat pengetahuan masyarakat Kampung Cikoneng mengenai tanaman obat adalah baik. Seluruh masyarakat Kampung Cikoneng bersedia memanfaatkan tanaman obat dalam menjaga kesehatan keluarga dan akan mulai membudidayakannya dalam lingkup yang paling kecil (keluarga). Simpulan, terdapat peningkatan pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang perilaku pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat di Kampung Cikoneng.
Efek Pemberian Seduhan Teh Hijau terhadap Gelombang Alfa Otak pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Helga Marwa Afifah; Santun Bhekti Rahimah; Miranti Kania Dewi
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2117.078 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i2.1550

Abstract

Teh merupakan bahan alam yang sudah dikenal memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai zat relaksan. Sifat relaksan diperoleh dari kandungan senyawa pada teh terutama teh hijau yaitu L-teanin yang memicu peningkatan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA), produksi serotonin dan dopamin, serta menghambat kerja glutamat. Efek keseluruhan L-teanin pada otak memicu seseorang menjadi rileks, kondisi rileks dapat dinilai dari aktivitas gelombang alfa otak. Tujuan penelitian ini menilai efek pemberian seduhan teh hijau terhadap gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian menggunakan metode eksperimental, melalui dua kali perekaman gelombang alfa otak sebelum dan setelah pemberian seduhan teh hijau yang mengandung 50 mg L-teanin dengan menggunakan brain wave sensors. Hasil penelitian dianalisis melalui Uji Wilcoxon. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Unisba pada bulan April–Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba yaitu sebanyak 30 orang, terdiri atas 13 laki-laki dan 17 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 28 dari 30 orang memperlihatkan peningkatan gelombang alfa otak setelah pemberian seduhan teh hijau dan hanya 2 orang yang memperlihatkan gelombang alfa otak yang lebih rendah. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikansi <0,001. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian seduhan teh hijau memiliki efek meningkatkan gelombang alfa otak pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Unisba. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas L-teanin dalam teh hijau yang dapat memicu aktivitas GABA, serotonin, dan dopamin serta menghambat kerja glutamat sehingga memicu kondisi relaksasi yang dinilai dalam gelombang alfa otak. THE EFFECT OF GREEN TEA TO ALPHA BRAIN WAVES OF FINAL STUDENTS OF FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS ISLAM BANDUNGTea is one of the natural materials that commonly known  that brings a lot of benefits to human beings. One of its benefits has been recognized as a relaxant substance, which is derived from L-theanine in green tea. It triggers not only an increase activity of gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin and dopamine production, but also inhibits the action of glutamate. The overall effect of L-theanine lies on brain activity, especially to alpha brain waves which stimulus a relax condition. The purpose of this study was to assess the effect of L-theanine in green tea against alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. This research was conducted using experimental method, by recording alpha brain waves with brain wave sensors in two conditions, before and after the oral administration of green tea containing 50 mg L-theanine. The results were analyzed by the Wilcoxon test and targeted a study to final students of the Faculty of Medicine Unisba. Samples studied were 30 people, with 13 male and 17 female, from April to May 2014. The results showed that 28 of 30 people had a positive impact as it increasing the alpha brain waves after oral administration of green tea. Only two people showed a different impact as it decreasing the alpha brain waves. The results of Wilcoxon test showed a significance value of <0.001. It can be concluded that the distribution of green tea has the effect of increasing alpha brain waves to final students of Faculty of Medicine Unisba. This is mainly caused by the activity of L-theanine in green tea that can trigger the activity of GABA, serotonin and dopamine production, but inhibits the action of glutamate, therefore it stimulus the relax condition to people.
Folic Acid Usual Doses Decrease the Buccal Micronucleus Frequency on Smokers Yuktiana Kharisma; Meta Maulida Damayanti; Fajar Awalia Yulianto; Santun Bhekti Rahimah; Winni Maharani; Meike Rachmawati; Herri S. Sastramihardja; Muhammad Alief Abdul ‘Aziiz; Muhammad Ilham Halim
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.007 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i2.4414

