Rakha Pradestya
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF Rakha Pradestya; Pujia Balkist; aritsya Imswatama
Jurnal PEKA (Pendidikan Matematika) Vol. 2 No. 2 (2019): Jurnal PEKA (Pendidikan Matematika)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37150/jp.v2i2.1113

Abstract

Ide kajian teori ini muncul dari fenomena di sekolah tentang langkah-langkah pemecahan masalah dan kemampuan kognitif dari masing-masing siswa, khususnya di SMP Khalifah Boarding School. Setiap siswa memiliki proses pemecahan masalah yang berbeda satu sama lain dan menghadapi kesulitan yang berbeda-beda. Hasil dari kajian teori ini menunjukkan bahwa setiap langkah-langkah pemecahan masalah membutuhkan kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Pada langkah pertama, yaitu memahami masalah. Memahami masalah membutuhkan dua kemampuan kognitif dasar, yaitu mengingat (C1) dan memahami (C2). Pada langkah ini, siswa diharuskan memiliki ingatan yang baik dan pemahaman yang mumpuni guna memahami masalah yang dihadapi. Pada langkah kedua, yaitu perencanaan pemecahan masalah. Dalam merencanakan pemecahan masalah, siswa harus bisa menerapkan konsep atau rumus yang diingat dan dipahami sebelumnya agar penyelesaian bisa tercapai. Maka dari itu, dalam merencanakan pemecahan masalah, siswa harus mencapai kemampuan kognitif yang ketiga yaitu menerapkan (C3). Pada langkah ketiga, yaitu menyelesaikan masalah sesuai rencana. Langkah ini adalah langkah yang menentukan apakah pemecahan masalah yang direncanakan benar atau tidak. Maka dari itu, pada langkah ini perlu adanya kemampuan menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5) yang baik. Daya analisis siswa pada langkah ini sangat dibutuhkan karena siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan tepat. Informasi yang didapat pada masalah harus lengkap dan cukup guna dimanfaatkan pada pemecahan masalah. Daya evaluasi siswa juga sangat penting pada langkah ini, karena pada proses penyelesaian, tidak bisa dipungkiri kemungkinan kesalahan dapat terjadi. Pada langkah terakhir, yaitu melihat kembali pemecahan masalah. Pada langkah ini, kemungkinan bisa teridentifikasi adanya konsep atau rumus baru yang tercipta pada pemecahan masalah. Maka dari itu, daya mencipta (C6) bisa diketahui pada langkah terakhir pemecahan masalah.
Pengaruh Metode Pembelajaran PQRST Terhadap Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa Rakha Pradestya; Ana Setiani
Jurnal PEKA (Pendidikan Matematika) Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal PEKA (Pendidikan Matematika)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37150/jp.v2i1.1117

Abstract

Ide penelitian ini muncul dari fenomena di sekolah tentang tingkat kemampuan matematika siswa yang relatif rendah. Khususnya di kelas IX. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah kesulitan siswa dalam memahami masalah dalam sebuah soal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu pengaruh dari metode pembelajaran Preview, Question, Rewrite, Solve, Test. Penelitian ini juga mencari tahu apakah metode pembelajaran PQRST dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa kelas IX di SMPN 3 Kota Sukabumi pada materi Pola, Barisan, dan Deret. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX di SMPN 3 Kota Sukabumi. Di mana diambil dua kelas, yaitu kelas IX F dan IX G yang masing-masing kelasnya berjumlah 30 siswa. Pengumpulan data diambil menggunakan instrumen berupa lembar kerja siswa yang terdiri dari 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Instrumen terlebih dahulu diuji cobakan kepada 8 siswa kelas IX di SMPN 3 Kota Sukabumi yang dipilih secara acak serta diuji validitas dan kelayakan soalnya. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif. Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang berbeda. Maka dari itu, uji statistik yang digunakan adalah Uji U Mann-Whitney guna mencari tahu pencapaian kelas mana yang lebih baik, apakah kelas IX F yang tidak diberi perlakuan metode Preview, Question, Rewrite, Solve, Test. atau kelas IX G yang diberi perlakuan metode Preview, Question, Rewrite, Solve, Test.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian kelas IX G tidak lebih baik dari kelas IX F. Ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Preview, Question, Rewrite, Solve, Test tidak memberi peningkatan terhadap hasil belajar siswa, sehingga pemahaman konsep matematika siswa kelas IX di SMPN 3 Kota Sukabumi pada materi Pola, Barisan, dan Deret tidak meningkat.
ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF PADA LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS Rakha Pradestya; Aritsya Imswatama; Pujia Siti Balkist
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education Vol. 5 No. 1 (2020): Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Publisher : Mathematics Education Study Program, FKIP, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.804 KB) | DOI: 10.23969/symmetry.v5i1.1723

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan kognitif siswa pada langkah-langkah pemecahan masalah ditinjau dari kecerdasan logis-matematis pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif jenis studi kasus. Subjek penelitian diambil dari populasi kelas VIII di SMP Khalifah Boarding School. Tahap pertama penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu menggunakan instrumen angket kecerdasan logis-matematis yang bertujuan untuk menggambarkan pemetaan kecerdasan logis-matematis siswa yang nantinya akan dipilih tiga orang sebagai subjek penelitian dengan tingkatan kecerdasan logis-matematis yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis tinggi memiliki kemampuan kognitif yang baik pada tingkatan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. (2) Siswa dengan tingkat kecerdasan logis matematis sedang tidak bisa dikatakan memiliki kemampuan kognitif yang cukup, bahkan masih terbilang rendah, karena siswa tersebut masih belum dikatakan baik pada kemampuan kognitif menerapkan. Hal ini dikarenakan siswa tidak bisa menerapkan konsep atau rumus yang diingat dengan baik sehingga nilai yang didapatkan tidak tepat. (3) Siswa dengan tingkat kecerdasan logis matematis rendah memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak sampai pada tahap memahami. (4) Kecerdasan logis-matematis tidak berbanding lurus dengan kemampuan kognitif. (5) Faktor penyebab rendahnya kemampuan kognitif siswa adalah sebagai berikut: (a) Kurangnya pemahaman tentang materi yang diterapkan pada tes, (b) Lemahnya keterampilan dalam memperoleh informasi dari soal, (c) Kurang teliti dalam pemecahan masalah, (d) Pesimis dan kurang percaya diri.