Widi Sukmawati Trisnatul Rohma
Universitas Muhammadiyah Malang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Komodifikasi mitos Eyang Sapu Jagad sebagai promosi wisata dan daya tarik pengunjung di Kabupaten Malang Widi Sukmawati Trisnatul Rohma; Eggy Fajar Andalas
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 5 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v5i2.17440

Abstract

Mitos Eyang Sapu Jagad adalah sastra lisan milik masyarakat Dusun Ubalan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Keberadaan mitos ini penting bagi kehidupan masyarakat karena dianggap memiliki nilai spiritual sekaligus dapat menjadi daya tarik wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan transformasi peninggalan Eyang Sapu Jagad sebagai alat promosi dan daya tarik wisata serta memaparkan tipe pengunjung berdasarkan motif yang mendasarinya datang. Penelitian menggunakan desain deskriptif-kualitatif dengan pendekatan sastra pariwisata. Sumber data penelitian ialah informan dari Dusun Ubalan dan berbagai daerah, catatan observasi, dan dokumentasi. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak terstruktur, observasi non partisipan, dokumentasi, perekaman, dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petilasan Eyang Sapu Jagad berupa “Sumber Umbulan” yang menjadi daya tarik pengunjung datang melakukan ritual pada malam jumat legi dan bulan Selo, telah dikomodifikasikan oleh pengelola wisata yang terdiri dari masyarakat Dusun Ubalan menjadi wisata religi bernama “Sumber Umbulrejo”. Komodifikasi dilakukan dengan menyediakan fasilitas utama seperti pesarean dan bilik mandi untuk melakukan ritual sakral, serta fasilitas pendukung seperti dua kolam renang, destinasi kreatif spot foto, tempat kuliner, akses jalan, lahan parkir, dan loket karcis. Sajian dua fasilitas tersebut mengakibatkan dualitas tipe pengunjung yakni pengunjung pilgrimis dan pengunjung generalis. Dapat disimpulkan adanya komodifikasi tidak menyebabkan hilangnya nilai kesakralan pada mitos, tetapi memperluas jaringan ekonomi-sosial masyarakat sekitar.       The myth of Eyang Sapu Jagad is an oral literature belonging to the people of Dusun Ubalan, Malang Regency, East Java Province. The existence of myths is important for people's lives because they are considered to have spiritual value as well as being a tourist attraction to improve the economy of the surrounding community.. This study aims to describe the transformation of Eyang Sapu Jagad heritage as a promotional tool and tourist attraction and to describe the types of visitors based on the underlying motive for coming. The research uses a descriptive-qualitative design with a tourism literature approach. Sources of research data are informants from Ubalan Hamlet and various regions, observation notes, and documentation. Data were collected by using unstructured interview techniques, non-participant observation, documentation, recording, and recording. The results showed that the petilasan of Eyang Sapu Jagad in the form of "Sumber Umbulan" which became an attraction for visitors to come to perform rituals on the night of Friday Legi and the month of Selo, had been commodified by the tour manager consisting of the people of Dusun Ubalan into a religious tour called "Sumber Umbulrejo". The commodification is carried out by providing main facilities such as boarding and bathing rooms to perform sacred rituals, as well as supporting facilities such as two swimming pools, creative photo spots destinations, culinary places, road access, parking lots, and ticket booths. The presentation of these two facilities resulted in a duality of types of visitors, namely pilgrim visitors and generalist visitors. It can be concluded that the existence of commodification does not cause the loss of the sacred value of the myth, but expands the socio-economic network of the surrounding community.
Tuturan Perintah Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT) di SD Negeri 01 Maguan Widi Sukmawati Trisnatul Rohma; Arti Prihatini
ESTETIK : Jurnal Bahasa Indonesia Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (iAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/estetik.v5i1.4121

