Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI HARUS DIPAHAMI OLEH CALON MEMPELAI (STUDI KASUS KUA KECAMATAN KOTO TANGAH) Desminar, Desminar
Menara Ilmu Vol 12, No 3 (2018): Vol. XII No. 3 April 2018
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v12i3.1206

Abstract

Membicarakan kewajiban dan hak suami istri,terlebih dahulu kita membicarakanapa yang dimaksud dengan kewajiaban dan apa yang dimaksud dengan hak. Adalah Drs.H. Sidi Nazar Bakry dalam buku karangannya yaitu Kunci Keutuhan Rumah Tangga YangSakinah mendefinisikan kewajiban dengan sesuatu yang harus dipenuhi dan dilaksanakandengan baik.Sedangkan hak adalah sesuatu yang harus diterima.Pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya.Makadisandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut,dengan kata suami danistri,memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang harus suami laksanakan danpenuhi untuk istrinya.Sedangkan kewajiaban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanandan lakukan untuk suaminya.Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah,sesuatu yangharus diterima suami dari isterinya.Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harusditerima isteri dari suaminya.Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suamimerupakan upaya untuk memenuhi hak isteri.demikian juga kewajiban yang dilakukan istrimerupakan upaya untuk memenuhi hak suami,sebagaiman yang Rosulullah SAW jelasakan ’‘ :Ketahuilah sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib) ditunaikan olehistri kalian,dan kalian pun memiliki hak yang harus (wajib) kalian tunaikan.’’(Hasan: Shahih ibnu Majah no.1501.Tirmidzi II:315 no:1173 dan ibnu Majah I:594no:1851)Begitulah kehidupan berumah tangga,Mebutuhkan timbal balik yang searah dansejalan.Rasa salaing membutuhkan,memenuhi dan melengkapi kekurangan satu denganyang lainnya.tanpa adanya pemenuhan kewajiban dan hak kedunya,maka keharmonisandan keserasian dalam berumah tangga akan goncang berujung pada percekcokan danperselisihan.Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuanyang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungn suami isteri dan timbul hak dankewajiaban masing-masing timbal-balik.
AKAD WADIAH DALAM PERSPEKTIF FIQIH MUAMALAH Desminar, Desminar
Menara Ilmu Vol 13, No 3 (2019): Vol. XIII No. 3 Januari 2019
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v13i3.1213

Abstract

Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomiIslam, terutama dalam bidang keuangan. Perbankan syariah dalam peristilahaninternasional dikenal sebagai Islamic Banking. Bank syariah pada awalnya dikembangkansebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupayamengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasatransaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsipsyariah Islam. Utamanya adalah yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba, kegiatanmaisir (perjudian), Gharar (ketidakjelasan) dan pelanggaran prinsip keadilan dalamtransaksi serta keharusan penyaluran dana investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halalsecara syariah.Lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah di Indonesia keberadaannyatelah diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentangperubahan Undang-undang nomor 7 tahun tahun 1992 tentang perbankan. Hingga kiniterdapat banyak institusi bank syariah di Indonesia.Keberadaan lembaga keuangan dalam Islam adalah vital karena kegiatan bisnis danroda ekonomi tidak akan berjalan tanpanya. Bank syariah adalah bank yang beroperasidengan tidak mengandalkan pada bunga. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuanganberlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasarisegenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.Sebagaimana diketahui bahwa bank syariah dibentuk adalah sebagai koreksi atasbank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga yang dianggap oleh sebagianulama sebagai riba. Oleh karena itu dengan bank syariah dioperasikan tidak menggunakansistem bunga melainkan dengan sistem bagi hasil.Kendatipun perbankan syariah melalui program-programnya telah mensosialisasikanproduk syariah ke masyarakat umum, namun masih ada sebagian masyarakat yang belummemahami beberapa produk syariah, padahal apabila dikaji tentang manfaatnya, semuaproduk syariah tentunya mempunyai fungsi dan perannya masing-masing dalam kehidupanekonomi umat.
ZAKAT PROFESI DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS KOTA PADANG) Desminar, Desminar
Menara Ilmu Vol 12, No 11 (2018): Vol. XII No. 11 Oktober 2018
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v12i11.1209

