Carolina Etnasari Anjaya
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene, Jakarta

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Konstruksi Identitas Kekristenan Sejati dalam Ruang Publik Virtual Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47167/kharis.v4i2.123

Abstract

Virtual public space has become a common home for religious communities and includes many social dynamics in it. Christianity is mandated by God to be able to be His representation and direct the flow of life in a virtual public space to be in accordance with His plan of salvation. This study aims to describe the construction of Christian identity in a virtual public space through the formation of a Christian community that strives together to become evangelists of the truth of God's word in virtual media. The research method is a descriptive qualitative approach, through library research techniques and direct observation in the field. The results of the study found that Christianity is not a religion, but a way of life-based on the teachings of the Bible. Therefore, it is necessary to construct identity in a virtual public space to make the Christian way of life the dominant culture in it. Identity construction can be done through the formation and unity of the Christian community. The points that can be applied are first, an active role in expressing Christian morality and values. Second, an expression that demonstrates Christian faith through example. Third, giving the fruits of the spirit that are reflected in the virtual public space. Fourth, encourage efforts to unify denominations and put Christ's teachings first. Fifth, build courage and the spirit of exploration and integration of faith values in real service in the community.  AbstrakRuang publik virtual telah menjadi rumah bersama masyarakat beragama dan menyertakan banyak dinamika sosial di dalamnya. Kekristenan diamanatkan Tuhan untuk mampu menjadi representasiNya dan mengarahkan alur kehidupan dalam ruang publik virtual agar sesuai dengan rencana keselamatanNya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi identitas Kekristenan dalam ruang publik virtual melalui pembentukan sebuah komunitas Kristen yang berjuang bersama menjadi pewarta kebenaran firman Tuhan di media virtual. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif, melalui teknik studi pustaka dan observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian menemukan bahwa Kekristenan bukan merupakan agama melainkan cara hidup yang berdasarkan ajaran Alkitab. Oleh karenanya perlu dilakukan konstruksi identitas dalam ruang publik virtual agar dapat menjadikan cara hidup Kristen tersebut sebagai budaya yang mendominasi di dalamnya. Konstruksi identitas dapat dilakukan melalui pembentukan dan kebersatuan komunitas Kristen. Poin aplikatif yang dapat dilakukan: pertama, peran aktif mengekspresikan moralitas dan nilai-nilai Kristiani. Kedua, ekspresi yang memperagakan iman Kristen melalui keteladanan. Ketiga, memberikan buah-buah roh yang tercermin dalam ruang publik virtual. Keempat, mendorong pada upaya penyatuan denominasi dan mengedepankan ajaran Kristus sebagai yang utama. Kelima, membangun keberanian dan semangat eksplorasi-integrasi nilai iman dalam pelayanan nyata di tengah masyarakat.  
Mengaktualisasikan Sila Ketiga Pancasila dalam Perspektif Iman Kristen: Refleksi Teologis tentang Kerukunan Hestyn Natal Istinatun; Andreas Fernando; Carolina Etnasari Anjaya
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.121

