Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Bakti Sosial Khitanan Massal Dihartawan Dihartawan; Dadang Herdiansyah; Nazarwin Saputra; Suherman Suherman; Nur Romdhona; Abul A'la Al Maududi
AS-SYIFA : Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2020): As-Syifa: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/assyifa.1.2.55-60

Abstract

Tradisi khitan di Indonesia sudah dikenal sejak jaman dahulu, terutama semenjak masuknya Islam ke nusantara. Namun perlu diketahui pula bahwa tradisi khitan ini sesungguhnya sudah ada sejak pertama kali manusia diturunkan ke muka bumi. Nabi adam adalah manusia pertama yang dikhitan. Selain dari sisi perintah agama dari sisi kesehatan khitan pun sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan tidak bersihnya alat kelamin pria ini. WHO pada 2007 menyatakan sirkumsisi memberi manfaat mencegah penularan penyakit HIV/AIDS dan kanker. Ikatan Dokter Anak indonesia pada tahun 2008 juga menyatakan khitan dapat mencegah penumpukan kotoran atau smegma serta mencegah fimosis, yang kedua kondisi ini dapat menyebabkan infeksi pada alat kelamin bayi dan anak. Namun terkadang pelaksanaan khitan ini belum dapat dilakukan karena terkendala faktor biaya yang cukup besar, sehingga pelaksanaannya pun tertunda. Salah satu upaya agar setiap anak dapat melakukan khitan adalah dengan diadakannya bakti sosial khitanan massal. Dan dari kegiatan khitanan massal ini diharapkan akan banyak anak di Indonesia yang dapat dikhitan, sehingga tercapai peningkatan derajat kesehatan dan pertumbuhan anak Indonesia yang baik.---The circumcision tradition in Indonesia has been known since ancient times, especially since the entry of Islam into the archipelago. However, it should also be noted that the circumcision tradition has actually existed since the first time humans were descended to the earth. Prophet Adam was the first man to be circumcised. Apart from the religious orders in terms of circumcision health is also very influential in improving health and preventing the emergence of diseases caused by unclean male genitals. WHO in 2007 said circumcision provided benefits to prevent transmission of HIV / AIDS and cancer. Indonesian Pediatrician Association in 2008 also stated circumcision can prevent the accumulation of dirt or smegma and prevent phimosis, both of these conditions can cause infection of the genitals of infants and children. But sometimes the implementation of circumcision can not be done because of significant cost factors, so the implementation was delayed. One effort that every child can circumcise is to hold a mass circumcision social service. And from this mass circumcision activity, it is expected that many children in Indonesia can be circumcised, so that an improved degree of health and growth of Indonesian children can be achieved.
PEMANTAUAN KARAKTERISTIK KEBIASAAN CUCI TANGAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN HEPATITIS A DI PESANTREN SABILUNNAJAT Triana Srisantyorini; Suherman Suherman; Wulan Askiani
AS-SYIFA : Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): As-Syifa: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/assyifa.1.1.11-15

Abstract

Terjadi kejadian luar biasa kasus hepatitis A di Jawa Barat dengan 188 kasus tahun 2018. Hepatitis A masih banyak terjadi di negara negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian hepatitis A yaitu personal higiene yaitu kebiasaan cuci tangan. Tinggi nya angka kasus hepatitis A ini menjadi permasalahan yang diangkat untuk menjadi tujuan dari pengabdian masyarakat dengan cara meneliti dan memberikan penyuluhan mengenai pencegahan hepatitis A dengan melakukan pemantauan karakteristik kebiasaan mencuci tangan di Pesantren Sabilunnajat. Hasil dari penelitian yang kami lakukan didapatkan hasil bahwa 64,1% santri mempunyai kebiasaan selalu mencuci tangan pakai sabun. sebagian besar santri sudah mencuci tangan dengan air mengalir dengan pesentase 93,2%. 81,3% santri memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan/sebelum makan. Saran yang kami berikan ke pihak manajemen pesantren adalah diadakannya penyuluhan kesehatan terkait kebiasaan cuci tangan khususnya dan personal higiene pada umumnya.---An outbreak of hepatitis A cases occurred in West Java with 188 cases in 2018. Hepatitis A still occurs in developing countries like Indonesia. One factor related to the occurrence of hepatitis A is personal hygiene that is hand washing habits. The high number of cases of hepatitis A is a problem that was raised to be the goal of community service by researching and providing counseling about prevention of hepatitis A by monitoring the characteristics of hand washing habits at the Sabilunnajat Islamic boarding school. The results of our observers showed that 64.1% had a habit of always washing hands with soap. most of the students had washed their hands with running water with a percentage of 93.2%.81.3% of students have the habit of washing their hands before preparing food / before eating. The advice we give to the management is the holding of health education related to hand washing habits in particular and personal hygiene in general.
GAMBARAN SISTEM PELAKSANAAN PENERAPAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN DI RS MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2019 Fanny Shafitri; Noor Latifah A; Fini Fajrini; Suherman Suherman; Dihartawan Dihartawan; Aragar Putri
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 2 (2021): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 2, 185 - 200

