Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

POTENSI PRODUKSI ANDROGRAPHOLIDE DARI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) MELALUI PROSES EKSTRAKSI HIDROTROPI Ratnani, R. D.; Hartati, I.; Kurniasari, L.
MOMENTUM Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : MOMENTUM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Andrographolide merupakan senyawa fitokimia yang memiliki berbagai fungsi kesehatan. Salah satunya, andrographolide memiliki sifat sebagai anti malaria. Andrographolide dapat dengan mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan aceton, tetapi sedikit larut dalam ether dan air. Ekstraksi andrographolide yang telah banyak diterapkan adalah ekstraksi menggunakan alkohol. Proses tersebut menyebabkan terjadinya degradasi andrographolide. Larutan hidrotrop dapat meningkatkan kelarutan senyawa yang tidak larut dalam air. Ekstraksi andrographolide menggunakan larutan hidrotrop dapat diterapkan karena andrographolide merupakan senyawa yang tidak larut dalam air. Ekstraksi andrographolide menggunakan larutan hidrotrop berupa larutan sodium salisilat dan sodium asetat mampu menghasilkan ekstrak dengan berat masing-masing 0,57 g dan 0,18 g. Kata Kunci: andrographolide, hidrotop, ekstraksi, sambilotio
KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) YANG DI AKTIVASI MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA (HCl) Huda, Saiful; Ratnani, Rita Dwi; Kurniasari, Laeli
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3397

Abstract

Berkembangnya industri sering memunculkan permasalahan yang berkaitan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan akan menimbulkan bau, warna dan rasa. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan metode adsorpsi. Metode adsorpsi yang sering digunakan adalah mrnggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik karbon aktif dari bambu Ori yang diaktivasi menggunakan asam klorida (HCl). Karbon aktif merupakan karbon amorf yang luas permukannya sangat besar, yaitu 200 hingga 2000 m2/g. Bahan dasar dari karbon aktif adalah Lignoselulosa. Bambu Ori sendiri mengandung Selulosa, berkisar 42,4% - 53,6% dan Lignin, berkisar 19,8% - 26,6%. Asam klorida (HCl) yang berperan sebagai aktivator bersifat higroskopis, sehingga dapat mengurangi kadar air pada arang aktif yang dihasilkan. Pengujian dilakukan sesuai dengan SNI dan SII, meliputi uji fisik dan daya serap terhadai Iodium. Variabel suhu karbonisasi menggunakan tiga variabel suhu : 300, 400, dan 500 °C, serta konsentrasi HCl: 1, 2, 3, dan 4 N. Hasil terbaik pada variabel suhu karbonisasi 300 °C dengan konsentrasi HCl 1 N. Karakteristiknya berupa 5,9 % kadar air, 4,463 % kadar zat mudah menguap, 9,3 % kadar abu, 80,337 % karbon terikat, dan 698,12 mg/g daya serap terhadap Iodium. Karbon aktif dari bambu Ori ini sudah layak digunakan sebagai adsorben, karena secara garis besar sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan SII No. 0258-79. Baku mutu yang ditetapkan SII diantaranya, maksimal 15% bagian yang hilang saat pemanasan, kadar air maksimal 10%, kadar abu maksimal 2,5%, dan daya serap terhadap I2minimal 200 mg/g. Tetapi masih sangat dibutuhkan penelitian lebih lanjut, agar dapat memenuhi standar baku mutu SNI No. 06-3730-1995, terutama daya serap terhadap Iodium. Kata kunci: bambu Ori, karbon aktif, aktivasi HCl
KAJIAN SIMULASI VARIASI DEBIT AIR PENDINGIN TERHADAP SUHU OUTPUT DAN KALOR ALIRAN FLUIDA PADA PIROLISATOR Imam Syafa’at; Tabah Priangkoso; Andy Yusuf Kurniawan; Rita Dwi Ratnani; Hargono Hargono
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 10 2019
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.561 KB)