Abstract

The actualization of the third principle of Pancasila in the plurality of Indonesian society is a necessity, in the midst of the threat of national disintegration. In a pluralistic society, harmony is needed as the foundation for the implementation of a peaceful life. The Bible teaches that harmony is a calling in life that every believer must live. The purpose of this study is to open an understanding of what and how the task of believers is in building harmony, and how to actualize the third precepts of Pancasila in social life in accordance with Bible teachings. This study uses a descriptive qualitative method with a literature study approach. The author explores the theme of harmony and the actualization of the third principle of Pancasila from various literature, both journal articles, books, and other literature. There were also excavations of various biblical texts that describe how Christians should live to fulfill God's call to create and maintain harmony. The results of this study conclude that the actualization of the third precept can be done by building harmony through the spirit of nationalism and patriotism in accordance with Bible teachings.  AbstrakAktualisasi sila ketiga Pancasila dalam kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan suatu keniscayaan, di tengah ancaman disintegrasi bangsa. Dalam masyarakat majemuk dibutuh-kan kerukunan sebagai fondasi demi terselenggaranya kehidupan yang damai sejahtera. Alkitab mengajarkan bahwa kerukunan adalah panggilan hidup yang harus dijalankan oleh setiap orang percaya. Tujuan dari penelitian ini adalah membuka pemahaman mengenai apa dan bagaimana tugas orang percaya dalam membangun kerukunan, dan bagaimana cara mengaktualisasikan sila ketiga Pancasila dalam hidup bermasyarakat yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka. Penulis menggali tema tentang kerukunan dan aktualisasi sila ketiga Pancasila dari berbagai literatur baik artikel jurnal, buku, maupun literatur lain. Dilakukan pula penggalian berbagai teks Alkitab yang menggambarkan bagaimana orang Kristen harus hidup memenuhi panggilan Tuhan dalam mewujudkan dan menjaga kerukunan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa aktualisasi sila ketiga dapat dilakukan dengan membangun kerukunan melalui spirit nasionalisme dan sikap patriotisme yang sesuai dengan ajaran Alkitab.
Menggereja yang Ramah dalam Ruang Virtual: Aktualisasi Iman Kristen Merawat Keragaman Yonatan Alex Arifianto; Carolina Etnasari Anjaya
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.90

Abstract

In living in a virtual space, believers are required to be able to influence the values and patterns that are formed in accordance with the values of the Christian faith. The research aims to convey the principles or models of friendly church life and practical ways of carrying them out in virtual space life within the framework of religious moderation. The research method is a descriptive qualitative approach through literature study. The research concludes that a friendly church becomes a necessity for believers as a fulfillment of God's command to bring shalom and leave this world with elements of Christian faith values. The principle of a friendly church is the awareness to love God through acts of love for others and the synergy of believers in one unit, faith, and purpose in life. The praxis of a friendly church can be actualized with virtual social services in the context of contemporary issues. Believers are required to be present as a solution to various social problems. This will reduce the turbulence of the virtual space with a tendency to wickedness. This praxis can run optimally if it is supported by the synergy of believers in collaboration with various crosses: denominations, communities, professions, competencies, and generations. AbstrakDalam kehidupan di ruang virtual umat percaya dituntut untuk dapat memberikan pengaruh atas nilai-nilai dan pola yang terbentuk sesuai dengan nilai-nilai iman Kristen. Penelitian bertujuan menyampaikan prinsip atau model hidup menggereja yang ramah dan cara praksis menjalankannya dalam kehidupan ruang virtual  dalam bingkai moderasi beragama Metode riset adalah pendekatan jenis kualitatif deskriptif melalui studi pustaka. Riset memberikan simpulan  bahwa menggereja yang ramah menjadi suatu kebutuhan bagi umat percaya sebagai pemenuhan perintah Tuhan untuk membawa shalom dan mengkhamirkan dunia ini dengan unsur nilai iman Kristen. Prinsip menggereja yang ramah adalah kesadaran untuk mengasihi Tuhan melalui tindakan kasih kepada sesama dan sinergitas umat percaya dalam satu kesatuan wadah, iman dan tujuan hidup. Praksis menggereja yang ramah dapat diaktualisasikan dengan pelayanan sosial virtual dalam lingkup isu-isu kontemporer. Umat percaya dituntut untuk hadir sebagai solusi bagi pelbagai persoalan sosial. Hal ini akan meredam gejolak ruang virtual yang bertendensi pada kefasikan. Praksis tersebut dapat berjalan optimal jika didukung oleh sinergitas umat percaya dengan kolaborasi pelbagai lintas: denominasi, komunitas, profesi, kompetensi, dan generasi.
Evaluasi Program Belajar Literasi-Menulis di Prodi Magister PAK STT Ekumene Jakarta Melalui Model CIPP Andreas Fernando; Carolina Etnasari Anjaya
Jurnal Salvation Vol. 2 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (918.929 KB) | DOI: 10.56175/salvation.v2i2.39

