Doddy Zulverdi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Banking Disintermediation and Its Implication for Monetary Policy: The Case of Indonesia Halim Alamsyah; Doddy Zulverdi; Iman Gunadi; Rendra Z. Idris; Bambang Pramono
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 7 No 4 (2005)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.692 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v7i4.122

Abstract

Paper ini berupaya menganalisa implikasi perilaku bank dalam menentukan portofolio terhadap tingkat efektivitas kebijakan moneter. Dengan kerangka analisa comparative static, paper ini mengetengahkan model industri perbankan yang bersifat monopolis dimana pemilik bank memaksimalkan profit dengan kendala tertentu baik yang berasal dari kesanggupan modal maupun kendala akibat regulasi.Kalibrasi model pada kondisi optimal, mengindikasikan bahwa penurunan fungsi disintermediasi bank yang didominasi oleh faktor asymmetric information, akan berakibat pada menurunnya efektifitas kebijakan moneter.Kesimpulan ini berimplikasi pada (i) perlunya Biro Kredit dan rating agencies untuk menyempurnakan informasi, (ii) perlunya investasi yang lebih besar oleh perbankan atas kapasitas riset dan sistem monitoring, (iii) perlunya mempertimbangkan skema garansi kredit, (iv) perlunya koordinasi yang lebih baik antara kebijakan mikro dan makro demi kestabilan makro yang akan meningkatkan keyakinan publik dan terakhir, (v) perlunya mempromosikan perkembangan lembaga keuangan non-bank, untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan atas lembaga perbankan.JEL: E52, E58, G21Keyword: Disintermediation, monetary policy, banking sector, interest rate.
PENGEMBANGAN MODEL PORTFOLIO BANK DENGAN MEMASUKKAN FAKTOR NILAI TUKAR DAN FAKTOR KONDISI MODAL BANK Doddy Zulverdi; Imam Gunadi; Bambang Pramono
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 8 No 4 (2006)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.2 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v8i4.147

Abstract

This paper establishes an analytical model of the banking liquidity management behavior based on microeconomic theory. We include the exchange rate as one of an important factor on the banking liqudity management behavior. In addition, we examine the impact of bank’s capital condition (flexible and fixed) on the banking liquidity management behavior. Inculding these two factors provide a better model in explaining the actual banking liquidity management behavior.The callibrated model is applicable on analyzing the effectiveness of the monetary policy, distinguishing the bank category and analyzing the impact of the monetary policy, simulating the impact of the monetary policy or simulating the impact of the bank regulatory. However, the model is still in the static framework model, and we leave the dynamic specification as further research.Keyword: portfolio bank, nilai tukar, modal bankJEL: G21, C61, E44
Penggunaan Suku Bunga Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter Di Indonesia Perry Warjiyo; Doddy Zulverdi
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 1 No 1 (1998)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.126 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v1i1.159

Abstract

Salah satu alternatif pendekatan untuk meningkatkan kinerja kebijakan moneter Bank Indonesia adalah dengan menerapkan sistem pengendalian moneter menggunakan suku bunga sebagai sasaran  operasional. Berkaitan dengan itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa: i) terdapat suatu keyakinan yang cukup kuat bahwa transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga menjadi semakin penting dibandingkan dengan transmisi melalui jumlah uang beredar sehingga penerapan sistem pengendalian moneter menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional layak untuk dipertimbangkan; ii) terdapat hubungan yang cukup erat antara laju inflasi dan suku bunga (deposito berjangka satu bulan dan kredit modal kerja); dan iii) suku bunga PUAB dapat dipertimbangkan untuk menjadi sasaran operasional karena memiliki kaitan yang erat dengan suku bunga deposito, mencerminkan kondisi likuiditas di pasar uang, dan sekaligus dapat dipengaruhi oleh instrumenOPT khususnya suku bunga SBPU.Terdapat beberapa syarat bagi efektivitas sistem pengendalian moneter menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasional, yaitu: i) Sasaran akhir kebijakan moneter sebaiknya diprioritaskan pada pengendalian underlying/core inflation, yaitu komponen inflasi yang diyakini benar-benar dipengaruhi faktor-faktor moneter; ii) Untuk meminimalkan pengaruh negatif tekanan-tekanan eksternal terhadap efektivitas kebijakan moneter, sistem nilai tukar yang fleksibel (mengambang) menjadi pilihan utama dibandingkan dengan sistem nilaitukar tetap; iii) Anggaran pemerintah harus “fully budget” dalam arti setiap defisit/surplus anggaran harus setiap saat dibiayai/diserap oleh instrumen utang pemerintah; iv) Untuk memelihara kestabilan permintaan di pasar uang, kinerja sistem pembayaran harus terus-menerus ditingkatkan.
MANAJEMEN MONETER DALAM MASA KRISIS Doddy Zulverdi
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 1 No 2 (1998)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.96 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v1i2.168

