Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi khususnya pembangunan pertanian, air merupakan unsur utama. Mempersiapkan proyek pertanian bukan hanya sekedar menyangkut aspek perencanaannya saja, tetapi harus mulai dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan pembangunan proyek pertanian, pemilihan daerah prioritas untuk inventasi, perencanaan kebijakan yang efektif dan pemobilisasian sumberdaya, serta menggali tingkat partisipasi dari masyarakat yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam proyek pertanian tersebut. Dalam siklus suatu proyek pertanian akan diawali dengan tahap identifikasi potensi, identifikasi permasalahan, identifikasi sumber daya, termasuk sumber daya air yang ada dalam suatu daerah. Adapun permasalahan penelitian tahun pertama adalah sebagai berikut : Apakah pontensi sumberdaya air di DAS Waemokel, DAS Zaa dan DAS Aesesa di Kebupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur masih dapat dikembangkan untuk proyek pertanian?. Bagaimana membuat persiapan perencanaan dan bagaimana persiapan perencanaan penataan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi tinggi di ketiga DAS tersebut Dari analisa dan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ; Sumber air yang masih dapat di manfaatkan untuk pengairan untuk DAS Wae Mokel adalah bendungan Mok dengan memnfaatkan sungai Wae Nimbar berdebit 3.647 liter / detik dan potensial areal sawah seluas 700 ha, embung irigaisi Tiwu Loa dengan memanfaatkan kali Tiwu Loe berdebit 657 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 200 ha, waduk mini Ngulu Kedha memanfaatkan sungai Wai Mapar dengan debit 10.337 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 1.800 ha, dan bendungan Rada Fae – Keli Gejo memanfaatkan sungai Wae Mokel dengan debit 12.319 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 20 ha. Total Sumber air yang dapat dimanfaatkan dari DAS Wae Mokel adalah sebanyak 4 lokasi dengan debit air seluruhnya sebesar 12.319 liter / detik dan areal sawah potensial 2.720 ha. Sumber air yang masih dapat di manfaatkan untuk pengairan untuk DAS Za’a adalah bendungan Wae Beli – Molu Geze dengan memanfaatkan kali Wae Beli berdebit 387 liter / detik dan potensial areal sawah seluas 50 ha, embung irigaisi Poma Mana dengan memanfaatkan kali Wae Beli berdebit 387 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 38 ha, bendungan Roba Ghubu memanfaatkan kali Were dengan debit 103 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 65 ha. Total Sumber air yang dapat dimanfaatkan dari DAS Za’a adalah sebanyak 3 lokasi dengan debit air seluruhnya sebesar 489 liter / detik dan areal sawah potensial 103 ha. Sumber air yang masih dapat di manfaatkan untuk pengairan untuk DAS Aesesa adalah bendungan Soa Futi dengan memanfaatkan kali Wae Wae Woki/Ogi berdebit 1.229 liter / detik dan potensial areal sawah seluas 900 ha, embung irigaisi Leko Kisa dengan memanfaatkan kali Wae Bhogi berdebit 12 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 50 ha, situ Eko Sapa memanfaatkan kali Wae Bhogi dan Wae Biku dengan debit 167 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 200 ha, waduk mini Wae Teko (Kuru Bhoko) memanfaatkan sungai Wula Bhara dengan debit 3.367 liter / detik dan potensial areal persawahan seluas 1.760 ha. Total sumber air yang dapat dimanfaatkan dari DAS Aesesa adalah sebanyak 4 lokasi dengan debit air seluruhnya sebesar 4.775 liter / detik dan areal sawah potensial 2.910 ha.