Abstract

Cigarette contains toxic chemical compounds that trigger DNA instability. Initial genotoxic oral cavity characterized by the appearance of micronucleus (MN) in the buccal mucosa. Folate is needed in maintaining DNA stability. This study aimed to compare the effects of folic acid usual doses (400 mcg and 1.000 mcg) on the MN frequency of buccal mucosa in active smokers. It is a clinical trial conducted in November 2018 in the Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Islam Bandung of 53 active smokers who divided into two treatment groups. Group A was administered by 400 mcg and group B 1,000 mcg folic acid supplementation within three weeks. The buccal mucosa smear stained with hematoxylin-eosin (HE) and observed through a light microscope with 100× and 400× magnification. Data were analyzed by the Wilcoxon test statistically. The results showed that there was a significant decrease (p=0.00) in MN frequency in folic acid supplementation for three weeks, namely group A=6.39±3.92 and group B=6.93±5.82 in pre-supplementation, and group A=3.80±2.66 and group B=3.31±2.71 post-supplementation of folic acid. Giving a dose of 400 mcg and 1,000 mcg for three weeks did not provide significant results (p=0.94) with Kruskal-Wallis test. In conclusion, administration of folic acid at usual dose give results to a decrease in the buccal mucosa MN frequency in active smokers. ASAM FOLAT DOSIS LAZIM MENURUNKAN FREKUENSI MIKRONUKLEUS MUKOSA BUKAL PADA PEROKOKAsap rokok mengandung senyawa kimia toksik yang memicu ketidakstabilan DNA. Deteksi genotoksik awal  rongga mulut ditandai dengan kemunculan mikronukleus (MN) pada mukosa bukal. Folat diperlukan dalam menjaga kestabilan DNA. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek asam folat dosis lazim (400 mcg dan 1.000 mcg) terhadap frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif. Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilakukan pada bulan November 2018 di Laboratorium Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung terhadap 53 perokok aktif yang dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok A mendapatkan suplementasi asam folat 400 mcg dan kelompok B mendapatkan suplementasi asam folat 1.000 mcg selama tiga pekan. Apus mukosa bukal diwarnai dengan hematoxylin-eosin (HE) dan diamati melalui mikroskop cahaya dengan pembesaran 100× dan 400x. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi MN yang signifikan (p=0.00) terhadap suplementasi asam folat selama tiga minggu, yaitu kelompok A=3,80±2,66 dan kelompok B=3,31±2,71 pada pre-suplementasi, serta kelompok A=6,39±3,92 dan kelompok B=6,93±5,82 pascasuplementasi asam folat. Pemberian dosis 400 mcg dan 1.000 mcg selama tiga minggu tidak memberikan hasil yang bermakna (p=0,94) berdasar atas Uji Kruskal-Wallis. Simpulan, pemberian asam folat dosis lazim memberikan hasil baik terhadap penurunan frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif.
Hubungan Self Assessment-Peer Assessment dengan Nilai Kelulusan OSCE Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba Santun Bhekti Rahimah; Mia Kusmiati; Ermina Widyastuti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.828 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v5i1.1856