Abstract

Abstract: This study aims to evaluate the program using the CIPP (Context Input Process and Product) model for the learning to write program in the PAK Masters Study Program, Ecumenical Theology College Jakarta, which is labeled the Active Writing Masters program. The results of this evaluation are concluded: first, in terms of context, the Master of Active Writing program is very important and needed by the PAK Masters Study Program. Second, in terms of input, the program refers to the vision and mission of the PAK Masters Study Program. Third, in terms of process, the implementation of the Master of Active Writing program has been carried out well as an extra-curricular activity. Learning materials and implementation methods are as needed. Fourth, in terms of products, the results of the program are the publication of scientific papers or student research reports in several journals. Broadly speaking, the Master of Active Writing program has answered the needs and objectives set by the PAK Masters Study Program, STT Ecumenism, Jakarta.Abstrak: Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi program dengan model Context Input Process and Product) terhadap program belajar menulis di prodi Magister PAK Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta yang diberi label program Magister Aktif Menulis. Hasil evaluasi ini disimpulkan: pertama, segi konteks, program Magister Aktif Menulis sangat penting dan dibutuhkan oleh prodi Magister PAK. Kedua, segi input, program tersebut mengacu kepada visi misi prodi Magister PAK. Ketiga, segi proses, penyelenggaraan program Magister Aktif Menulis telah dilakukan dengan baik sebagai kegiatan ekstra kurikuler. Materi pembelajaran dan metode pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan. Keempat, segi produk, hasil program tersebut yaitu diterbitkannya karya tulis ilmiah atau laporan penelitian mahasiswa pada beberapa jurnal. Secara garis besar program Magister Aktif Menulis telah menjawab kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan prodi Magister PAK STT Ekumene Jakarta.
Membangun Critical Thinking Anak Didik dalam Pendidikan Kristen Abad 21 Melalui Research Based Learning Matius I. Totok Dwikoryanto; Carolina Etnasari Anjaya; Reni Trifosa
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 6, No 1: Maret 2021
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46307/rfidei.v6i1.105

Abstract

Abad 21 membutuhkan generasi yang berpikir kritis agar mampu mengelola kehidupan dan dapat berdaya saing global. Indonesia juga mencanangkan kritis berpikir menjadi salah satu kualitas sumber daya manusia yang hendak dibangun untuk persiapkan visi Indonesia emas 2045. Berpikir kritis merupakan perintah Tuhan yang terdapat dalam Alkitab dan juga sekaligus kemampuan yang Tuhan Yesus kehendaki bagi setiap umat percaya. Tuhan Yesus membentuk pola pembelajaran yang menstimulus para muridNya untuk kritis berpikir. Artikel ini disusun sebagai penelitian kualitatif, dengan teknik studi pustaka. Tujuan penelitian ini hendak memberikan pemahaman mengenai berpikir kritis sesuai perspektif pendidikan Kristen dan memberikan pemahaman sisi praksis bagaimana berpikir kritis dapat dibangun dan dikembangkan dalam pendidikan Kristen. Hasil riset menemukan bahwa berpikir kritis tidak dapat muncul dengan sendirinya namun membutuhkan pengajaran dan pelatihan, untuk itulah pendidikan Kristen berperan penting dalam menumbuhkan kemampuan ini. Pendidikan Kristen membentuk pemikir kritis yang fokus kepada Tuhan dan membangun refleksi-refleksi positif terkait keberadaan Tuhan. Melalui hal itu pemikir kritis yang beriman akan dapat mengalami dan menjumpai Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan. Metode pembelajaran di sekolah yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kritis berpikir adalah melalui pembelajaran berbasis penelitian dengan pemanfaatan teknologi. Secara ringkas metode pembelajaran berbasis penelitian dapat dilakukan langkah: Satu, dorong anak untuk peka terhadap kondisi sekitar untuk menemukan masalah. Dua, berikan rangsangan untuk mengamati kondisi tersebut dan melakukan analisa sederhana melalui pertanyaan dan diskusi. Tiga, ajarkan anak membangun hipotesis sederhana. Empat, dorong anak mencari alternatif solusi dan refleksi. Lima, ajarkan proses evaluasi. Sedangkan langkah paling sederhana dalam penerapannya adalah tahap pengamatan, refleksi dan evaluasi dan dapat dikembangkan sesuai jenjang pendidikan. Pendidikan Kristen membangun  jiwa penelitian yang berlandaskan iman Kristen sehingga kehidupan anak didik akan terus fokus kepada Tuhan,  mampu memiliki refleksi positif dalam setiap peristiwa hidup dan menemukan Tuhan dalamnya.
Generasi yang Unggul dalam Iman, Ilmu, dan Pengabdian di Era Industri 4.0 Andrias Pujiono; Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 5, No 1: Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v5i1.143

