Maya Dian Rakhmawatie
Departement Of Biomedical Sciences, Faculty Of Medicine, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang, Indonesia

Published : 25 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Perbedaan Kejadian Stres Antara Remaja Putra dan Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten Fitri, Dyah Kurnia; Rihadini, -; Rakhmawatie, Maya Dian
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 1 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Obesitas adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapatmengganggu kesehatan. Obesitas merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas dapat mengurangi hargadiri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan obesitas lebih rentan terhadapgangguan psikologis seperti stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kejadian stres antara remaja putra denganremaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten.Metode: Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.Instrumen penelitian yang digunakanadalah lembar persetujuan responden, skala Body Mass Index (BMI), kuesioner pengalaman kehidupan (life event), kuesioner perilaku tipe“A” dan kuesioner stres. Populasi dalam penelitian sebanyak 960 orang. Sampel dalam penelitian berjumlah 75 orang. Hasil penelitiantersebut dianalisis menggunakan pengolahan data statistik dengan uji chi-square.Hasil: Didapatkan p-value sebesar 0,001 yang berarti p<0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan kejadian stres antara remaja putradengan remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten.Kesimpulan: Kejadian stres pada remaja putra obesitas lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari,Klaten.Kata kunci: Obesitas, Kejadian Stres, Remaja.
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Gilang, -; Notoatmodjo, Harsoyo; Rakhmawatie, Maya Dian
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 2 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan  : Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara maju , sedangkan di negara berkembang antara 3156,5%.Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan. Metode : Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan data rekam medis pasien asfiksia neonatorum dengan persalinan letak sungsang dan penyulit kehamilan persalinan lainnya dari 1 Januari 2009- 31 Desember 2010 di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 69 kasus. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square dan Uji Fisher’s Exact pada beberapa variabel tertentu dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil : Faktor-faktor yang merupakan faktor yang berhubungan dengan asfiksia neonatorum antara lain  umur ibu (p=0,040), pendarahan antepartum (p=0,010). Berat Badan Lahir (BBL) bayi (p=0,033), pertolongan pertama letak sungsang  perabdominam dan pervaginam (p=0,006), partus lama atau macet (p=0,035) dan Ketuban Pecah Dini (KPD) (p=0,004). Analisi regresi logistik mendapatkan 4 faktor yang dominan kejadian asfiksia neonatorum yaitu BBL dengan nilai B expected nya paling besar (53,737), urutan kedua adalah pendarahan antepartum dengan nilai B expected (24,707), urutan ketiga adalah KPD dengan nilai B expected (9,560), dan urutan keempat adalah pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam dengan nilai B expected (0,164). Kesimpulan : Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor risiko seperti faktor ibu, faktor bayi dan faktor persalinan merupakanfaktor yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum.Kata Kunci : asfiksia neonatorum, faktor risiko
EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI FORMALIN Rohmani, Afiana; Rakhmawatie, Maya Dian
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Jejas kimia formalin dapat memacu terbentuknya senyawa reactive oxygen species (ROS) yang dapatmenyebabkan kerusakan seluler tubuh. Kulit manggis dikenal sebagai antioksidan alamiah dari kandungan xanton didalamnya.Tujuan: mengetahui efek pemberian ekstrak kulit manggis terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus wistaryang diinduksi larutan formalin.Metode Penelitian : 24 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok . Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif(K-), hanya diberi placebo saja hingga masa terminasi. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol positif (K+) yangdiinduksi formalin peroral selama 21 hari, kemudian diberi placebo selama 7 hari. Kelompok ketiga sebagai kelompokPerlakuan 1 (P1) yang diinduksi formalin peroral selama 21 hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 200mg/kg BB/hari selama 7 hari. Kelompok keempat sebagai kelompok Perlakuan 2 (P2) yang diinduksi formalin peroral selama 21hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari selama 7 hari. Setelah itu tikus diterminasi dan diambilorgan heparnya untuk dibuat preparat histopatologi.Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,008) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yangdiberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari (P2) dengan kelompok kontrol positif (K+). Tidak terdapat perbedaanyang signifikan (p=0,715) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yang diberi ekstrak kulitmanggis 200mg/kg BB/hari (P1) dengan kelompok kontrol positif (K+). Terdapat perbedaan yang signifikan (0,00)gambaran histopatologi jaringan hepar kelompok kontrol negatif (K-) dengan ketiga kelompok yang diinduksi formalin,baik diberi ekstrak kulit manggis (P1 dan P2) maupun yang tidak (K+)Kata kunci : formalin, kulit manggis, gambaran histopatologi hepar.
EFEK PEMBERIAN KOMBINASI SIPROFLOKSASIN DAN A-MANGOSTIN SECARA IN VITRO TERHADAP ERADIKASI UROPATOGEN ESCHERICHIA COLI Rakhmawatie, Maya Dian
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang Persentase resistansi Escherichia coli (E. coli) pada pasien ISK terhadap siprofloksasin mencapai 73.04%. Berbagai usaha untuk memaksimalkan penggunaan antibiotika telah dilakukan, termasuk mengoptimalkan parameter farmakokinetika/farmakodinamika (PK/PD) dari masing-masing antibiotika. Dibutuhkan usaha lain untuk mengoptimalkan pengobatan menggunakan antibiotika yang telah tersedia, salah satunya mengkombinasikan dengan menggunakan senyawa yang berasal dari herbal, misal senyawa aktif a-mangostin.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian kombinasi siproflokasin dan -mangostin terhadap eradikasi uropatogen E. coli (UPEC).Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memberi perlakuan terhadap bakteri uropatogen E. coli (UPEC)secara in vitro. Perlakuan dibagi menjadi (a) kelompok perlakuan menggunakan kadar siprofloksasin C pada dosis 500 mg (2,4 g/mL), (b) kelompok perlakuan menggunakan kadar siprofloksasin Cpadadosis 750mg(4,3g/mL)(c)kelompokperlakuanmenggunakankadar siprofloksasin2,4g/mLdana-mangostinkadar0,18g/mL,,(d)kelompok perlakuanmenggunakankadarsiprofloksasin4,3g/mLdana-mangostin0,18g/mLHasilpenelitianmenyatakanbahwapemberiankombinasisiprofloksaindan-mangostindapatmencegahpertumbuhan bakteriuropatogenE.colipadastrainresistensiprofloksasin (nilaiMIC128g/mL)dibandingkandenganpemberian siprofloksasinsaja,namunefektersebuttidaksignifikan.UntukuropatogenE.colisensitif(MIC0,008g/mL)dan intermediat(MIC0,5g/mL),tidakterdapatperbedaanefekpenurunanjumlahkoloniataueradikasiantarapemberian kombinasisiprofloksasindan-mangostindenganpemberiansiproflokasintunggal.KesimpulanPemberian-mangostindengankadar0,18g/mLyangdikombinasikandengansiprofloksasintidak memberikanmanfaatnyatadalameradikasiuropatogenE.coli,yangdiujisecarainvitro.Katakunci:Siprofloksasin,a-mangostin,uropatogenE.colipadadosis 750mg(4,3g/mL), Vol.1No.2Juli2015Efek Pemberian Kombinasi Siprofloksasin dan A-MangostinSeacara In Vitro Terhadap Eradikasi Uropatogen Escherichia Coli 191(c)kelompokperlakuanmenggunakankadar siprofloksasin2,4g/mLdana-mangostinkadar0,18g/mL,(d)kelompok perlakuanmenggunakankadarsiprofloksasin4,3g/mLdana-mangostin0,18g/mL.
EMERGENCE RESISTANT UROPATOGEN Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN SIPROFLOKSASIN DAN -MANGOSTIN SECARA in vitro Maya Dian Rakhmawatie; Afiana Rohmani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.253 KB)