Abstract

Pirolisator merupakan alat untuk menghasilkan karbon aktif dan asap cair. Bahan baku yang digunakan dapat berupa tempurung kelapa, limbah kayu, sekam padi, eceng gondok, ataupun limbah plastik. Tempurung kelapa sebagai salah satu bahan pembuatan asap cair memiliki manfaat sebagai bahan pengawet, antirayap, dan anti jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi debit terhadap suhu output dari asap cair dan besarnya laju perpindahan panas asap cair dan air pendingin dalam kondensor. Penelitian menggunakan perangkat lunak untuk mensimulasikan variasi debit 20 ml/s, 30 ml/s, 40 ml/s, 50 ml/s, 59 ml/s, 60 ml/s, 70 ml/s, 80 ml/s, 90 ml/s, 100 ml/s, 110 ml/s, dan 120 ml/s. Hal ini dilakukan untuk mencari suhu output terkecil dari asap cair dan laju perpindahan panas terbesar yang terjadi pada kondensor pirolisator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju perpindahan panas terkecil pada debit 20 ml/s sebesar 123,422 watt dan laju perpindahan panas terbesar pada debit 120 ml/s sebesar 123,479 watt. Sedangkan pada air pendingin simulasi laju perpindahan panas dengan hasil simulasi terkecil pada debit 20 ml/s sebesar 57,691 watt dan hasil simulasi terbesar pada debit 120 ml/s sebesar 210,697 watt.Kata Kunci: perpindahan panas, pirolisator, asap cair, air pendingin.
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN SEBAGAI ADSORPSI LIMBAH CAIR PADA PABRIK TAHU Elok Khofiyanida; Rita Dwi Ratnani; Sufrotun Khasanah; Nanik Andar Miningsih; Ni’matul Fikriyyah
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2015): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 6 2015
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu limbah industri yang berpotensi mencemari lingkungan yaitu limbah cair industri tahu. Limbah cair industri tahu mengandung zat-zat yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Limbah cair indutri tahu, biasanya mengandung amonia, nitrit, nitrat yang cukup tinggi. Sehinnga perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dilakukan proses adsorbsi limbah cair industri tahu. Adsorben yang digunakan adalah abu sisa pembakaran boiler dari industi tahu.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berkurangnya kadar ammonia, nitrit dan nitrat dalam limbah cair industri tahu. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengontakkan 2 gram  adsorben dari abu sisa pembakaran pada boiler dengan 100 ml limbah cair pabrik tahu dengan variasi waktu pengocokan 0; 30; 60; 90; 120 menit. Kondisi terbaik diperoleh pada waktu pengocokan 120 menit untuk ammonia, 90 menit untuk nitrat, 30 menit untuk nitrit dan diperoleh  efisiensi penjerapan sebesar 76% untuk ammonia, 35,16% untuk nitrat dan 74,6% untuk nitrit. Kata kunci: Abu kulit kapuk, Adsorpsi, Amonia
EKSTRAK DAUN API-API (Avecennia Marina) UNTUK PEMBUATAN BIOFORMALIN SEBAGAI ANTIBAKTERI IKAN SEGAR Syafi’ul Rofik; Rita Dwi Ratnani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2012): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 3 2012
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam lingkungan nelayan biasanya mengawetkan ikandengan cara memberi es, tapi daya tahan es terbatas sehingga nelayan menambahi sesuatu zat campuran yang disebut dengan formalin.Bioformalin adalah zat pengawet pengganti formalin yang berasal dari alam, sehingga aman untuk dipakai dan harganya relative lebih dari formalin. Pembuatan Bioformalin dari Simplisia daun api-api menggunakan metode infundasi dengan variable bertingkat, caranya simplisia daun api-api ditambah pelarut aquades dengan perbandingan 1:5, 1:7,5 dan 1:10.rebus menggunakan panci infusa sampai suhu 90C biarkan selama 15 menit. Saring dengan Corong Butcer dengan bantuan pompa vacum, hasilnya berbentuk cairan. Aplikasikan satu variabel satu ikan dengan cara dicelupkan, masing-masing variable diberi control. Pengamatan dilakukan kontinyu salama 2 jam sekali sampai ikan tersebut membusuk. Hasil pengamatan berupa jumlah secor, secor standarnya adalah 18. Ikan bandeng yang dibuat control dapat bertahan selama 12 jam. Ikan bandeng yang diberi beri larutan Bioformalin dengan perbandingan 1:10, 1:7,5, 1:5 masing-masing dapat bertahan hingga 18 jam,18 jam dan 20 jam. Jadi bandeng yang diberi bioformalin lebih awet dari ikan yang dibuat kontrol. Dari tiga ikan bandeng yang dicelup dengan Bioformalin yang bagus adalah dengan perbandingan 1:5 karena dapat mengawetkan lebih lama yaitu 20 jam, jumlah secor 22 dengan ciri-ciri keadaan kulit putih, mata datar, mulut sedikit terbuka, daging agak kenyal, sisik kuat, aroma amis, sebab dengan pelarut yang sedikit kandungan zat pengawet Api-api (Avecennia Marina) menjadi sangat pekat.Kata Kunci:Pengawet, Daun api-api, Pengeringan, Infundasi
PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS Siti Iqlima Layudha; Ahadta Anandya Rahma; Achmat Riyanto; Rita Dwi Ratnani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2015): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 6 2015
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Air cucian beras mengandung karbohidrat jenis pati sebanyak 76% pada beras pecah kulit. Kandungan karbohidrat ini memenuhi syarat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam pembuatan nata, sehingga air cucian beras tersebut berpotensi sebagai bahan baku pembuatan bioplastik dengan penambahan gliserol sebagai plasticizer. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan gliserol terhadap kualitas morfologi bioplastik dari air cucian beras. Pada penelitian ini, pembuatan bioplastik menggunakan metode blending dengan penambahan variasi gliserol (1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml dan 3 ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan volume gliserol berpengaruh terhadap kualitas morfologi bioplastik. Penambahan volume gliserol yang terlalu banyak akan menurunkan kualitas morfologi bioplastik. Bioplastik terbaik pada penelitian ini adalah bioplastik dengan penambahan variasi gliserol 2 mL dengan massa 15,2 gr dan tebal 0,5 mm. Kata kunci: air cucian beras, bioplastik, gliserol
PENGEMBANGAN PRODUKSI BIOPLASTIK UNTUK KERAJIANAN ASESORIS DARI GLISEROL SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI BIODISEL Rita Dwi Ratnani; Arief Budihardjo; Deddy Kurniawan Wikanta
Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LAPORAN PENELITIAN
Publisher : Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastics is one of chemical invention that make our life easier. The broaden usage of plastics is caused by plastic‘s preeminence. However, the preeminence of platics has made it as the biggest source of pollutant. Plastics create so much pollution and landfill crisis that various attempts have been made to solve these problems. One of these attempts is to create a biodegradable plastic from glycerol in Sequencing Batch Bioreactor. This research objectives are to develop the sequenching batch bioreactor for PHA production from glycerol and to optimize the process condition toward the PHA productivity. Research on the production of polyhydroxyalkanoates through the glycerol fermentation in a sequencing batch bioreactor is investigated both experimentally and modelling. The research sequences are conducted in several steps: design and fabrication of sequencing batch bioreactor, polyhydroxyalkanoates productivity test and optimization of the process parameters. The productivity test showed that the addition of methanol in the pretreatment process of PHA recovery has enhance the yield of the PHA extracted from the biomass. The highest PHA recovery was achieved from pretreament duration of 2 hours submerging in methanol solution. The optimization process showed that the most influencing variables was the nitrogen concentration and the highest PHA recovery was achieved from process conducted with nitrogen concentration of 4 mg/L, Phosporous concentration of 2 mg/L, oxygen concentration of 5 mg/L and the aerobic-anaerobic ratio of 1:4
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN DEMOND), pH, BAU, DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU Rita Dwi Ratnani; Indah Hartati; Laeli Kurniasari
Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LAPORAN PENELITIAN
Publisher : Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia banyak terdapat industri tahu mulai dari industri kecil sampai ke industri besar. Dari kegiatan industri tersebut, timbul limbah yang mengandung zat organik sangat tinggi. Kandungan zat organik dalam limbah cair tahu berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu adanya pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk melakukan penanganan terhadap limbah yang timbul tersebut. Salah satu upaya awal untuk menangani hal tersebut adalah melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok untuk menurunkan kandungan COD, meningkatkan/ menormalkan pH, menjernihkan limbah, dan mengurangi bau yang timbul.Penelitian ini dilakukan di pabrik pengolahan tahu Desa Cangkiran Kota Semarang. Penelitian ini memanfaatkan eceng gondok untuk menyerap limbah organik yang menyebabkan limbah cair menjadi COD tinggi, pH rendah, warna keruh dan berbau sangat menyengat. Proses penanaman dilakukan dalam bak beton dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 145 cm, dan tinggi 120 cm. Dalam penelitian ini diamati penurunan kandungan COD, peningkatan pH, perubahan warna, dan perubahan bau yang timbul setiap hari selama 8 hari dengan menggunakan media eceng gondok.Hasil percobaan Terjadi penurunan COD sampai ambang batas yang diperbolehkan yaitu terjadi penurunan dari 768 ppm menjadi 208 ppm dan