Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

UJI STABILITAS FISIK FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL BUAH LABU KUNING (Curcubita moschata D.) Sheila Meitania Utami; Humaira Fadhilah; Mita Nur Malasari
HERBAPHARMA : Journal of Herb Farmacological Vol 3 No 2 (2021): Volume 3 Nomor 2 Desember 2021
Publisher : STIKes Muhammadiyah Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55093/herbapharma.v3i2.265

Abstract

Bibir merupakan salah satu bagian wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetika wajah. Ekstrak etanol buah labu kuning (Curcubita moschata D.) telah diakui memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metde DPPH. Pada penelitian ini, 2%, 4% dan 8% ekstrak etanol buah labu kuning diformulasikan dalam bentuk lip balm karena berguna untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik formulasi sediaan lip balm yang mengandung ekstrak etanol buah labu kuning. Uji stabilitas fisik dilakukan uji organoleptis, homogenitas, pH, suhu lebur dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki susunan yang homogen, pH yang sesuai (5,8-6,3), suhu lebur yang baik (55-59 ) dan stabil selama cycling test. Sediaan lip balm ekstrak etanl buah labu kuning dengan konsentrasi 8% memiliki stabilitas fisik yang paling baik.
Determinants of Patient Characteristics With Satisfaction Level of Outpatients Regarding Pharmaceutical Services in Pharmaceutical Installations of Rumah Sakit Umum Daerah Banten Gina Aulia; Humaira Fadhilah; Fenita Purnama Sari Indah; Rita Dwi Pratiwi
Health and Medical Journal Vol 4, No 2 (2022): HEME May 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.779 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i2.1072

Abstract

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh budaya, status sosial ekonomi, karakteristik pasien. Pasien atau pelanggan memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut akan berakibat pada persepsi yang berbeda pula terhadap penilaian pelayanan kesehatan, sehingga pada akhirnya memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan menyebarkan kuesioner dengan sampel sebanyak 100 responden. Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan berjumlah 59 responden (59%), mayoritas berusia dewasa (26-45 tahun) berjumlah 47 responden (47%), mayoritas pendidikan SMA berjumlah 43 responden (43%) dengan mayoritas pekerjaan yaitu bekerja sebanyak 48 responden (48%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan antara jenis kelamin (p-value = 0.028) dan pendidikan (p-value = 0.021) dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan adalah signifikan, sedangkan hubungan antara usia (p-value = 0.201) dan pekerjaan (p-value = 0.547) dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan adalah tidak signifikan.
Identifikasi Penggunaan Obat Off-Label Pada PAsien Obstetri Dan Ginekologi Di Klinik Kehamilan Sehat Serpong Humaira Fadhilah; Siti Mutoyah; Frida Kasumawati
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 3 No 02 (2022): HERCLIPS VOL 03 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v3i02.3844

Abstract

Off-label drugs are the use of drugs outside the indications approved by the authorized institutions, such as the Food Drug Administration (FDA) in America and the Food and Drug Supervisory Agency (BPOM) in Indonesia. The use of drugs in pregnancy requires special attention, because some drugs can cross the placenta, so there is a possibility that these drugs are teratogenic, namely causing defects in the fetus. The purpose of this study was to identify the use off-label drugs in Obstetrics and Gynecology patients at the Healthy Pregnancy Clinic in Serpong. This study is a descriptive study and data were taken retrospectively with a total population of 654 patients and obtained 248 samples. From 248 medical records that met the inclusion criteria, 66.13% of patients aged 26-35 years, 37.90% of 13-28 weeks of gestation, 93.04% of drugs prescribed with On label indications and 6.96% of drugs with off label indication. The most widely used off-label drugs were misoprostol as much as 51.52% as an inducer of uterine contractions, ondansetron 27.27% as a treatment for nausea and vomiting in pregnant patients and nifedipine as much as 21.21% as a tocolytic.
IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN OBAT – OBAT PENYAKIT KOMORBID DI RUMAH SAKIT X DI TANGERANG SELATAN Humaira Fadhilah; Frida Kasumawati; Dyah Ayuning Dewi Kinanti
Edu Masda Journal Vol 7, No 1 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i1.186

Abstract

Patients with diabetes mellitus are generally treated with pharmacological therapy. In blood glucose control, concomitant treatment for other diseases leads to polypharmacy and can cause drug-related problems. Drug interactions are one of the major drug-related problems. The higher the number of drugs used by the patient, the higher the potential for drug interactions. The aim of this study was to determine drug interactions in type 2 diabetes mellitus patients with comorbid drugs at X Hospital in South Tangerang. This research is a non-experimental research with a descriptive research design. The research sample used medical record data of type 2 diabetes mellitus patients aged from adults to the elderly who had comorbid diseases which were taken by purposive sampling method. The results showed that there were 92 female patients (60.2%), while 61 male patients (39.8%). The largest age group was late elderly patients with an age range of 56-65 years with 79 patients (51.6%). Potential drug interactions were found in 85 cases (55.5%) with major severity in 2 cases (1.3%), moderate in 60 cases (39.2%), and minor in 23 cases (15%). The most common interaction mechanism found was pharmacodynamic interactions in 45 cases (29.4%). The potential for drug interactions in patients with type 2 diabetes mellitus with comorbid drugs is found quite often, so it is necessary to increase awareness of this potential drug interaction.ABSTRAKPasien diabetes melitus umumnya banyak diobati dengan terapi farmakologis. Pada pengendalian glukosa darah, pengobatan bersamaan untuk penyakit lainnya mengarah kepada polifarmasi dan dapat menyebabkan masalah terkait obat. Interaksi obat adalah salah satu masalah utama terkait obat. Jika jumlah obat-obatan yang digunakan pasien semakin tinggi, maka potensi interaksi obat semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid di Rumah Sakit X di Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Sampel penelitian menggunakan data rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 usia dewasa sampai lansia yang memiliki penyakit komorbid yang diambil dengan metode purposive sampling. Hasil menunjukan pasien perempuan berjumlah 92 orang (60,2 %), sedangkan laki – laki berjumlah 61 orang (39,8 %). Kelompok usia terbanyak adalah pasien lansia akhir dengan rentang usia 56 – 65 tahun sebanyak 79 pasien (51,6 %). Potensi interaksi obat didapatkan sebanyak 85 kasus (55,5 %) dengan tingkat keparahan mayor sebanyak 2 kasus (1,3 %), moderate 60 kasus (39,2 %), dan minor 23 kasus (15 %). Mekanisme interaksi yang paling banyak ditemukan adalah interaksi farmakodinamik sebanyak 45 kasus (29,4 %). Potensi interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid cukup sering ditemukan sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi interaksi obat ini.