Abstract

Emergence resistant on uropatogen Escherichia coli can occur shortly after the start of therapy using subtherapeutic doses of ciprofloxacin. Ciprofloxacin is an antibiotic that works depends on the level of concentration, higher ratio Cmax / MIC will give increases in effectiveness. When the ratio of Cmax / MIC <1, then the risk of emergence resistant will be increased. One of the herbs that are abundant in Indonesia and has anti-bacterial activity is mangosteen (Garcinia mangostana L.), which has an active compound -mangostin. Administration of the active compound α-mangostin is expected to help prevent the emergence resistant of uropatogen E. coli due to the use of subtherapeutic ciprofloxacin. This research was conducted by giving treatment to uropatogen E. coli in vitro. Bacterial strains used are uropatogen E. coli resistant to ciprofloxacin with MIC values of 128 μg / mL. Treatment is divided into (I) treatment groups using ciprofloxacin concentration Cmax at a dose of 750 mg (4.3 μg / mL), (II) treatment groups using ciprofloxacin concentration of 4.3 μg / mL and -mangostin 0.18 μg / mL, and (III) the negative control group. The study states that the administration of the combination of α-mangostin and ciprofloxacin delayed the growth of uropatogen E. coli resistant strains (MIC value of 128 μg / mL) compared to administration of ciprofloxacin alone (p 0.000). But the combination of α-mangostin and ciprofloxacin can not prevent an increased in resistance strain uropatogen E. coli, which is characterized by an increased in the value of the MIC to be 256 μg / mL after 2 hours of treatment.Keywords: ciprofloxacin, resistance, -mangostin, uropatogen E. coli
Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari – Desember 2004 Maya Dian Rakhmawatie
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2008: CONTINUING MEDICAL AND HEALTH EDUCATION (CMHE) | Peran Biomolekuler dalam Penegakan Diagnosis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.04 KB)