Abstract

Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di RS Muhammadiyah Taman Puring masih belum optimal, hal ini berdampak pada pasien atau pengunjung di rumah sakit kekurangan informasi mengenai kesehatan. Pentingnya media informasi sebagai alat untuk merubah pola fikir pasien atau pengunjung untuk berperilaku hidup sehat, maka perlu sebuah strategi dan inovasi dalam pelaksanaan media promosi kesehatan di RS Muhammadiyah Taman Puring. Tujuan penelitian adalah diketahuinya gambaran sistem pelaksanaan penerapan media promosi kesehatan dalam kegiatan Promosi kesehatan di RS Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2019. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dan desain penelitian yang digunakan yaitu desain studi deskriptif observasional dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview), observasi langsung dengan pengisian checklist dan dokumetasi berupa foto serta telaah dokumen. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa hampir Seluruh ruangan di RS Muhamadiyah Taman Puring sudah tersedia media PKRS berupa leaflet, poster, banner dan TV Hospital dan di tempatkan di ruang Costumer Service, poliklinik, di ruang pelayanan fisioterapi, Bliing Rawat Inap, Mading Lorong menuju RS dan di ruang tunggu pasien. Namun tidak tersedianya media promosi kesehatan di ruang pendaftaran, di ruang laboratorium, di ruang rontgen dan di ruang obat/ apotik. Adanya komitmen direksi, unit PKRS, dana, lokasi media PKRS, tersedianya sarana dan peralatan, kegiatan pemasangan media PKRS, kondisi media PKRS dan media PKRS di RS Muhamamdiyah Taman Puring sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004 tahun 2012. Perlu adanya ruang tersendiri bagi media PKRS di RS Muhammadiyah Taman Puring khususnya untuk ruang pendaftaran, laboratorium, rontgen dan ruang obat atau apotik.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GEJALA RESPIRATORIK GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN KARENA DEBU KAYU PADA PEKERJA MEBEL SEKTOR INFORMAL DI KECAMATAN “X” – BOGOR TAHUN 2018 Nurul Huda Hidayati; Suherman Suherman
ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY JOURNAL Vol 1, No 1 (2020): EOHSJ
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/eohjs.1.1.39-50

