Claim Missing Document
Check
Articles

EDUKASI PHBS VIA DARING PADA REMAJA DIMASA PANDEMI COVID-19 Dewi Indriani; Rahma Listyandini
PKM-P Vol 4 No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : LPPM UIKA Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/pkm-p.v4i2.748

Abstract

Masalah kesehatan seringkali muncul di masyarakat tanpa disadari dan diketahui penyebabnya. Hal tersebut terjadi karena faktor pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan orientasi hidup sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat. Pola hidup sehat seharusnya sudah menjadi kebiasaan baru untuk masyarahat Indonesia di masa Pandemi Covid-19 ini. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan upaya preventif pencegahan di masa pandemic covid-19. Pemerintah sudah lama menjalankan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui kegiatan promosi kesehatan namun hasilnya belum cukup optimal. Tujuan pengabdian masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama para remaja mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di desa Leuwisadeng yaitu mengedukasi kesehatan kepada remaja tentang Perilaku Kesehatan Bersih dan Sehat (PHBS). Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terutama remaja yang berada di desa leuwisadeng tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat pentingnya berolahraga secara teratur, memakan buah-buahan dan sayur sayuran, tidak merokok didalam rumah, menggunakan air bersih serta pentingnya menggunakan jamban sehat.
PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI KERAJINAN TANGAN BERNILAI EKONOMIS SEBAGAI IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SAMPAH BAGI MASYARAKAT Siti Nurhasanah; Rahma Listyandini
PKM-P Vol 6 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : LPPM UIKA Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/pkm-p.v6i1.1155

Abstract

Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti selama manusia tetap ada. Dapat dibayangkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghuni bumi akan semakin meningkat. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga. Masyarakat yang berada di Kampung Baresga RW 02 belum memanfaatakan sampah anorganik. Pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk kerajinan tangan dalam rangka meminimalkan sampah plastik tentunya akan sangat bermanfaat. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan masyarakat mengenai pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk daur ulang yang berguna bernilai ekonomis. Metode yang dilakukan adalah penyuluhan, pelatihan dan praktik langsung, dengan menggunakan media powerpoint dan poster. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan kurang lebih selama 3 hari pada tanggal 10, 17 September 2021 untuk penyuluhan kewirausahaan, pengolahan sampah kemudian pada tanggal 19 September 2021 untuk pelatihan pemanfaatan sampah anorganik. Hasil Pelatihan yang telah dilaksanakan berjalan dengan lancar dan sukses dengan parameter bahwa meningkatnya pengetahuan, keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan sampah anorganik untuk dijadikan kerajinan tangan. Kesimpulannya dengan adanya kegiatan tersebut masyarakat menjadi lebih peduli dan ramah akan lingkungan, seperti memilah sampah dan mempergunakan kembali sampah yang masih dapat diolah menjadi barang yang bernilai guna.
PEMBENTUKAN KADER REMAJA DENGAN PROGRAM REKREASI SECARA DARING Jihan Novianti Djunaedi; Rahma Listyandini
PKM-P Vol 4 No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : LPPM UIKA Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/pkm-p.v4i2.751

Abstract

Kader remaja merupakan kader yang dipilih atau sukarela untuk ikut melaksanakan upaya pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga, serta masyarakat. Kegiatan ini merupakan program pemberdayaan masyarakat dengan sasaran remaja yang nantinya dapat bermanfaat dalam penerapan kebiasaan baik seperti Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Konsumsi Gizi Seimbang terhadap kesehatan diri sendiri maupun orang lain juga . Program ini dinamakan program REKREASI yaitu program yang dibuat dengan tujuan agar remaja dapat aktif dan informatif serta senang untuk terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat ini. Program ini dilakukan dengan metode daring melalui aplikasi online seperti Whatsapp dan Zoom, Hasil dari program ini yaitu dapat meningkatan pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku hidup bersih dan sehat serta tentang gizi seimbang juga meningkatkan pengetahuan tentang kader remaja dan meningkatkan ketertarikan remaja untuk menjadi kader.
ASUPAN MAKAN, STRESS, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM METABOLIK PADA PEKERJA DI JAKARTA Rahma Listyandini; Fenti Dewi Pertiwi; Dian Puspa Riana
AN-NUR: Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2020): Annur:Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/an-nur, 1, 1, 19-32