Abstract

Demam tifoid merupakan salah satu dari lima penyebab kematian diIndonesia. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui angka prevalensi demam tifoid dan rasionalitas pengobatan pasien demam tifoid termasuk angka kejadian interaksi obat, serta keadaan farmakoterapi tidak rasional di unit rawat inap bagian anak dan penyakit dalam RSUD Sleman selama periode tahun 2004.Penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif non analitik yangbersifat eksploratif dengan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara retrospektif. Bahan yang digunakan adalah rekam medik pasien demam tifoid di RSUD Sleman selama periode Januari-Desember 2004. Analisis dilakukan dengan Epi Info 2002, data dibandingkan dengan standar pengobatan demam tifoid dari WHO.Hasil penelitian adalah sebagai berikut: pasien demam tifoid di RSUDSleman terdiri dari 48,1% laki-laki dan 51,9% perempuan. Pasien anak-anak usia < 15 tahun sebanyak 53,75% dan pasien dewasa usia ³ 15 tahun sebanyak 46,25%. Perincian hasil kriteria pengobatan rasional sebagai berikut: tepat indikasi 100%, tepat obat 81,9%, tepat dosis 35,8%, tepat pasien 93,1%. Analisis pengobatan berdasarkan kriteria peresepan tidak rasional adalah sebagai berikut:peresepan berlebih (over) sebesar 38,7%, peresepan kurang (under) sebesar 31,8%, peresepan majemuk (multiple) sebesar 61,875%, peresepan salah (incorrect) sebesar 53,8%, dan peresepan boros (extravagant) sebesar 46,2%. Persentase kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 15,6%. Kesimpulan yang didapat menyatakan bahwa pengobatan pasien demam tifoid di RSUD Sleman belum rasional.
Effects of ciprofloxacin concentrations on the resistance of uropathogen Escherichia coli: in vitro kinetics and dynamics simulation mode Maya Dian Rakhmawatie; . Mustofa; Eti Nurwening Sholikhah
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 52, No 3 (2020)
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.761 KB) | DOI: 10.19106/JMedSci005203202001

Abstract

Ciprofloxacin is recommended for complicated urinary tract infection (UTIs) caused by multidrug-resistant pathogens included Escherichia coli. However, its optimum dose for UTIs remains uncertain that may cause the bacterial resistance. This study was conducted to evaluate the effects of ciprofloxacin concentrations on the resistance of E. coli. The in vitro pharmacokinetic/pharmacodynamic (PK/PD) models of ciprofloxacin 750 mg oral dose twice a day for one daywas compared to that dose of 500 mg twice a day for three days.Pharmacokinetic parameters i.e.AUC0-24 and Cmax. and pharmacodynamic parameter i.e. MIC of ciprofloxacin against E. coli which previously had MIC of 0.5 µg/mL were determined. The PK/PD parameters combination of ciprofloxacin included AUC0-24/MIC, Cmax/MIC, and T>MIC ratio were used to evaluate its antimicrobial activities which was measured based on kill and re-growth rates of bacterial colony after the ciprofloxacin administration. The result showed that MIC value against E. coli increase to 8-16 and 32-64 µg/mL after ciprofloxacin 750 and 500 mg administration, respectively, indicating the emergence of resistance. Both doses of ciprofloxacin were able to reduce the number of bacterial colony in the first two hours administration. However, after two hours administration, those both doses could make re-growth of bacterial colony. The value of AUC0-24/MIC (120.42±1.27 vs.92.62±9.36), Cmax/MIC (4.75±0.21 vs. 3.26±0.30), and (T>MIC 89.58±7.22 vs. 76.39±9.39) after ciprofloxacin administration at dose of 750 mg were higher than those at dose of 500 mg. The increase of AUC0-24/MIC and Cmax/MIC values could reduce the number of bacteria colony, however could not for T>MIC value. In conclusion, the AUC0-24/MIC and Cmax/MIC parameters of ciprofloxacincan be used to evaluate its activity. In addition, ciprofloxacin twice per day at dose 500 mg for three days and 750 mg for one day are not different in the inhibition of E. coli resistance emergence.
Efektifitas Dosis Siprofloksasin terhadap Pertumbuhan Uropatogen Escherichia coli SECARA in vitro Nanik Marfuati; Maya Dian Rakhmawatie; Nur Rakhma Akmalia
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.766 KB)