Abstract

Industrial era 4.0 contains challenges and opportunities. But behind this condition, there are believers, including Christian Religious Education (PAK) teachers and pastors who are stuttering about technology. Instead of studying or catching up, many scholars hide behind their age, limited facilities, and other factors. But in fact, it is mostly caused by a reluctance to learn. In fact, in order to meet the needs of this era, superior humans are needed. These advantages include skills or optimal conditions in faith, knowledge, and devotion. The qualitative descriptive method is the approach used in this article. This article aims to describe the meaning of the superior generation in the industrial era 4.0 and how to achieve it. In the conclusion, it is explained that a superior person will develop faith, and knowledge and try to make a greater contribution to the Christian faith community and society at large. Being such a person in the era of the industrial revolution 4.0 is increasingly easy to achieve through the use of technology and a new basic mindset, namely: a growth mindset. Reluctance to grow to become a superior person is unfair behavior. Individuals who stagnate will sink into laziness or a reluctance to learn and change. Personal excellence never stops the process, and it will have a significant impact on the world. AbstrakEra industri 4.0 memuat tantangan dan kesempatan. Namun, balik kondisi itu terdapat umat percaya, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan pendeta yang gagap terhadap teknologi. Alih-alih belajar atau mengejar ketertinggalan, banyak sarjana yang bersembunyi dibalik faktor umur, terbatasnya fasilitas dan faktor lainnya. Namun, hal itu lebih banyak disebabkan oleh keengganan untuk belajar. Padahal agar dapat memenuhi kebutuhan era ini, dibutuhkan manusia unggul. Keunggulan tersebut meliputi kecakapan atau kondisi optimal dalam iman, ilmu dan pengabdian. Metode deskriptif kualitatif merupakan pendekatan yang dipergunakan dalam artikel ini. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan makna generasi unggul di era industri 4.0 dan bagaimana cara mencapainya. Dalam kesimpulan dipaparkan bahwa pribadi unggul akan mengembangkan iman, ilmu dan berusaha memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap komunitas iman Kristen dan masyarakat luas. Menjadi pribadi yang demikian di era revolusi industri 4.0 semakin mudah tergapai melalui pemanfaatan teknologi dan sebuah dasar pola pikir baru yaitu: mindset tumbuh. Sikap enggan bertumbuh untuk menjadi pribadi yang unggul adalah tindakan tidak adil; sebaliknya, yang malas dan enggan belajar akan menjadi mandek atau mengalami kemandekan. Pribadi yang unggul tidak pernah berhenti berproses dan hal itu akan memberi dampak signifikan bagi dunia.
Resiliensi Iman Kristen dalam Refleksi Kehidupan Habakuk Andreas Fernando; Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.36

