Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

RESENSI BUKU: Studi Manajemen Media: Dari Mana Berangkat? Puji Rianto
Jurnal Komunikasi Vol. 4 No. 2 (2010): Volume 4, Nomor 2, April 2010
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
Opini Publik, Agenda Setting, dan Kebijakan Publik Puji Rianto
Jurnal Komunikasi Vol. 5 No. 1 (2010): Volume 5, Nomor 1, Oktober 2010
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article is based on the theory that public opinion has important role in the democratic system. In this system, government should be responsive to public opinion that has rised in society, in which that is the only way for government to be sustained. Hence, informing public opinion, media have big influence to affect people's perception through the agenda setting. By shaping the agenda setting, the issue that is considered important by the media will be treated the same by public. Sharp reportage to the issue will influence public opinion, then, affect the government policy. Bibit-Chandra vs Polri issue proves this theory. Eventually, covering the case will not only influence government policy but also people assessment to government.
TV Publik dan Lokalitas Budaya: Urgensinya di Tengah Dominasi TV Swasta Jakarta Puji Rianto; Intania Poerwaningtias
Jurnal Komunikasi Vol. 7 No. 2 (2013): Volume 7, Nomor 2, April 2013
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses about public service broadcasting and the urgency of culture program, especially the local culture program. This discussion based on the argument that broadcasting in Indonesia is dominated by private television that considered rating as the principal goal. In the other hand, local culture programs are ignored as the result of centralized broadcasting system. In fact, local culture program is very required. It is showed by the popularity of culture program “Pangkur Jenggleng” that shows on TVRI Jogja. For public service broadcasting, culture program is one of their duty and mission that must be carried on.
Hantu PKI dan Ujung Rekonsiliasi (Analisis Framing Pemberitaan PKI Era Presiden Abdurrahman Wahid dan Joko Widodo pada Majalah Tempo dan Gatra) Meigitaria Sanita; Puji Rianto
Jurnal Komunikasi Vol. 12 No. 2 (2018): VOLUME 12, NOMOR 2, APRIL 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/komunikasi.vol12.iss2.art5

Abstract

The issue of PKI and the efforts of reconciliation rose by mass media every year become a controversial issue. This issue increased especially in the era of President Abdurrahman Wahid (Gus Dur) and Joko Widodo. This research explains how Tempo and Gatra constructed PKI and framed the reconciliation issues in this two presidency era. This research uses Robert Entman’s model of framing analysis. The research found that articles in Tempo tend to place the PKI as a victim, support reconciliation efforts, and the importance of historical alignment. According to Tempo, the New Order had a major role in "shaking up" the PKI. Gatra, on the other hand, tends to be balanced and views the history of the PKI as historical traumatic for Indonesian peoples. Gatra supports reconciliation done naturally, and that history should be reexamined. The difference between the two magazines was influenced by ideology, organizational routine, and extra media power. Keywords: PKI, Framing Analysis, Construction, Reconsiliatio
MEDIA BARU, VISI KHALAYAK AKTIF DAN URGENSI LITERASI MEDIA Puji Rianto
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 2 (2016): December 2016 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.933 KB) | DOI: 10.25008/jkiski.v1i2.54

Abstract

Kajian ini didasarkan pada argumentasi khalayak media baru pada dasarnya merefleksikan visi paling radikal uses and gratifications. Dalam visi baru ini, audiens benar-benar terlibat secara aktif dalam mencari informasi. Pada satu sisi, hal ini memberikan harapan baru bagi partisipasi khalayak dalam proses komunikasi, sekaligus membuka kesempatan yang lebih luas bagi partisipasi warga negara dalam kehidupan publik. Namun, di sisi lain, hal itu juga mengandung persoalan. Dalam banyak kasus, khalayak lebih mencari informasi yang meneguhkan keyakinannya atau pilihan-pilihan sikap yang sebelumnya telah diambil. Akibatnya, individu cenderung tenggelam ke dalam ‘kesesatan’ sikap dan keyakinan yang dipilihnya. Studi ini meneguhkan hal itu. Melalui partisipasi observasi, studi ini menemukan bahwa individu-individu terlibat aktif dalam mencari dan berbagi informasi dalam suatu kelompok percakapan yang disesuaikan dengan kebutuhan, nilai, dan keyakinan mereka. Sayangnya, hal itu tidak disertai dengan sifat kritis yang cukup atas sumber-sumber informasi yang mereka akses sehingga menciptakan suatu pandangan yang bias dan menyesatkan. Dalam situasi semacam itu, suatu digital literasi mutlak diperlukan agar media baru benar-benar memberikan manfaat bagi khalayak, dan bukannya sebaliknya.
ROMANTIC DRAMA OF KOREAN AND AUDIENCE READING: ANALYSIS OF RECEPTION Puji Rianto
Metakom Vol 3 No 2 (2019): 6th Edition
Publisher : Metakom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/metakom.v3i2.70

Abstract

The research was conducted to answer how the reception or intepretation of the audience among young people towards Korean romantic drama. Romantic drama is a theme that is taken because it is sticky in human life, especially teenagers. By using qualitative methods by adopting netnography, this study found that reading of audiences can be divided into three forms, namely dominant-hegemonic, negotiating, and opposition. The dominant-hegemonic reading model is the most powerful reading model compared to other models. The dominant-hegemonic reading model is indicated by a romantic story that touches the audience's emotionality dimension. The reading of the negotiations, on the other hand, accepting romantic drama insofar as it does not involve the social class, while the reading of the opposition totally rejects Korean romantic drama as unreal.
Moralitas Kebaikan dan Kesalehan di Seputar Tubuh dan Pakaian dalam Ruang Media Sosial Puji Rianto
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v19i2.4512