Abstract

Zakat profesi merupakan bentuk usaha-usaha yang relatif baru yang tidak dikenalpada masa pensyari’atan dan penetapan hukum Islam. Karena itu, sangat wajar bila kitatidak menjumpai ketentuan hukumnya secara jelas (tersurat) baik dalam al-Quran maupundalam al-Sunnah.Menurut ilmu ushul fiqh (metodologi hukum Islam), untuk menyelesaikan kasuskasusyang tidak diatur oleh nash (al-Quran dan al-Sunnah) secara jelas ini, dapatdiselesaikan dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada al-Quran dansunnah itu sendiri. Pengembalian kepada dua sumber hukum itu dapat dilakukan dengandua cara, yakni dengan perluasan makna lafaz dan dengan jalan qias (analogi).Khusus mengenai zakat profesi / PNS ini dapat ditetapkan hukumnya berdasarkanPerluasan cakupan makna lafaz yang terdapat dalam Firman Allah, Q.S. 2; 267, yangartinya:Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baikbaikdan sebagian dari apa yang telah Kami keluarkan dari bumi untuk kamu(apa saja yang kamu usahakan) dalam ayat di atas pada dasarnya bersifat umum,namun ulama kemudian membatasi pengertiannya terhadap beberapa jenis usaha atauharta yang wajib dizakatkan, yakni harta perdagangan, emas dan perak, hasil pertaniandan peternakan. Pengkhususan terhadap beberapa bentuk usaha dan harta ini tentu sajamembatasi cakupan lafaz umum pada ayat tersebut sehingga tidak mencapai selain yangdisebutkan tersebut. Untuk menetapkan hukum zakat profesi, lafaz umum tersebut mestilahdikembalikan kepada keumumannya sehingga cakupannya meluas meliputi segala usahayang halal yang menghasilkan uang atau kekayaan bagi setiap muslim. Dengan demikianzakat profesi dapat ditetapkan hukumnya wajib berdasarkan keumuman ayat di atas.Dasar hukum kedua mengenai zakat profesi/PNS ini adalah qias atau menyamakanzakat proesi dengan zakat-zakat yang lain seperti zakat hasil pertanian dan zakat emasdan perak. Allah telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat dari hasil pertaniannya bilamencapai nishab 5 wasaq (750 kg beras) sejumlah 5 atau 10 %. Logikanya bila untuk hasilpertanian saja sudah wajib zakat, tentu untuk profesi-profesi tertentu yang menghasilkanuang jauh melebihi pendapatan petani, juga wajib dikeluarkan zakatnya.
SOSIALISASI PENYELENGGARAAN JENAZAH BAGI JAMAAH MASJID NURUL FALAH BERDASARKAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Romi Saputra; Firdaus Firdaus; Desminar Desminar; Khoiriah Khoiriah; Andi Irawan; Sri Rahayu Nengsih
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.57 KB) | DOI: 10.31949/jb.v2i2.827

Abstract

The decision of the Tarjih Muhammadiyah Assembly in various aspects to date has not been socialized to the wider community properly, so how the decision of the Muhammadiyah tarjih assembly is not actualized in people's lives, without exception related to the implementation of bodies. This activity is designed in the form of socialization, to facilitate the achievement of the purpose of this activity involves lecturers and students of the Faculty of Islamic Religion and the target community is the congregation nurul Falah Mosque. The results of this activity was declared valuable because it was seen that the understanding of nurul falah mosque worshippers is increasing in practicing the decision of the tarjih assembly in the field of proper implementation of the body, this conclusion is based on the ability of the pilgrims in practicing the implementation of the body ranging from facing the sacratul death, arranging the position of the corpse before the implementation of fardhu kifayah, bathing the body, praying, smoothing up to mengkafani. The results of the activities were proven by the cognitive ability of the target object that they obtained through socialization in the form of the dissemination of sheets containing materials and lectures, as well as their practical abilities obtained through demonstrations.
PERSEPSI REMAJA TERHADAP NIKAH KARENA ZINA Studi Kasus Remaja Masjid Kec. Koto Tangah Desminar Desminar
Menara Ilmu Vol 12, No 6 (2018): vol. XII No. 6 Juli 2018
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v12i6.1208