pada ulangan yang dilakukan dari 672 ppm menjadi 160 ppm dimana sudah di bawah baku mutu bedasakan Perda Jateng No. 10 tahu 2004. Terjadi peningkatan nilai pH. Diawal proses, pH dari limbah cair tahu adalah 4.2 dan naik sampai 7.4 demikian juga setelah diulang mulai 4.6 naik menjadi 7.3. Perubahan warna pada penelitian ini kurang memuaskan karena tidak terjadi perubahan warna tetapi hanya berubah tingkat kejernihan di awal, warna limbah cair tahu adalah kuning keruh bahkan ada busanya dan setelah diolah berwarna kuning jenih. Dalam pengamatan perubahan bau, pada hari ke 4 bau sudah berkurang. Akan beda kalau tidak diolah semakin lama maka akan semakin bauKata kunci : penyerapan, limbah cair tahu, eceng gondok
PENGEMBANGAN PRODUKSI BIOPLASTIK UNTUK KERAJIANAN ASESORIS DARI GLISEROL SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI BIODISEL Rita Dwi Ratnani; Arief Budihardjo; Deddy Kurniawan Wikanta
Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LAPORAN PENELITIAN
Publisher : Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik adalah dengan membuat material plastik yang dapat didegradasi, antara lain dengan memanfaatkan limbah cair industri biodisel yang memiliki kandungan zat-zat organik (C, H, O, N, S). Adanya zat-zat ini dapat dimanfaatkan dengan pengolahan secara fermentasi menggunakan mikroorganisme lumpur aktif menjadi plastik yang terdegradasi. Jenis plastik yang terbentuk dalam proses ini adalah Polihidroksialkanoat (PHA). PHA dapat terdegradasi sempurna dan memiliki sifat yang mirip dengan kelebihan yang dimiliki oleh plastik konvensional. Tujuan penelitian adalah mengembangkan produksi bioplastik (PHA) melalui proses fermentasi gliserol dengan menggunakan mikroba dari lumpur aktif pabrik tekstil dalam sequenching batch bioreactor.Target yang ingin dicapai berupa data-data teknis laboratorium untuk perancangan, scale-up dan pengoperasian proses yang meliputi kinetika reaksi fermentasi, kondisi operasi yang optimum dan analisa tekno-ekonomi. Pada tahun pertama dilakukan perancangan dan pabrikasi sequenching batch bioreactor dilanjutkan studi kinetika reaksi fermentasi dan pemodelan menggunakan komputasi proses. Penyusunan model dilakukan berdasarkan teori kinetika Monod dan Michaelis–Menten. Model yang dipostulasi, kemudian diturunkan untuk memperoleh persamaan yang nantinya akan diuji dan divalidasi dengan menggunakan data yang diperoleh dari eksperimental.Hasil penelian menunjukkan bahwa pelarut yang baik untuk proses perlakuan ekstraksi PHA adalah metanol, yaitu sebesar 0.3g/L. Hasil yang diperoleh relatif baik pada perendaman 2 jam dengan perolehan PHA sebesar 0,44g/L. Model matematika ditentukan dengan metode algoritma genetika yang disusun dalam bentuk persamaan diferensial simultan dan diselesaikan dengan metode Runge Kutta menggunakan bahasa pemrograman MATLAB. Persamaan differensial diperoleh dari penurunan neraca massa dan substitusi persamaan kecepatan regenerasi/pertumbuhan sel (rg), kecepatan penurunan/kematian sel (rd) dan kecepatan konsumsi substrat untuk menjaga aktifitas sel (rsm). Konsentrasi PHA yang dihasilkan dapat menjadi penghambat pertumbuhan sel dan menurunkan kecepatan reaksi bahkan sampai menghentikan reaksi (Cp*) dikenal sebagai pengaruh product-inhibition. Kecepatan regenerasi meningkat seiring dengan waktu dan mulai menurun setelah 9 jam.
ISOLASI SENYAWA GALAKTOMANNAN BUAH AREN (ARENGA PINNATA) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS ABU Sarmi Sarmi; Rita Dwi Ratnani; Indah Hartati
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v12i1.1453

Abstract

Pemanfaatan buah aren saat ini masih sangat terbatas dan tingkat konsumsi masyarakat juga masih rendah, untuk meningkatkan nilai ekonomis buah aren, maka dilakukan isolasi senyawa galaktomannan pada buah aren.Galaktomannan bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar edible film, pengental, stabilizer emulsi, dan bahan aditif baik pada industri pangan maupun industri obat-obatan. Percobaan dilakukan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan variabel tetap buah aren 170 gr di tambah pelarut hingga 1000 ml, pengadukan menggunakan magnetik stirrer skala 8 dan sentrifugasi pada 4500 rpm selama 15 menit, pelarut yang digunakan antala lain air abu kayu, air abu sekam padi dan air. Variabel bebas lainnya adalah temperatur pada 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 0C, variabel waktu ekstraksi pada 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 jam. Dari hasil percobaan diperoleh kondisi optimum ekstraksi menggunakan larutan abu kayu pada suhu 30 0C dengan proses ekstraksi selama 21 jam , perolehan hasil ekstrak sebanyak 9.4134 gr dari bahan awal buah aren 170.6 gr sehingga rendemen didapat 5.52 %. Kata kunci: air abu, buah aren, galaktomannan, isolasi