Abstract

The ministry and life of the prophet Habakkuk occurred in difficult times, but these conditions shaped the solidity of his faith in God. The prophet Habakkuk's response to the current situation can be a reflection and an example for God's people who live in today's era. This study aims to describe Habakkuk's experience of faith and provide his reflection on God's people so that they can have faith resilience when facing difficult situations and injustices in life. Qualitative methods are used in this study with a literature study approach and narrative excavation in the book of Habakkuk. The study yielded an understanding that all the problems, crushes, and burdens of life's questions actually led the prophet Habakkuk to seek and find God so that he obtained answers to questions, strength, guidance, and strength of faith from Him. This pattern can be applied in the lives of believers when faced with difficult situations and injustice through five steps of strengthening faith. First, open communication with God through the expression of the heart. Second, diligently waiting for God's answer by transforming the perspective from a human perspective to God's perspective. Third, to be His witness so that through the life experiences they go through, they can bring themselves and others to know God better. Fourth, patiently waiting for God's time for His help and acts of justice through prayer and thanksgiving. Fifth. Faith resilience will be formed when believers depend on God - rely on Him completely and make Him a source of strength.  AbstrakPelayanan dan kehidupan nabi Habakuk terjadi dalam masa yang sulit, namun justru kondisi itu membentuk kekokohan imannya di dalam Tuhan. Respons nabi Habakuk atas keadaan yang terjadi dapat menjadi refleksi dan teladan bagi umat Tuhan yang hidup di zaman ini. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan pengalaman iman Habakuk dan memberikan refleksinya bagi umat Tuhan agar dapat memiliki resiliensi iman ketika menghadapi situasi sulit dan ketidakadilan dalam hidup ini. Metode kualitatif dipergunakan dalam kajian ini dengan pendekatan studi pustaka dan penggalian narasi pada kitab Habakuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa segala persoalan, himpitan dan beban pertanyaan kehidupan justru membawa nabi Habakuk mencari dan menemukan Tuhan sehingga diperolehnya jawaban pertanyaan, kekuatan, tuntunan dan kekuatan iman dariNya. Pola ini dapat diterapkan dalam kehidupan orang percaya ketika menghadapi situasi sulit dan ketidakadilan melalui lima langkah penguatan iman. Pertama, membuka komunikasi dengan Tuhan melalui ungkapan hati. Kedua, transformasi cara pandang dari perspektif manusia kepada perspektif Tuhan. Ketiga, menjadi saksiNya agar melalui pengalaman kehidupan yang dilalui dapat membawa diri dan orang lain lebih mengenal Tuhan. Keempat, bersabar menantikan waktu Tuhan atas pertolongan dan tindakan keadilanNya melalui doa dan ucapan syukur. Kelima, resiliensi iman akan terbentuk tatkala umat percaya bergantung kepada Tuhan-mengandalkanNya secara penuh dan menjadikanNya sumber kekuatan. 
Manifestasi Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Kehidupan Virtual Remaja Kristen Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
Alucio Dei Vol 6 No 2 (2022): Alucio Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55962/aluciodei.v6i2.6