Abstract

Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular terus meningkat, utamanya pada hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus. Sindrom metabolik ditandai dengan sekumpulan gejala seperti obesitas sentral, dislipidemia, hipertensi, dan resistensi insulin. Pekerja kantoran di wilayah urban diketahui lebih berisiko mengalami sindrom metabolik dibandingkan di wilaya rural. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan usia, jenis kelamin, stress, asupan makan, dan aktivitas fisik, dengan sindrom metabolik pada pekerja. Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross-sectional. Sampel terdiri dari 256 pekerja. Data penelitian didapat melalui rekam medis kesehatan pekerja dan kuesioner. Hasil penelitian ini ditemukan Sebanyak 38,7% pekerja mengalami sindrom metabolik. Ada hubungan antara umur (p=0,0005), lama kerja (p=0,0005), asupan karbohidrat (p=0,032), dan aktivitas fisik (p=0,003), dengan sindrom metabolik pada pekerja.  Perlu dilakukan perbaikan manajemen asupan makan, utamanya karbohidrat dan perlu membuat program peningkatan aktivitas fisik pada pekerja kantoran.Kata Kunci: Asupan Makan; Stress; Aktivitas Fisik; Sindrom Metabolik---Riskesdas 2018 have reported increasing prevalence of noncommunicable disease such as hypertension, obesity, and diabetes mellitus. Metabolic syndrome is cluster of abdominal obesity, dyslipidemia, hypertension, and insulin resistence. Risk of metabolic syndrome among workers in urban is higher than workers in rural area. Objective this research to identify relationship between age, sex, stress, food intake, physical activity, and metabolic syndrome.  It was observational study with cross sectional design. It consisted of 256 samples. Data was obtain from workers medical record and questionnaire. Prevalence of metabolic syndrome among workers was 38,7%. There were significant relationship between age (p=0,0005), work period (p=0,0005) carbohydrate intake (p=0,032), and physical activity (p=0,003), with metabolic syndrome among workers. Conclusion, We need to improve food intake management, especially for carbohydrate intake, and also creating program to increase physical activity among workers.Keywords: Food intake; stress; physical activity; metabolic syndrome
Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil antara Anak Bawah Dua Tahun (BADUTA) Stunting dan Normal Tika Noor Prastia; Rahma Listyandini
Journal of Health Science and Prevention Vol. 4 No. 2 (2020): JHSP Vol 4 No 2 - 2020
Publisher : State Islamic University of Sunan Ampel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/jhsp.v4i2.408

Abstract

Stunting is a chronic malnutrition that occur intergeneration. Mothers who experience with malnutrition are giving children at risk of stunting. This condition contributes to decreasing the quality of human resources and increasing morbidity and mortality. The purpose of this study was to determine differences in hemoglobin levels and upper arm circumference of pregnant women between stunted and normal in children under two years in the working area of Cibungbulang Public Health Center, Bogor Regency. The research design was descriptive analytic with cross sectional approach. The total sample of 115 respondents obtained by purposive sampling technique. The results showed that there were no differences in hemoglobin levels (p-value = 0.835) and upper arm circumference (p-value = 0.114) during pregnancy between stunting and normal children under 2 years. Stunting needs to be more focused not only on the pre-conception period but the improvement of nutrition during the first 1000 days of life because this period is a catch-up period and determines the quality of the individual in the next phase of life.
The Dominant factor of metabolic syndrome among office workers Rahma Listyandini; Fenti Dewi Pertiwi; Dian Puspa Riana; Widya Asih Lestari
Journal of Health Science and Prevention Vol. 5 No. 1 (2021): JHSP Vol 5 No 1 - 2021
Publisher : State Islamic University of Sunan Ampel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/jhsp.v5i1.421

Abstract

The prevalence of metabolic syndrome in workers is high. Its impact can lower health status and disrupt work productivity. This research aimed to identify the dominant factor of metabolic syndrome among workers in government agencies of the Tanjung Priok port, Jakarta. The research method used descriptive- analytic with a cross-sectional design. The study used secondary data from medical check-up records of 256 workers in Port of Tanjung Priok. The inclusion criteria was all employees who had a medical check-up. Exclusion criteria was pregnancy and individuals with too much missing or poorly recorded information. The chi-square test and binary logistic regression were applied for analysis. The study found that metabolic syndrome prevalence was quite high in workers (38.7%). The results of a multivariate analysis showed physical activity (p = 0,003, OR = 2,238), total energy (P = 0,038, OR = 1,960), and carbohydrate intake (p = 0,014, OR = 0,490), together became the risk factor of the metabolic syndrome among workers. The dominant factor of metabolic syndrome was physical activity. The worker was susceptible to low physical activity so that the risk of metabolic syndrome was quite high. The company should improve the health promotion program in the workplace with regular screening, improved physical activity and provide a healthy meal to prevent metabolic syndrome in workers.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI PABRIK PUPUK NPK Rahma Listyandini; Tjipto Suwandi
HEARTY Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.012 KB) | DOI: 10.32832/hearty.v7i1.2299