Abstract

Pada tahun 2012-2014 terjadi Drop Out pada 8 orang siswinya karena hamil diluarnikah. Kejadian ini memiliki keterkaitan dengan perilaku seks pada remaja yang dilakukandalam bentuk eksplorasi, masturbasi, heteroseksual, dan berdasarkan pengalaman.Kejadian ini merupakan aplikasi dari persepsi terhadap perilaku seks pranikah. Studideskriptif ini dilakukan secara sistematik lebih menekankan pada data faktual daripadapenyimpulan. Menggunakan teknik Random Sampling sebanyak 88 Remaja Masjid KotoTangah yang dianalisis berdasar persentase.Berdasarkan hasil penelitian persepsi remaja tentang seks pranikah didapatkan hasilyang melakukan eksplorasi seksual: 35 siswa (39,8%) berpersepsi cukup, Masturbasi: 45siswa (49%) berpersepsi kurang, Heteroseksual: 44 siswa (50%) berpersepsi baik,Berdasarkan pengalaman: 40 siswa (45,5%) berpengalaman yang cukup. Remaja denganperilaku seksual eksplorasi di dapatkan 57 siswa (64,8%) berpersepsi baik. Data ini dapatmenjadi langkah awal bagi tenaga kesehatan dan institusi pendidikan untuk merencanakanpemberian pendidikan dan pelayanan dibidang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu,sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah dampak negatif yangditimbulkan dari persepsi remaja yang mendukung (favorable) terhadap perilaku seksualpranikah.Kata Kunci: Persepsi remaja, nikah, zina
PERAN BP4 SEBAGAI LEMBAGA PENYULUHAN DALAM MENGENDALIKAN PERCERAIAN (STUDI KASUS KECAMATAN KOTO TANGAH) Desminar Desminar
Menara Ilmu Vol 11, No 78 (2017): Vol. XI Jilid 1 No. 78, November 2017
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33559/mi.v11i78.1207

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pandangan masyarakat, keberadaandan peran BP4 dalam membina keluarga di Indonesia, terutama di Kecamatn koto TangahKota Padang. Hasil penelitian ini akan berguna bagi penyusunan kebijakan DepartemenAgama dalam bidang pembinaan keluarga, khususnya bagi peningkatan kinerja BP4.Dalam tilikan Covey, pada era informatika aspek pengetahuan yang bermutu memangbegitu berharga, sehingga kalau bisa mendayagunakan potensinya dengan baik akanmemberi kesempatan untuk memnciptakan nilai. Kerja pengetahuan mampu mendongkraksemua investasi lain yang sudah dilakukan oleh organiusasi atau keluarga. Padakenyataannya, para pekerja pengetahuan adalah penghubung ke semua investasi lain yangdilakukan oleh organisasi. Mereka memberi fokus, kreativitas, dan pendongkrak dalampemanfaatan semua investasi itu agar dapat dengan lebih baik mencapai berbagai sasaranorganisasi.Berhubungan dengan proses perubahan sosial tersebut, dalam paradigma teorisistem, skala perubahan tersebut dapat terjadi dalam tiga tingkat sosial: makro, mezo ataumenegah, dan mikro. Pada tingkat makro, yaitu keseluruhan masyarakat dunia(kemanusiaan), seperti sistem internasional, bangsa, dan negara. Pada tingkat mezo, yakninegara bangsa (nation-state) dan kesatuan politik regional atau aliansi militer, sepertiperusahaan, paratai politik, gerakan keagamaan, dan asosiasi besar. Sedangkan padalevel mikro, merupakan perubahan yang terjadi pada komunitas lokal, seperti keluarga,komunitas, kelompok pekerjaan, dan lingkungan pertemanan. Jadi dimensi perubahantersebut meliputi spektrum yang sangat luas, mulai dari skala yang paling kecil hinggayang paling besar.
Dampak Pernikahan Dini dalam Kehidupan Masyarakat Islam Desminar Desminar
Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat Vol 2, No 2 (2019): Vol. 2, No. 2 Desember 2019
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/jkpu.v2i1.1909

Abstract

Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi sebagian anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Implementasi Undang-undangpun seringkali tidak efektif dan terpatahkan oleh adat istiadat serta tradisi yang mengatur norma sosial suatu kelompok masyarakat. Sampai saat ini pernikahan di bawah umur masih dapat kita temui pada suku-suku atau masyarakat terbelakang yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun sebenarnya keberadaan nikah atau kawin di bawah umur ini seringkali tidak banyak diketahui oleh orang lain, namun kejadian ini tetap menjadi fenomena tersendiri yang patut menjadi perhatian bersama. Pada dasarnya Islam tidak membatasi, kapan seseorang boleh melangsungkan pernikahan. Al-Quran Allah hanya memberi isyarat kedewasaan dengan istilah rusyd (cerdaas, bijak). Islam juga mengajarkan bahwa untuk mencapai sukses dalam perkawinan (mendapatkan kebahagiaan, ketentraman lahir batin) diperlukan seperangkat aturan; seperti siapa saja yang boleh dikawini, langkah-langkah dalam melakukan perkawinan. Meskipun demikian, Islam tidak menolak kebijakan suatu negara yang memberi batasan usia dalam menentukan kedewasaan. Tentu saja, selama batasan itu berangkat dari filosofi menjaga kemaslahatan kemanusiaan.
Perempuan Bekerja dalam Pemenuhan Nafkah Keluarga Firdaus Firdaus; Romi Saputra; Pori Susanti; Desminar Desminar; Nur Azizah
Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat Vol 3, No 2 (2020): Vol. 3, No. 2 Desember 2020
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/jkpu.v3i2.2327