Abstract

Penelitian ini mengkaji wacana moralitas yang berpusat di sekitar tubuh dan pakaian di ruang media sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan strategi netnografi di mana semua unggahan di media sosial dalam bentuk tulisan, foto, video dan bahkan emoticon dianggap sebagai data. Analisis menggunakan pendekatan Paula Saukko yang melihat teks tidak terlepas dari konteksnya. Dengan menganalisis unggahan dan komentar pada laman Instagram Salmafina, ini penelitian menunjukkan bahwa unggahan foto Salmafina dengan bikini telah memantik wacana moralitas di sekitar tubuh dan pakaian. Wacana itu dapat dilihat dari penilaian-penilaian terhadap pribadi Salmafina, dan menganggap baik buruk, shaleh tidaknya Salmafina berdasar pada pakaian yang digunakan. Wacana moralitas di sekitar tubuh dan pakaian tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteksnya, yakni liberalisasi pasca-Orde Baru, kegairahan Islam dan peran agama dalam masyarakat, serta meluasnya penggunaan media sosial.
SEKSUALITAS CYBER: SEX SEBAGAI KESENANGAN DAN KOMODITAS Puji Rianto
Informasi Vol 45, No 2 (2015): INFORMASI
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.24 KB) | DOI: 10.21831/informasi.v45i2.7991

Abstract

AbstractThis paper wants to explore further how sexuality is present in the cyber world. Although the construction of human sexuality age as the man himself, the construction or representation will be largely determined by the social context. Different characters from the cyber world where political authority and the gatekeeper do not contribute significantly will influence the construction of sexuality. The study found that sex is understood as a pleasure and commodities. Various reports of sexual offenders describe how the pleasure of sexual intercourse highly revered. Along with the cult of sexuality as pleasure is sex as a commodity, which is manifested in the form of an offer or advertisement to sell sexual services they provide.AbstrakTulisan ini ingin mengeksplorasi lebih jauh bagaimana seksualitas hadir dalam dunia cyber. Meskipun konstruksi seksualitas manusia seumuran manusia itu sendiri, tapi konstruksi atau representasinya akan sangat ditentukan oleh konteks sosialnya. Karakter-karakter yang berbeda dari dunia cyber dimana otoritas politik dan gatekeeper tidak berperan secara signifikan akan mempengaruhi konstruksi atas seksualitas. Studi ini menemukan bahwa seks lebih dipahami sebagai sebuah kesenangan dan komoditas. Berbagai reportasi pelaku seksual menggambarkan bagaimana kesenangan akan hubungan seksual dipuja sedemikian rupa. Seiring pemujaan seksualitas sebagai kesenangan itu, adalah seks sebagai komoditas, yang diwujudkan dalam bentuk berbagai penawaran atau iklan untuk menjual layanan seks yang mereka sediakan.
Globalisasi Media dan Transformasi Politik Internasional Puji Rianto
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol. 5 No. 1 (2008)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.279 KB) | DOI: 10.24002/jik.v5i1.218

Abstract

Abstract: Globalization affects almost everything, moreover international politics. In this respect, media that have transnational orientation, as serious patrons of globalization, keep transforming international politics in three dimensions which are from power politics to image politics, international politics mediation and the widespread utilization of media as propaganda.
Pemanfaatan Waktu Luang untuk Menonton Televisi di Indonesia: Kelas Menengah Atas dan Kelas Menengah Bawah Puji Rianto
IPTEK-KOM : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi Vol 18, No 2 (2016): JURNAL IPTEK-KOM (JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI)
Publisher : BPSDMP KOMNFO Yogyakarta, Kementerian Komunikasi dan Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33164/iptekkom.18.2.2016.174-188

Abstract

Studi ini dilakukan untuk mengkaji perbedaan kelas sosial menengah atas dan bawah dalam menggunakan waktu luang dan perilakunya dalam menonton televisi dengan metode fenomenologi. Penelitian ini menemukan bahwa kelompok kelas menengah atas lebih leluasa dalam menggunakan waktu luang mereka, berbeda dengan kelas bawah. Kelompok sosial menengah atas relatif tidak mempunyai keterbatasan sehingga lebih bebas dalam menggunakan waktu luang. Sebaliknya, kelas sosial menengah bawah cenderung terbatas sehingga hanya aktivitas tertentu yang dilakukan untuk menghabiskan waktu luang. Setiap kategori kelas sosial juga berbeda dalam menonton televisi. Sinetron hampir sama sekali tidak ditonton oleh kelas menengah atas, sedangkan kelas menengah bawah masih ada yang menonton sinetron. Kelas menengah atas cenderung menonton TV dalam ruang pribadi, sedangkan kelas sosial menengah bawah menjadikan menonton televisi sebagai aktivitas ritual bersama keluarga. Studi ini juga menemukan kecenderungan kelas menengah bawah belum kritis dalam menonton program televisi sehingga perlu pendidikan literasi media.