Abstract

Kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh 88% tindakan tidak aman dan 10% kondisi tidak aman, serta 2% tidak dapat dihindarkan. Tindakan tidak aman adalah kesalahan dan pelanggaran peraturan yang dapat menyebabkankecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman di pabrik pupuk Nitrogen, Fosfor, Kalium (NPK) PT. X. Penelitian ini menggunakan metode observasional denganrancang bangun cross sectional. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Jumlah responden sebesar 65 pekerja. Analisis data menggunakan uji Chi Square (? = 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara predisposing factor: umur (p=0,144), tingkat pendidikan (p=1,000), masa kerja (p=0,462), pengetahuan (p=0,287), sikap (p=1,000), dan keterampilan (p=0,663) dengan tindakan tidak aman. Namun, adahubungan yang signifikan antara enabling factor: APD (Alat Pelindung Diri) (p=0,000) dan reinforcing factor: pengawasan (p=0,000) dan safety talk (p=0,000) dengan tindakan tidak aman. Kesimpulannya, ketersediaan APD,pengawasan, dan safety talk berhubungan dengan tindakan tidak aman. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pekerja dengan memberikan pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja),menggiatkan safety talk, serta menyediakan goggle untuk meningkatkan tindakan aman
KERAGAMAN PANGAN BERHUBUNGAN DENGAN STUNTING PADA ANAK USIA 6-24 BULAN Tika Noor Prastia; Rahma Listyandini
HEARTY Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/hearty.v8i1.3631

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Prevalensi stunting pada usia baduta secara nasional masih cukup tinggi mencapai 30,8%. Pada periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa kejar tumbuh yang menentukan status kesehatan anak pada periode kehidupan selanjutnya. Pemberian makanan yang beragam diperlukan anak karena memiliki berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Riset ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara keragaman pangan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan.. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi yaitu ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di wilayah Puskesmas Cibungbulang dengan jumlah sampel 90 responden yang diambil melalui purposive sampling. Data diolah melalui uji univariat dan uji bivariat chi-square. Hasil pengolahan data penelitian diketahui sebanyak 24,4% anak mengalami stunting dan terdapat hubungan keragaman pangan dengan kejadian stunting (p-value=0,047). Memberikan jenis pangan yang beragam kepada anak membantu memenuhi kebutuhan berbagai zat gizi untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.
ASPEK DOMINAN PENYEBAB STRES KERJA PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM BOGOR TAHUN 2020 Diki Dwi Wahyudi Arrahim; Rubi Ginanjar; Rahma Listyandini
PROMOTOR Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.025 KB) | DOI: 10.32832/pro.v4i2.5575