Abstract

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya perempuan yang ikut berperan serta dalam memenuhi nafkah keluarga. Hal ini yang tentunya sangat tidak relefan dengan Undang-Undang Perkawinan yang ada pada saat ini, yang mana nafkah tersebut merupakan kewajiban dari seorang suami kepada keluarganya. Mengingat banyaknya fenomena suami yang melalaikan kewajibannya memberi nafkah kepada keluarganya. Berdasarkan masalah tersebut muncul beberapa rumusan masalah yang akan diteliti dan dibahas pertama apakah faktor-faktor yang menyebabkan perempuan sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Kedua bagaimanakah pendapat para perempuan terhadap keterlibatannya dalam memberi nafkah untuk keluarga. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Dari hasil penelitian dapat dilihat faktor yang menyebabkan perempuan sebagai pencari nafkah dalam keluarga faktor ekonomi yaitu faktor di mana kebutuhan ekonomi yang kurang, pada zaman semakin maju dan serba mahal tentu tidak cukup jika mengandalkan penghasilan dari suami saja yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja dan ikut serta dalam memenuhi ekonomi keluarga. Pendapat para perempuan terhadap keterlibatannya dalam memberi nafkah untuk keluarga dapat disimpulkan bahwasannya para perempuan ikhlas membantu suami dalam memenuhi nafkah keluarga agar terwujudnya rumah tangga yang sejahtera sesuai dengan yang diinginkan. Di dalam Hukum Islam tidak dilarang kepada perempuan untuk membantu suaminya dalam mencari nafkah, akan tetapi mereka harus berpegang teguh kepada kodratnya sebagai seorang perempuan, sebagai perempuan dari suami dan sebagai pendidik dari anak-anak demi terciptanya keluarga ideal. Kata Kunci: perempuan, Nafkah, Keluarga
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SDN 07 AIRPURA Arlina Yuza; Dini Susanti; Siska Wulandari; Ridania Ekawati; Desminar Desminar
Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat Vol 4, No 2 (2021): Vol. 4, No. 2 Desember 2021
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/jkpu.v4i2.2935

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 07 Airpura Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam pembelajaran peserta didik kurang aktif dalam berdiskusi. Oleh karena itu berakibat kepada rendahnya hasil belajar peseta didik. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based learning di kelas IV SDN 07 Airpura Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 07 Airpura kabupaten pesisir selatan, dengan jumlah siswa 20 orang tahun ajaran 2020/2021. Penelitian dilaksanaan dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan dan penelitian ini menggunakan instrumen tes, observasi dan dokumentasi. Keberhasilan penelitian ini terus meningkat dari siklus ke siklus. Hasil RPP siklus I 75%, pada siklus II 86,25%. Aspek guru siklus I 79,69% pada siklus II 87,51%. Aspek siswa siklus I 76,57% pada siklus II 84,38%. Hasil belajar dari siklus I 69,56% pada siklus II 80,09%. Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
PEMAHAMAN KAUM IBU DALAM PENYELENGGARAAN JENAZAH (Studi Kasus Majelis Taklim Masjid Inayah) Desminar Desminar
Jurnal Kajian dan Pengembangan Umat Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3, No. 1 Juni 2020
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/jkpu.v3i1.1982

Abstract

Abstrak Penyelenggaraan jenazah merupakan fardhu kifayah bagi umat muslim, oleh karena jika jenazah sampai terlantar maka umat Islam di lokasi sekitar lingkungan jenazah tersebut berdosa. Namun demikian untuk menyelenggarakan jenazah diperlukan ilmu, keterampilan serta pesyaratan tertentu agar prosesinya terselenggara dengan baik. Di Majelis Taklim Masjid Inayah, personil yang mampu menyelenggarakan jenazah sudah mulai berkurang dan harus ada kaderisasi. Sehubungan dengan hal tersebut di Masjid Inayah telah dilaksanakan penelitian penyelenggran jenazah terhadap sejumlah anggota masyarakat baik usia muda maupun usia paruh baya, baik pria maupun wanita dengan tujuan untuk menambah kuantitas penyelenggara jenazah di desa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat memiliki pengetahuan atau pemahaman yang dalam terhadap penyelenggaraan jenazah yang telah dilaksanakan di Majelis Taklim Masjid Inayah tersebut telah diimplementasikan dan memberi dampak positif bagi masyarakat? Melalui metode deskriptif dan menggunakan teknik wawancara kepada beberapa warga masyarakat diperoleh gambaran tentang implementasi dan dampak pelatihan kaderisasi penyelenggaraan jenazah. Kata Kunci: pemahaman, majelis taklim, penyelenggaraan jenazah