Abstract

Objective structured clinical examination (OSCE) adalah cara penilaian kompetensi klinik mahasiswa secara komprehensif dan konsisten serta dapat dijadikan media untuk meningkatkan hasil belajar. Feedback dapat dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri (self assessment) maupun mahasiswa lain yang satu level (peer assessment). Self dan peer assessment diharapkan akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melihat tujuan pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan berpikir kritis, dan bertindak tepat dalam menghadapi ujian. Tujuan penelitian ini melihat hubungan self assessment dan peer assessment dengan nilai kelulusan OSCE mahasiswa tingkat dua dan empat FK Unisba tahun akademik 2012/2013. Nilai hasil ujian OSCE yang dipergunakan adalah pada periode Desember 2012–Juni 2013. Self dan peer assessment dilaksanakan setelah ujian OSCE. Self assessment dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri, sedangkan peer assessment didapatkan dari lima orang mahasiswa lain yang pernah berada dalam satu kelompok dengan subjek. Hasil penelitian menunjukkan untuk mahasiswa tingkat dua terdapat korelasi bermakna self assessment dan peer assessment dengan nilai OSCE (p<0,001), arah hubungan antara keduanya positif, serta kekuatan hubungan keduanya sedang (R=0,426). Pada mahasiswa tingkat empat terdapat korelasi bermakna antara self assessment dan nilai OSCE (p<0,001) dengan kekuatan hubungan keduanya sedang (R=0,451), serta terdapat korelasi yang bermakna antara penilaian peer assessment dan nilai OSCE. Simpulan, self assessment mempunyai korelasi positif terhadap nilai kelulusan OSCE pada mahasiswa tingkat dua dan tingkat empat, sedangkan peer assessment mempunyai korelasi positif dengan nilai kelulusan OSCE hanya pada mahasiswa tingkat dua. Self assessment mempunyai korelasi positif dengan peer assessment pada mahasiswa tingkat dua dan tingkat empat FK Unisba tahun akademik 2012/2013.RELATION BETWEEN SELF ASSESSMENT-PEER ASSESSMENT AND OSCE'S RESULTS FROM MEDICAL STUDENTS OF UNISBAObjective structured clinical examination (OSCE) is a tools to assess  students clinical competency comprehensively and consistently. It can also used as medium to improve the learning process. Feedback for student performance can be done trough self-assessment or peer assessment done by other students. Self and peer assessment are expected to enhance the ability of students to see the purpose of learning, improve self-confidence, the ability to think critically and act right in an examination. The aim of this study was to find the relationship between self assessment and peer assessment of the OSCE final mark of second and fourth grade student at Medical Faculty, Bandung Islamic University academic year 2012/2013. The OSCE mark used were taken from December 2012–June 2013, while the self and peer assessment carried out after the OSCE finished. Self assessment were done by students themselves, while peer assessment obtained from five persons which have been in one group with subject. Results showed that for second grade student showed there was significant correlation between self-assessment and peer assessment and OSCE's mark value (p<0.001) with the direction of the relationship was positive and had moderate strength (R=0.426). Fourth grade students showed significant correlation only between self-assessment and OSCE's mark value (p<0.001) with moderate strength (R=0.451). There was no significant relation between the assessment of peer assessment and OSCE's mark value. In clonclusion, self assessment correlated positively to OSCE's mark value for second and fourth grade students. Peer assessment correlated positively to the passing scores for second grade student. Self assessment had a positive correlation to peer assessment for second and fourth grade medical students.
A Comparative Evaluation of Community Periodontal Index (CPI) and the Presence of Nicotine Stomatitis among Smokers after Oral Hygiene Instruction Meta Maulida Damayanti; Yuktiana Kharisma; Fajar Awalia Yulianto; Santun Bhekti Rahimah; Winni Maharani; Meike Rachmawati; Herri S. Sastramihardja; Muhammad Alief Abdul ‘Aziiz; Muhammad Ilham Halim
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1150.723 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i1.5915