Abstract

Amanat Agung Tuhan mengandung inti perintah untuk menjadikan semua bangsa menjadi segambar dan serupa denganNya. Ruang virtual menjadi wahana yang strategis bagi kaum remaja dalam merealisasikan amanat agung tersebut di era modern ini. Ruang virtual akan mengalirkan ajaran Tuhan ke seluruh dunia secara cepat dan berdampak kuat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi literatur dengan tema yang relevan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara rinci tindakan konkrit para remaja dalam melaksanakan aktualisasi amanat agung Tuhan melalui ruang virtual dan berbagai dampaknya.Hasil penelitian mencatat dua prinsip dalam melaksanakan amanat agung yaitu pertama, kesediaan memuridkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum memuridkan orang lain. Kedua, membantu orang lain menjadi murid Kristus dan menjadi teladan. Tindakan konkrit prinsip pertama adalah: satu, membekali diri dengan menggali pengetahuan tentang kebenaran firman Tuhan. Dua, memupuk kasih kepada Tuhan dan sesama melalui ruang virtual. Tiga, menampilkan diri sebagai representasi Tuhan dalam ruang virtual melalui kekudusan perkataan, tulisan, dan tindakan. Tindakan konkrit prinsip kedua: satu, senantiasa aktif sebagai saksi Tuhan di ruang virtual. Dua, mampu menyalurkan semangat, pola pikir dan kehidupan yang positif bagi lingkungan dunia virtual. Tiga, aktif membuat dan membagikan konten-konten mengenai ajaran Tuhan Yesus melalui berbagai platform yang ada. Empat, menempatkan media virtual sebagai ruang untuk Tuhan semata, bukan untuk tujuan ekspresi diri dan pemenuhan kebutuhan duniawi. Lima, membangun komunitas remaja virtual untuk dapat menyebarkan ajaran Tuhan Yesus ke seluruh dunia. Implikasi yang akan terbangun antara lain; satu, nilai-nilai Kekristenan akan dikenal dan menjadi identitas yang kuat. Dua, kebenaran Tuhan Yesus akan terkonfirmasi jelas dalam ruang virtual. Tiga, firman Tuhan akan diberitakan sampai ujung dunia. Empat, akan terbangun budaya Kekristenan dalam ruang virtual demi terwujudnya budaya bangsa. Lima, terlahir generasi muda yang takut akan Tuhan di muka bumi ini.
Fenomena Doktrin Virtual Masa Kini Berdasarkan Kajian Teologis Kritis Matius 23:13-33 Sumiyati Sumiyati; Carolina Etnasari Anjaya
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 2 (2022): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.708 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i2.223

Abstract

True doctrine contains real energy and events as a character-spirit changer of listeners. When the doctrine taught is not put into practice by the preacher then the doctrine is not real or virtual, because it does not impartation and is powerless to change. This study aims to describe the meaning of virtual doctrine based on a study of Matthew 23:13-33 and its impact on the development of the Christian faith. The research method uses a qualitative approach with literature study and interpretation of the biblical text. Data were also obtained through direct observation and interviews in the field. The results of the study conclude that the phenomenon of virtual doctrine can have a fatal impact on the development of the congregation's faith. Therefore, spiritual leaders need to reflect and change themselves so that they are able to live the teachings they convey and in the end can become living examples.
Refleksi Kehidupan melalui Tripusat Iman Hana dalam Narasi 1 Samuel 1:1-28 Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto; Samuel Purdaryanto
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 1: Desember 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v4i1.52

Abstract

The stability of faith is a vital necessity in human life, especially when facing difficult or complex situations. This study aims to describe Hana's steadfast belief in living a stressful life and outline her theological reflections on the lives of today's believers. The method used in this study is descriptive qualitative with a narrative analysis approach to the Bible text 1 Samuel 1:1-28. The study results show that Hana's faith is built by the tri-center synergy of faith: first, remain grateful for whatever happens. Second, keep earnestly hoping and trusting God fully. Third, stay focused and faithful to do your part.   AbstrakKekokohan iman merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan manusia, terlebih ketika menghadapi situasi sulit atau berat. Kajian ini bertujuan memberikan deskripsi tentang keteguhan iman Hana dalam menjalani  hidup yang penuh tekanan dan menguraikan refleksi teologisnya bagi kehidupan umat percaya masa kini. Metode yang dipergunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif terhadap teks Alkitab 1 Samuel 1:1-28. Hasil kajian menunjukkan bahwa iman Hana dibangun oleh sinergitas tripusat iman yaitu: pertama, tetap bersyukur atas apapun yang terjadi. Kedua, tetap bersungguh-sungguh berharap dan percaya penuh kepada Tuhan. Ketiga, tetap fokus dan setia melakukan bagiannya.