Abstract

The teacher's orders are verbal tactics used to condition the learning process and encourage students to do something. This study aims to determine the types and functions of teacher orders in class IV in Indonesian language subjects at SD Negeri 01 Maguan, Malang Regency and describe the application, advantages, and disadvantages of the lecture method plus questions and answers and assignments (CPTT) used by teachers. The study used a qualitative descriptive design with an ethnographic communication approach. The source of the research data is the speech of the fourth-grade Indonesian teacher at SDN 01 Maguan, Malang Regency. Data were collected by using observation, recording, and recording techniques. The data analysis technique was carried out by recording all the speeches of teachers and students in class IV SDN 01 Maguan, analyzing, and classifying the speech data of teacher orders related to the lecture method plus questions and answers and assignments. The results showed that there were 4 types of command utterances in the form of imperative sentences of orders, requests, appeals, and invitations. The CPTT method is used to provide some knowledge to students so that the learning process can take place effectively and efficiently. The use of the CPTT method shows its advantages, namely that teachers can directly measure the level of understanding of students through the question-and-answer process and assignments. And there is a weakness that students become passive because learning is centered on the teacher's lecture
Nilai Moral dalam Naskah Drama "Sang Mandor" Karya Rahman Arge Widi Sukmawati Trisnatul Rohma; Hidayah Budi Qur'ani
Literasi : Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pembelajarannya Vol 6, No 2 (2022): JURNAL LITERASI OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.044 KB) | DOI: 10.25157/literasi.v6i2.7149

Abstract

Nilai moral dalam cerpen merupakan sejumlah pesan yang disiratkan pengarang dalam  karya sastranya agar diresapi dan diteladani oleh pembaca. Pengarang memanfaatkan berbagai karya sastra sebagai media penanaman nilai moral pada pembacanya. Karya sastra berupa naskah drama “Sang Mandor” karya Rahman Arge ini sarat akan berbagai nilai moral di dalamnya dengan menceritakan kisah pilu sebuah keluarga yang angkuh dan gila harta. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk nilai moral yang terkandung dalam naskah drama “Sang Mandor” karya Rahman Arge. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Analisis data menggunakan teknik analisis isi dalam karya sastra. Hasil penelitian ditemukan adanya bentuk-bentuk nilai moral yang baik dan buruk dalam naskah drama “Sang Mandor” yang dibagi ke dalam tiga kriteria berikut, 1) Perwujudan nilai-nilai moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri, meliputi a) sifat angkuh (2) Perwujudan nilai-nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial, meliputi a) peduli terhadap suami, b) sabar, c) tidak menghargai istri, d) tidak setia terhadap istri, e) tidak menjaga amanah orang tua, dan f) perkelahian, (3) Perwujudan nilai-nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan terlihat dari a) bentuk perilaku menyadari adanya Tuhan.
Kritik Sosial dalam Puisi “Berikan Aku Keadilan” Karya Fitri Nganthi Wani dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Widi Sukmawati Trisnatul Rohma; Hidayah Budi Qur'ani
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 11, No 2 (2022): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v11i2.3361

Abstract

Social criticism in poetry is the author's strategy to respond various problems that exist in society. The poem "Give Me Justice" by Fitri Nganthi Wani is interesting to study because it is considered a form of social criticism that represents the voice of the community with a picture of the impact of the riots during the New Order era, especially family disorganization. This is illustrated through the suffering of the author's life which is also felt by the same fate and struggle. This study aims to describe the various forms of social criticism in the poem and their relevance to literature learning in high school. The study used a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach, while data collection technique was carried out by note-taking because it was in writing form. The content analysis technique to analyze the data. The results showed that there were three forms of social criticism, namely (1) social criticism of the arbitrariness of state officials, (2) social criticism in the form of family disorganization, and (3) social criticism of government injustice. The social critique in this poem can be used as a reference for literature learning teaching materials, both in the 2013 curriculum and the independent curriculum in high school. AbstrakKritik sosial dalam puisi menjadi siasat pengarang untuk memberikan tanggapannya terhadap berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Puisi Berikan Aku Keadilan karya Fitri Nganthi Wani menarik untuk diteliti karena dianggap sebagai bentuk kritik sosial yang mewakili suara masyarakat dengan gambaran dampak kerusuhan masa Orde Baru, utamanya disorganisasi keluarga. Hal tersebut digambarkan melalui derita hidup pengarang yang juga dirasakan kaum senasib dan seperjuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk kritik sosial dalam puisi Berikan Aku Keadilan dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak catat karena data berupa tulisan, sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan tiga macam bentuk kritik sosial yaitu, (1) kritik sosial terhadap kesewenang-wenangan aparat negara, (2) kritik sosial dalam bentuk disorganisasi keluarga, dan (3) kritik sosial terhadap ketidakadilan pemerintah. Kritik sosial dalam puisi ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bahan ajar pembelajaran sastra, baik dalam kurikulum 2013 maupun kurikulum merdeka di tingkat SMA.