Abstract

Smoking can cause periodontal disease as well as lesions in the oral mucosa. Nicotine stomatitis is inflammation caused by heat stimuli injury on the hard and soft palate of the oral cavity; smokers commonly suffer from this condition. Knowledge of how oral hygiene affects the health of dental and oral cavity. The purpose of this study was to describe the differences in community periodontal index (CPI) and nicotine stomatitis in smokers after oral hygiene instruction. The study subjects were 54 men who have a history of active smoking for more than five years. The experiment was carried out in the Biomedical Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung in September 2018–January 2019. Dental examination initiated before and after dental health instructions. CPI and nicotine stomatitis tests performed on all subjects by dentists using dental instruments. After six weeks of information about oral hygiene, all subjects re-examined. The results show that there is a statistically significant difference in the average CPI value in smokers before and after dental instruction with a p value<0.001 (p≤0.05). In contrast, the condition of nicotine stomatitis remains the same. CPI value influenced by oral and dental hygiene showed that dental health instruction is very effective. However, stomatitis has not healed as long as the cause is not eliminated. EVALUASI KOMPARATIF COMMUNITY PERIODONTAL INDEX (CPI) DAN STOMATITIS NIKOTIN DI KALANGAN PEROKOK SETELAH INSTRUKSI KEBERSIHAN MULUTMerokok dapat menyebabkan penyakit pada periodontal maupun lesi pada mukosa mulut. Stomatitis nikotin merupakan inflamasi yang disebabkan oleh panas yang terdapat pada palatum keras dan lunak; perokok umumnya menderita kondisi ini. Pengetahuan mengenai tata cara kebersihan mulut memengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut. Tujuan penelitian ini menilai perbedaan community periodontal index (CPI) dan stomatitis nikotin pada perokok setelah instruksi kebersihan mulut. Subjek penelitian adalah 54 pria yang memiliki riwayat merokok aktif selama lebih dari lima tahun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung pada bulan September 2018–Januari 2019. Pemeriksaan dental dilakukan sebelum dan setelah instruksi kesehatan gigi. Pemeriksaan CPI dan stomatitis nikotin dilakukan kepada seluruh subjek oleh dokter gigi menggunakan instrumen gigi. Setelah enam minggu mendapatkan penyuluhan mengenai kebersihan mulut, seluruh subjek diperiksa kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik nilai CPI rerata pada perokok sebelum dengan setelah dilakukan instruksi kesehatan gigi dengan p<0,001 (p≤0,05). Sebaliknya, kondisi stomatitis nikotin tetap sama. Nilai CPI dipengaruhi oleh kebersihan gigi dan mulut sehingga instruksi kesehatan gigi sangat efektif. Akan tetapi, stomatitis tidak dapat sembuh selama penyebabnya tidak dihentikan.
Pengaruh Fraksi Jahe Gajah terhadap Kadar HDL dan LDL Mencit Model Dislipidemia Fenda Khafidhotenty; Santun Bhekti Rahimah; Maya Tejasari; Miranti Kania Dewi; Herri S. Sastramihardja; Arief Budi Yulianti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4324

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskular dengan salah satu faktor risiko dislipidemia. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL. Salah satu bahan tradisonal yang digunakan sebagai terapi dislipidemia adalah jahe gajah (Zingiber officinale). Senyawa flavonoid pada jahe gajah memiliki kandungan antioksidan dan menekan aktivitas enzim HMG-CoA reduktase sehingga memiliki efek terhadap profil lipid tubuh. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL dan LDL pada mencit model dislipdemia. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Farmasi Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode April–Juni 2018. Penelitian eksperimental ini menggunakan 15 ekor mencit jantan tua (45–49 minggu) yang terbagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif diberikan pakan standar dan pelarut fraksi, kelompok kontrol negatif diberikan pakan tinggi lemak dan pelarut fraksi, kelompok perlakuan 1 diberikan fraksi air jahe gajah 19,9 mg/20 gBB/hari, kelompok perlakuan 2 diberikan fraksi air jahe gajah 39,8 mg/20 gBB/hari, dan kelompok perlakuan 3 diberikan fraksi air  jahe gajah 79,6 mg/20 gBB/hari. Perlakuan dilakukan selama 28 hari. Hasil rerata kadar HDL setelah perlakuan adalah: 54,33 mg/dL; 35,00 mg/dL; 79,00 mg/dL; 81,57 mg/dL; dan 79, 67 mg/dL, sedangkan rerata kadar LDL adalah 6,53 mg/dL; 11,67 mg/dL; 33,33 mg/dL; 35,00 mg/dL, dan 21,33 mg/dL. Analisis statistik dengan one-way ANOVA pada pengukuran HDL bermakna signifikan (p<0,05) dan pengukuran LDL tidak signifikan (p>0,05) kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL namun tidak terdapat pengaruh terhadap kadar LDL. THE EFFECT OF GINGER FRACTION ON HDL AND LDL LEVELS IN MICE WITH DYSLIPIDEMIA The main cause of death among non-communicable diseases every year is cardiovascular disease, with one of the risk factors is dyslipidemia. Dyslipidemia is characterized by increased levels of LDL and decreased HDL. Ginger (Zingiber officinale) is one of the traditional herbs used as a therapy in dyslipidemia. Flavonoid compounds in ginger contain antioxidants and suppress the activity of the enzyme HMG-CoA reductase that it has an effect on the body’s lipid profile. The purpose of this study was to determine the effect of ginger fraction on HDL and LDL levels in mice with dyslipidemia. This experimental study used 15 old male mice (45–49 weeks). Mice are divided into 5 groups. The positive control group was given standard diet and fraction solvents, the negatif control group was given high fat diet and fraction solvents, the group 1 was given the ginger  fraction 19.9 mg/20gBB/day, the group 2 was given ginger  fraction 39.8 mg/20 gBB/day, and the group 3 was given a fraction of ginger  79.6 mg/20 gBB/day. The treatment was carried out for 28 days. The average of HDL levels was: 54.33 mg/dL; 35.00 mg/dL; 79.00 mg/dL: 81.57 mg/dL; and 79, 67 mg/dL. While the average of LDL was 6.53 mg/dL; 11.67 mg/dL; 33.33 mg/dL; 35.00 mg/dL, and 21.33mg/dL. Statistical analysis with one-way ANOVA on HDL measurements was significant (p <0.05) and non-significant LDL measurements (p> 0.05) between treatment group and control groups. The conducted study showed an effect of the ginger water fraction on HDL levels and no effect on LDL levels.
Scoping Review: Pengaruh Paparan Bensin terhadap Kadar ALT dan AST pada Pekerja SPBU Dinarita Sari Nurhalimah; Santun Bhekti Rahimah; Dede Setiapriagung
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7453