Abstract

Latar Belakang : Escherichia coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih dengan persentase 70-95%.Tingkat sensitivitas E. coliterhadap siprofloksasin dilaporkan hanya 70,59%. Siprofloksasin bekerja dengan efek interfensi pada DNA gyrase dan topoisomerase IV.Siprofloksasin bekerja tergantung kadar, semakin tinggi kadar C/MIC maka semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan danmencegah resistensi pada uropatogen E. coli (UPEC).Metode : Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. Penentuan Cmax/MICsiprofloksasin didasarkan pada kelipatan MIC bakteri yaitu 10 x MIC, 2 x MIC, 1 x MIC dan x MIC. Penilaian pertumbuhan kolonibakteri E. coli strain sensitif (E. coli I) dan strain resisten (E. coli II) diamati pada jam ke 0, 2, 4, 6, 8, 12, 22 dan 24. Uji MIC menggunakanmetode dilusi cair dan penentuan jumlah koloni bakteri menggunakan metode viable count menggunakan medium Mueller Hinton Agar.Hasil : Uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna jumlah log koloni bakteri E. coli I inkubasi 24 jam pada pemberian C/MICsiprofloksasin yang berbeda dengan nilai p-value 0.014. Pada E. coli II inkubasi 24 jam juga menunjukkan perbedaan bermakna jumlah logkoloni bakteri dengan nilai p-value 0.001. Penurunan pertumbuhan bakteri UPEC I dan II signifikan terjadi pada pemberian C/MICsiprofloksasin 10 x MIC dengan nilai regresi E. coli sensitif y = -0.538x + 5.856; r = 0.938 dan nilai regresi E. coli resisten y = -0.61x +3.823; r = 0.563.Simpulan: Nilai rasio C/MIC siprofloksasin ? 10 efektif dalam membunuh uropatogen E. coli baik pada strainsensitif atau strain resisten secara in vitro.Kata Kunci : C max/MIC siprofloksasin, pertumbuhan, uropatogen E.coli
Perbedaan Kejadian Stres Antara Remaja Putra dan Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten Dyah Kurnia Fitri; - Rihadini; Maya Dian Rakhmawatie
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 1 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.183 KB)

Abstract

Latar Belakang: Obesitas adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapatmengganggu kesehatan. Obesitas merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas dapat mengurangi hargadiri dan menyebabkan masalah emosional. Hal ini terutama terjadi pada perempuan. Anak perempuan obesitas lebih rentan terhadapgangguan psikologis seperti stres. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kejadian stres antara remaja putra denganremaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten.Metode: Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.Instrumen penelitian yang digunakanadalah lembar persetujuan responden, skala Body Mass Index (BMI), kuesioner pengalaman kehidupan (life event), kuesioner perilaku tipe“A” dan kuesioner stres. Populasi dalam penelitian sebanyak 960 orang. Sampel dalam penelitian berjumlah 75 orang. Hasil penelitiantersebut dianalisis menggunakan pengolahan data statistik dengan uji chi-square.Hasil: Didapatkan p-value sebesar 0,001 yang berarti p<0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan kejadian stres antara remaja putradengan remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten.Kesimpulan: Kejadian stres pada remaja putra obesitas lebih rendah dibandingkan dengan remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari,Klaten.Kata kunci: Obesitas, Kejadian Stres, Remaja.
Efektivitas Pengobatan Kombinasi Rifampisin-Klaritromisin dengan MDT WHO terhadap Derajat Kesembuhan Pasien Lepra Tipe PB Fiska Rahmawati; Maya Dian Rakhmawatie; Retno Indrastiti
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 3, No 2 (2014): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.853 KB)

Abstract

Latar Belakang : Lama waktu pengobatan kusta membuat timbulnya permasalahan pada pelaksanaan program MDT (Multi Drug Therapy)-WHO, yaitu adanya pasien yang tidak patuh minum obat dan adanya resiko kemunculan resistensi. Pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin dapat memperpendek durasi pengobatan kusta, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian efektivitasnya untuk meningkatkan derajat kesembuhan pasien.Cara : Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan cara total sampling, dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga didapatkan 60 pasien kusta PB, yang terdiri atas 30 pasien dengan pengobatan MDT-WHO dan 30 pasien dengan pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.Hasil :Sebanyak 25 dari 30 (83,3%) pasien yang mendapat pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin sembuh,sedangkan pada pengobatan MDT-WHO sebanyak 11 dari 30 (36,7%) pasien yang sembuh. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.001 dan nilai OR = 8,6 artinya pasien yang mendapat pengobatan kombinasi rifampisin-klaritromisin mempunyai peluang 8,6 kali sembuh dibandingkan dengan pasien yang mendapat pengobatan MDT-WHO.Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu kombinasi rifampisin-klaritromisin lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan MDT-WO dalam meningkatkan derajat kesembuhan klinis pasien kusta PB. Kata Kunci : kombinasi rifampisin-klaritromisin, MDT-WHO, paucilbacillary