Abstract

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan utama dalam fasilitas kesehatan seperti rumah sakit yang bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. Dengan tanggungjawab yang berat profesi perawat rentan terhadap stres yang berisiko bagi kesehatan dan keselamatanya. Jika melebihi kapasitas, sumber daya, dan kemampuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek dominan penyebab stress kerja pada perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Bogor Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 69 orang. Dengan jumlah sampel 59 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu Purposive Sampling. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder didapat dari data pada bagian keperawatan serta studi pustaka. Hasil analisis data penelitian menggunakan aplikasi statistik dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapat bahwa perawat yang mengalami stres ringan sebanyak 38 orang (64,4%) dan yang mengalami stres berat sebanyak 21 orang (35,6%). Perawat usia 20-40 tahun 19 orang (90,5%) mengalami stres berat dan 35 orang (92,1%) mengalami stres ringan, sedangkan usia >40 tahun 2 orang (9,5%) stres berat dan 3 orang (7,9%) stres ringan. Perawat jenis kelamin laki-laki 5 orang (45,5%) mengalami stres berat dan mengalami stres ringan sebanyak 6 orang (54,5%), sedangkan perawat perempuan dengan 16 orang (33,3%) stres berat dan stres ringan sebanyak 32 orang (66,7%). Perawat S1 Ners dengan 2 orang (50,0%) mengalami stres berat dan 2 orang (50,0%) mengalami stres ringan, sedangkan perawat D3 keperawatan dengan 19 orang (34,5%) stres berat dan 36 orang (65,5%) stres ringan. Perawat dengan beban kerja ringan mengalami stres berat sebanyak 9 orang (33,3%) dan mengalami stres ringan 18 orang (66,7%), sedangkan 32 perawat dengan beban kerja berat mengalam stres berat 12 orang (37,5%) dan stres ringan 20 orang (62,5%). Perawat shift kerja buruk 1 orang (16,7%) mengalami stres berat dan 5 orang (83,3%) mengalami stres ringan, sedangkan perawat dengan shift kerja baik 20 orang (37,7%) stres berat dan 33 orang (62,3%) stres ringan. Perawat dengan hubungan yang buruk mengalami stres berat sebanyak 13 orang (32,5%) dan mengalami stres ringan sebanyak 27 orang (67,5%), sedangkan perawat dengan hubungan pekerjaan baik stres berat sebanyak 8 orang (42,1%) dan stres ringan sebanyak 11 orang (57,9%). Perawat dengan pengembangan karier buruk mengalami stres berat sebanyak 17 orang (37,0%) dan mengalami stres ringan sebanyak 29 orang (63,0%), sedangkan perawat dengan pengembangan karier baik 4 orang (30,8%) stres berat dan 9 orang (69,2%) stres ringan. Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dari tiap varabel (usia, jenis kelamin, tigkat pendidikan, beban kerja, shift kerja, hubungan dalam pekerjaan dan pengembangan karier) dengan stres kerja pada perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Bogor dengan nilai p-value (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, beban kerja, shift kerja, hubungan dalam pekerjaan dan pengembangan karier) dengan stres kerja pada perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Bogor Tahun 2020. Tingkat stres kerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Islam Bogor masih dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan masalah yang begitu besar.
HUBUNGAN IKLIM LINGKUNGAN KERJA DENGAN KONDISI FISIOLOGIS PEKERJA DI HOME INDUSTRY PEMBUATAN SANDAL RW 04 KELURAHAN PAMOYANAN KECAMATAN BOGOR SELATAN KOTA BOGOR TAHUN 2019 Risma Auliya Permana; Andi Asnifatima; Rahma Listyandini
PROMOTOR Vol 2 No 5 (2019)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.776 KB) | DOI: 10.32832/pro.v2i5.2530

Abstract

Iklim lingkungan kerja dengan kondisi yang tidak nyaman dapat mempengaruhi kondisi fisiologis tubuh seperti peningkatan suhu tubuh, tekanan darah dan keringat. Hal ini juga dapat dipengaruhi  oleh karakteristik pekerja seperti umur, laju metabolik,durasi kerja. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kondisi fisiologis pada pekerja home industry pembuatan sandal RW 04 Kelurahan Pamoyanan Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Populasi sebanyak 25 bengkel kerja dengan jumlah sampel 69 responden. Teknik nonprobability. Alat yang digunakanadalah lembar kuesioner dan alat untuk mengukur suhu tubuh yaitu thermometer infrared untuk tekanan darah spignomanometer serta Wet Bulb Globe Temperature mengukur iklim lingkungan kerja. Analisis data dilakukan dengan uji statistic chi-square. Hasil penelitian ini menunjukanbahwa hubungan indeks suhu basah dan bola (p-value=0,001), laju metabolik (p-value 0,002), durasi kerja (p-value=0,024) dengan kondisi fisiologis pekerja. Tidak ada hubungan umur (pvalue=0,751). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah semakin indeks suhu basah dan bola yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dan laju metabolik kategori sedang, beresiko terhadap penurunan kondisi fisiologis tubuh yaitu perubahan suhu tubuh,tekanan darah dan keringat. Disarankan agar pekerja memaksimalkan waktu istirahat optimal mungkin guna mengindari adanya perubahan pada kondisi fisiologis. Saran Memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin agar stamina tetap terjaga guna menghindari hal yang dapat meningkatan perubahan pada kondisi  fisiologis.