Abstract

Paparan bensin sering dikaitkan dengan efek buruk pada tubuh termasuk kerusakaan pada hepar. Salah satu pekerja yang memiliki risiko tinggi terpapar bensin secara inhalasi adalah pekerja Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Kerusakan hepar dapat diketahui dengan pemeriksaan fungsi hepar salah satunya pemeriksaan enzim hepar, yaitu ALT dan AST. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh paparan bensin terhadap kadar ALT dan AST pada pekerja SPBU. Metode penelitian menggunakan Scoping Review dengan mengindentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi artikel publikasi ilmiah yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria kelayakan sehingga diperoleh sebelas jurnal. Kata kunci yang digunakan “Gasoline workers” AND “ALT’ dengan artikel populasi pekerja SPBU, intevensi paparan bensin, perbandingan kelompok kontrol, dan hasil kadar ALT dan AST. Penelitian dilakukan pada Oktober sampai Desember 2020. Hasil penelitan didapatkan sebanyak sebelas artikel dengan empat artikel menyatakan ada perubahan signifikan pada ALT dan AST, dua artikel mengatakan hanya ALT yang mengalami perbedaan signifikan, dan lima artikel mengatakan tidak terdapat perubahan signifikan ALT dan AST. Kesimpulan penelitian terdapat perbedaan hasil ALT dan AST di berbagai artikel dapat dipengaruhi oleh faktor seperti variasi durasi dan konsentrasi bahan bakar terpapar, metode yang digunakan, perbedaan faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, BMI, merokok, konsumsi alcohol, atau pengabaian alat pelindung diri, kerusakan sel masif, serta dapat disebabkan oleh regenerasi sel hepar. Scoping Review: the Effect of Gasoline Exposure on ALT and AST Levels in Petrol Station AttendantsGasoline exposure often associated to adverse health effects including hepatic injury. Petrol station attendants are the most risky exposed to gasoline by inhalation due to occupational. Hepatic injury may be identified by examining the liver function such as liver enzyme, ALT and AST. This study aims to determine effect gasoline exposure on AST and ALT levels in petrol station attendants. This research method used Scoping Review by identifying, analyzing, and evaluating scientific publication articles that is in accordance with the inclusion and exclusion criteria, eligibility criteria thus eleven articles were obtained. Keyword used are “Gasoline workers” AND “ALT”, articles relevant to petrol station attendants population, gasoline exposure, control group, and ALT and AST levels. This research was conducted from October to December 2020. The result showed from eleven articles, four articles reported there was a significant differences in AST and ALT, two articles reported there was significant difference in ALT, and five articles reported there was no significant change in ALT nor AST. The conclusion of this study is difference in result may be influenced by other factor such as variation, duration, concentration of exposed fuel, method used, age, sex, smoking, alcohol consumption or neglect of personal protective equipment, massive cell destruction, also liver cell regeneration may take a role.
Efek Antidislipidemia Fraksi Jahe Gajah pada Mencit Model Sindrom Metabolik Nabila Tarlita Luthfiyah; Maya Tejasari; Santun Bhekti Rahimah
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4343