Abstract

Industri mebel yang dimulai dari proses pemotongan kayu hingga pembuatan berbagai macam hasil produksi memiliki berbagai potensi bahaya bagi pekerja. Salah satu potensi bahaya dalam industri adalah paparan debu kayu. Debu kayu dihasilkan oleh proses pengolahan kayu. Kadar debu yang berlebihan dan terpapar terus-menerus dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pekerja dengan gejala respiratorik gangguan saluran pernapasan karena debu kayu pada pekerja mebel sektor informal di Kecamatan “X”, Bogor tahun 2018.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 106 sampel. Analisis data menggunakan uji univariat untuk mengetahui gambaran dan uji chi-square untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan gejala respiratorik gangguan saluran pernapasan menggunakan CI 95% (p=0,05).Responden sebanyak 61 (57,5%) mengalami gejala respiratorik gangguan saluran pernapasan karena debu kayu. Berdasarkan Hasil analisis bivariat karakteristik individu diperoleh yaitu umur (nilai p=0,011), jam kerja (nilai p=0,000), masa kerja (nilai p= 0,039), penggunaan alat pelindung diri (nilai p=0,000), dan kebiasaan merokok (nilai p=0,004) menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan gejala respiratorik gangguan saluran pernapasan karena debu kayu pada pekerja mebel, sedangkan untuk variabel status gizi (nilai p=0,308) menunjukkan tidak ada hubungan debu kayu dengan gejala respiratorik gangguan saluran pernapasan pada pekerja mebel. Bagi pemilik usaha mebel untuk menyiapkan tempat kerja yang sesuai prosedur kerja, menyediakan alat pelindung diri masker sesuai dengan standar kerja dan perlu adanya pelatihan dan penyuluhan untuk menggunakan APD (masker) dan larangan merokok pada saat bekerja.---The furniture industry which starts from the process of cutting wood to making various kinds of production has various potential hazards for workers. One potential hazard in the industry is exposure to wood dust. Wood dust is produced by wood processing. Excessive dust levels and continuous exposure can cause various health problems. This study aims to determine the relationship of worker characteristics with respiratory symptoms due to wood dust in the informal sector furniture workers in District "X", Bogor in 2018.This research is a quantitative study with cross sectional study design. The sample uses accidental sampling technique with a total of 106 samples. Data analysis used univariate test to determine the image and chi-square test to determine the relationship of independent variables with respiratory symptoms of respiratory disorders using 95% CI (p = 0.05). Respondents were 61 (57.5%) experiencing respiratory symptoms due to respiratory disorders due to wood dust. Based on the results of bivariate analysis of individual characteristics obtained namely age (p value = 0.011), hours of work (p value = 0,000), years of service (p value = 0.039), use of personal protective equipment (p value = 0,000), and smoking habits (value p = 0.004) shows that there is a significant relationship with respiratory symptoms due to wood dust in furniture workers, while for nutritional status variables (p value = 0.308) there is no relationship between wood dust and respiratory symptoms of respiratory tract disorders in furniture workers. For furniture business owners to prepare workplaces in accordance with work procedures, provide personal protective masks in accordance with work standards and there is a need for training and counseling to use PPE (masks) and smoking bans while working.
ANALISIS PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI PUSKESMAS KECAMATAN “X” TAHUN 2018 Atmi Muflikhah Handayani; Suherman Suherman
ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY JOURNAL Vol 1, No 1 (2020): EOHSJ
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/eohjs.1.1.1-8

Abstract

WHO (2008) mengestimasikan bahwa sekitar 2,5% petugas kesehatan di seluruh dunia menghadapi pajanan HIV dan sekitar 40% menghadapi pajanan virus Hepatitis B dan Hepatitis C. Hasil survei tentang upaya pencegahan infeksi di Puskesmas (Bachroen, 2000) menunjukkan masih ditemukannya beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan kewaspadaan universal di Puskesmas Kecamatan “X”  Tahun 2018.Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel  total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel sebanyak  51 orang. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakan panduan kuesioner dalam bentuk checklist. Penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penerapan kewaspadaan universal belum terlaksana secara menyeluruh. Dari total 37 responden, didapatkan jumlah yang sudah melaksanakan cuci tangan dengan sesuai sebanyak 22 (59,5%), penerapan penggunaan APD yang sesuai sebanyak 21 (56,8%), dan melakukan pengelolaan alat kesehatan dengan sesuai sebanyak 21 (56,8%). Pengelolaan limbah sudah dilaksanakan dengan sesuai sebanyak 35 (94,6%), sedangkan dalam pengelolaan kecelakaan kerja baru sebanyak 29 (78,4%) responden yang sudah menerapkan dengan sesuai. Agar menyediakan sarana edukasi dan sosialisasi secara berkala mengenai kewaspadaan universal, meningkatkan pengawasan atau audit internal serta evaluasi secara rutin dan berkelanjutan, mengadakan sistem reward and punishment kepada seluruh petugas untuk meningkatkan motivasi dalam menerapkan komponen-komponen kewaspadaan universal di tempat kerja. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan SOP. Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai pelaksanaan kewaspaan universal di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.---Background :WHO (2008) estimates that around 2.5% of health workers around the world face HIV exposure and about 40% face exposure to Hepatitis B and Hepatitis C virus. The results of a survey on prevention  of  infection  in  health  centers  (Bachroen,  2000)  indicate  thatthere  are  still  some  actions officers  who  have  the  potential  to  increase  disease  transmission.  This  study  aims  to  analyze  the application of universal precautions in the “X”District Health Center in 2018. Method :This research is descriptive using a quantitative approach with cross sectional design. The sampling technique used  total sampling, that is, all populations were sampled as many as 51 people. Data analysis used was univariate analysis using a checklist questionnaire guide. Result : The results showed that the implementation of universal precautions had not been carried out thoroughly. Of the total 37 respondents, it was found that there were 22 respondents (59.5%) who had done  handwashing  accordingly,  21 respondentswith  had  done  tih  PPE  accordingly(56,  8%), respondents who have managed medical devices accordingly are 21 (56.8%). Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020 |2Conclution :Waste management has been carried out according to as many as 35 (94.6%), while in the  management  of  new  work  accidents  as  many  as  29  (78.4%)  respondents  who  have  applied accordingly. Sugestin  :To  provide  advice  regular  education  and  dissemination  on  universal  vigilance,  improve supervision  or  internal  audit  as  well  as  regular  and  ongoing  evaluation,  establish  a  reward  and punishment  system  for  all  officers  to  increase  motivation  in  applying  universal  precautionary components  at  work.  For  officers  health  that  is  not  good  in  implementing  universal  precautions  can carry  out  SOP  responsibly.  For  other  researchers  canbe  used  as  a  reference  to  conduct  further research on the implementation of universal aspiration in other health care facilities
Hubungan Antara Personal Hygiene dan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Siswa Di SD Negeri Pamulang 02 Kecamatan Pamulang Tahun 2018 Suherman Suherman; Fajriyah Qurota ‘Aini
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 15, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.784 KB) | DOI: 10.24853/jkk.15.2.199-208

Abstract

AbstrakPenyakit diare menjadi masalah global di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Tahun 2013 insiden diare anak usia 5-14 tahun di Indonesia sebesar 3,0% dan tahun 2016 Tangerang Selatan memiliki  insiden diare anak usia 5-14 tahun sebesar 6.610 kasus. Kejadian diare erat kaitannya dengan lingkungan dan personal hygiene. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif analitik dengan desain studi Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan sejak Bulan Maret sampai dengan Juli 2018 yang dilakukan di SDN Pamulang 02 dengan populasi berjumlah 861 siswa, dan sampel yang diambil sebanyak 118 responden. Teknik pengambilan data dengan cara Stratified random sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan CI 95% (p=0,05). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebesar 39,8% responden mengalami diare selama satu bulan terakhir. Analisis bivariat diperoleh yaitu kebiasaan cuci tangan (nilai p=0,022) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada anak sekolah. Variabel lain yaitu, umur (nilai p=0,071), jenis kelamin (nilai p=1,000), status gizi (nilai p=0,425), kebersihan tangan dan kuku (nilai p=0,823) dan kebiasaan jajan (nilai p=0,596) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Kata Kunci: Diare, Anak Sekolah, kebersihan individu, kebiasaan cuci tangan
Analisis Faktor Rekam Medis yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Kartini Jakarta Erny Asih; Dina Aslamiyah; Suherman Suherman; Fini Fajrini; Dadang Herdiansyah
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jkk.17.2.203-209

Abstract

Anemia pada kehamilan adalah keadaan ibu dengan Hb < 11gr% pada trimester pertama dan ketiga, kurang dari 10,5 gr% pada trimester kedua. Anemia pada kehamilan memiliki efek berbahaya pada janin dan ibu hamil. Dari kejadian anemia tahun 2017 di Rumah Sakit Kartini, sebanyak 315 ibu hamil yang mengalami anemia, 105 diantaranya mengalami abortus, 32 diantaranya mengalami prematur, 23 diantaranya mengalami partus lama, 46 mengalami infeksi postpartum, dan 109 responden pernah transfusi darah. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di RS Kartini Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Populasinya adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan sampel sebanyak 97 responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat (Chi Square). Berdasarkan hasil analisis, didapatkan 35,1% ibu hamil mengalami anemia dan 64,9% tidak anemia. Uji Chi Square menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan yaitu usia ibu (p = 0,017), paritas (p = 0,033), usia kehamilan (p = 0,046), pendidikan (p = 0,003), dan tidak ada hubungan yang signifikan yaitu status gizi (p = 0,407), dan tempat tinggal (p = 0,719). Ada hubungan bermakna antara usia ibu, paritas, usia kehamilan, dan pendidikan yang mempengaruhi ibu selama kehamilan dengan kejadian anemia gizi besi. Selalu konsumsi makanan tinggi zat besi dan sebaiknya selama kehamilan terutama untuk wanita usia 20-35 tahun.
Gambaran Gejala Keracunan Kadar Timbal (Pb) pada Polisi Lalu Lintas di Polres Metro Jakarta Selatan Tahun 2015 Suherman Suherman; Rizky Gunawan Arridho
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.98 KB) | DOI: 10.24853/jkk.12.1.98-107