Abstract

Sindrom metabolik merupakan istilah yang menggambarkan keadaan kombinasi klinis, yaitu hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia, dan obesitas. Dislipidemia adalah keadaan metabolisme lipid pada tubuh terganggu. Kandungan flavonoid dalam jahe gajah dapat memengaruhi profil lipid dalam tubuh. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh fraksi etil asetat jahe gajah terhadap kadar HDL dan LDL pada mencit model sindrom metabolik. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan 20 ekor mencit jantan tua (36–40 minggu) Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Laboratorium Patologi Klinik RSUD Cicalengka. bulan Maret-Mei 2019. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok. Semua kelompok diberikan pakan tinggi lemak selama 28 hari. Kelompok kontrol tanpa diberi fraksi jahe, kelompok perlakuan 1 fraksi etil asetat jahe gajah 0,78 mg/kg bobot/hari, kelompok perlakuan 2 diberikan fraksi etil asetat jahe gajah 1,56 mg/kg bobot/hari, dan kelompok perlakuan 3 diberikan fraksi etil asetat jahe gajah 3,12 mg/kg bobot/hari. Rerata kadar HDL kelompok perlakuan cenderung meningkat, sedangkan rerata kadar LDL kelompok perlakuan ada kecenderungan menurun. Analisis statistik dengan one-way ANOVA, baik kadar HDL dan LDL menunjukkan hasil tidak signifikan (p HDL=0,190) dan (p LDL=0,300). Koefisien korelasi dengan Uji Pearson konsentrasi fraksi jahe gajah dengan kadar HDL dan LDL memiliki hubungan yang rendah, tetapi pasti (r=0,23). Simpulan, fraksi etil asetat jahe gajah memengaruhi kadar HDL dan LDL. ANTI DYSLIPIDEMIA EFFECT OF GINGER FRACTION IN METABOLIC SYNDROME MICE MODELSMetabolic syndrome is a term that describes the clinical combination of hypertension, hyperglycemia, dyslipidemia and obesity. Dyslipidemia is a state of disruption of lipid metabolism in the body. The flavonoids in elephant ginger can affect the lipid profile in the body. The purpose of this study was to analyze the effect of ginger elephant ethyl acetate fraction on HDL and LDL levels in metabolic syndrome mice models. Laboratory experimental study with 20 old male mice (36–40 weeks) The study was held in Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) and Laboratorium Patologi Klinik RSUD Cicalengka. during March-May 2019. Mice are divided into 4 groups. All groups were fed a high-fat diet for 28 days. The control group was given no ginger fraction, group 1 was given elephant glycol ethyl acetate 0.78 mg/kgBW/day, treatment group 2 was given elephant glycol ethyl acetate 1.56 mg/kgBW/day, and treatment group 3 was given elephant ginger ethyl acetate fraction 3.12 mg/kgBW/day. The mean HDL level of the treatment group tended to increase, while the mean LDL level of the treatment group there was a downward. Statistical analysis with one-way ANOVA, both HDL and LDL levels showed insignificant results (HDL p value=0.190) and (LDL p value=0.300). The correlation between the concentration of ginger elephant fraction on HDL and LDL levels with Pearson showed small results (r=0.23). In conclusion, the ginger elephant ethyl acetate fraction affected HDL and LDL levels.