Abstract

Abstrak Saat ini masalah pencemaran sudah sedemikian membahayakan lingkungan dan kesehatan.Kondisi lingkungan tercemar menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.Pencemaran lingkungan terjadi sebagai akibat masuk atau dimasukkannya sesuatu (makhluk hidup, zat, atau energi) kedalam lingkungan.Lingkungan dikategorikan tercemar jika telah terjadi perubahan dan bergeser dari kondisi semula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar timbal yang di sebabkan oleh polusi udara pada darah polisi lalu lintas Polres metro Jakarta Selatan dengan menggunakan desain studi analisis deskriptif kuantitatif, besar sampel sebanyak 30 orang yang dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara.Analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi, kemudian pengisian kuesioner dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar timbal. Hasil analisis didapatkan rata rata umur polisi lalu lintas di Polres Metro Jakarta Selatan adalah 41 tahun, ≥ 41 tahun berjumlah 17 orang (56.7%) sedangkan yang < 41 tahun sebanyak 13 orang (43.3%), rata rata massa kerja polisi lalu lintas di Polres ini adalah 21 tahun, < 21 tahun dengan jumlah 16 orang (53.3%) sedangkan yang ≥ 21 tahun berjumlah 14 orang (46.7%), tingkat lama kerja yang paling banyak adalah > 8 jam/hari dengan jumlah 17 orang (56.7%) sedangkan yang bekerja < 8 jam/hari berjumlah 13 orang (43.3%). Kebiasaan menggunakan masker saat bekerja dimana yang tidak menggunakan APD masker berjumlah 16 orang (53.3%) sedangkan yang menggunakan APD masker sebanyak 14 orang (46.7%). Kebiasaan merokok saat bekerja ditemukan yang merokok berjumlah 21 orang (70%) sedangkan yang tidak merokok sebanyak 9 orang (30%).Ada tiga gejala yang paling banyak di alami oleh responden masing masing adalah kejang otot (63.3%), pusing pusing (43.3%) dan sering mengantuk (44%).Hasil pemeriksaan darah polisi lalu lintas adalah 5.60 µg/dL dengan pemeriksaan terendah 3.6 µg/dL dan hasil pemeriksaan tertinggi 7.7 µg/dL. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gejala yang paling banyak di alami oleh responden masing masing adalah kejang otot (63.3%), pusing pusing (43.3%) dan sering mengantuk (44%) dan kadar timbal yang ada di dalam darah polisi lalu lintas secara keseluruhan berada pada tahap normal apabila dibandingkan dengan standar. Kata Kunci: Timbal, pencemaran udara, keracunandarah, polisi lalulintas
Strategi Bauran Pemasaran Rumah Sakit di Era Covid-19 (Study Rumah Sakit X) Fini Fajrini; Andriyani Andriyani; Suherman Suherman; Noor Latifah; Dadang Herdiansyah; Nur Romdhona; Ernyasih Ernyasih
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 18, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jkk.18.1.113-122

Abstract

Pandemi Covid-19 mengubah banyak perilaku konsumen yang mengakibatkan berbagai macam bisnis menjadi anjlok, tak terkecuali rumah sakit. Hal ini berpengaruh pada biaya pemasukan penerimaan dan operasional rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi bauran pemasaran Rumah Sakit X di Era Covid 19. Penelitian ini merupakan analisis kualitatif dilaksanakan di RS X dan informan penelitian ini adalah manajer marketing unit pelayanan. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai dengan Oktober 2020. Hasil penelitian yang didapatkan pada faktor produk, RS X sudah melakukan dengan pelayanan drive thru, faktor harga RS X memiliki sistem virtual account dan juga bisa menggunakan jasa pembayaran lain, faktor promosi RS X merubah metode marketing ke versi digital, faktor petugas telah menggunakan APD sesuai protokol dan jika pasien membutuhkan perawatan rawat inap RS X akan memisahkan antara pasien covid dan tidak covid, faktor fasilitas fisik lokasi RS X berada di lokasi strategis walaupun banyak pelayanan kesehatan lain di wilayah tersebut. Strategi bauran pemasarran RS yang dilakukan RS X ini bisa menjadi bahan rujukan atau referensi RS lain untuk bisa survive di tengah badai Covid yang melanda dunia.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Masyarakat Berkunjung ke Pelayanan Kesehatan Selama Covid-19 di Kota Tangerang Selatan Tahun 2020 Ranita Darma Sari; Fini Fajrini; Moor Latifah; Suherman
ARKESMAS [Arsip Kesehatan Masyarakat] Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : UHAMKA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/arkesmas.v7i1.6939

Abstract