Abstract

Krisis nilai tukar yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah berkembang menjadi krisis ekonomi akibat kerapuhan di sisi ekonomi mikro dan ketidaktepatan kombinasi kebijakan ekonomi  makro. Permasalahan yang dihadapi dalam pemilihan strategi kebijakan ekonomi makro adalah adanya konflik (tradeoff) antarkebijakan akibat sifat krisis yang multidimensional.Kebijakan moneter sebagai salah satu elemen kebijakan ekonomi juga tidak terlepas dari kesulitan yang sama, yaitu dalam mengakomodasi berbagai sasaran kebijakan secara serentak. Kesulitan tersebut telah berlangsung sejak periode sebelum krisis dan berdampak negatif terhadap kondisi fundamental ekonomi makro yang berdasarkan hasil pengamatan ternyata tidaklah sekuat yang diyakini semula.Kesulitan yang dihadapi oleh otoritas baik dalam memilih maupun mengimplementasikan strategi kebijakan moneter juga dialami oleh berbagai negara yang pernah mengalami krisis serupa. Tidak ada satu strategi pun yang cocok diterapkan di semua situasi dan di semua negara. Pemilihan strategi yang tepat ditentukan oleh jenis tekanan eksternal yang dihadapi, karakteristik struktur ekonomi, dan prioritas sasaran akhir yang dipilih. Berdasarkan kriteria tersebut dan mengingat masih rapuhnya sistem perbankan sebagai suatu jalur transmisi kebijakan moneter terpenting serta masih sangat rentannya perekonomian Indonesia terhadap tekanan-tekanan eksternal, maka penerapan strategi jangkar inflasi di dalam suatu sistem nilai tukar yang agak fleksibel kiranya layak untuk dipertimbangkan secara mendalam.Tulisan ini dibagi ke dalam lima bagian. Bagian pertama menjelaskan latar belakang pentingnya memilih strategi kebijakan moneter (termasuk kebijakan nilai tukar) yang tepat untuk membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi. Dalam bagian kedua diulas beberapa alternatif strategi kebijakan ekonomi-moneter dari sisi teori. Selanjutnya, bagian ketiga membahas faktor-faktor yang memicu dan memperdalam krisis di Indonesia dan kebijakan yang telah diambil termasuk konflik yang dihadapi dalam penerapan strategi kebijakan moneter. Di bagian keempat, dengan mengacu kepada konsep teori dan pengalaman negara-negara lain serta pengalaman Indonesia sendiri, diajukan beberapa alternatif strategi kebijakan moneter yang dapat diterapkan di Indonesia. Bagian kelima mengemukakan beberapa kesimpulan umum berikut rekomendasi kebijakan yang ditawarkan. 
MANAJEMEN NILAI TUKAR DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Miranda S. Goeltom; Doddy Zulverdi
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 1 No 2 (1998)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.622 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v1i2.169

Abstract

Nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan bahkan cenderung mengalami apresiasi sebelum Juli 1997 telah mendorong capital inflow yang cukup besar ke Indonesia. Fenomena tersebut merupakan hal yang logis bagi suatu negara yang menganut sistem devisa bebas dan perekonomiannya terbuka karena arus modal akan selalu mengikuti return investasi yang terbesar dan resiko seminimal mungkin. Namun sejak currency turnmoil melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN lainnya pada pertengahan Juli 1997, capital inflow tersebut telah menjadi bumerang karena telah berubah menjadi arus balik yang membahayakan baik terhadap nilai tukar rupiah maupun terhadap perekonomian nasional. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapat tekanan yang cukup berat karena besarnya capital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah tersebut diperberat lagi dengan semakin maraknya kegiatan speculative bubble, sehingga sejak krisis berlangsung nilai tukar rupiah mengalami depresiasi hingga mencapai 75%.
OPERASI PENGENDALIAN MONETER YANG BERBASIS SUKU BUNGA DALAM MENCAPAI SASARAN INFLASI Doddy Zulverdi; Erwin Haryono; Wahyu Pratomo; Wahyu Agung Nugroho
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol 3 No 3 (2000)
Publisher : Bank Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.28 KB) | DOI: 10.21098/bemp.v3i3.299

Abstract

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Bank Indonesia menyimpulkan bahwa strategi kebijakan moneter berbasis pengendalian uang beredar (quantity targeting) telah semakin sulit diandalkan karena merenggangnya hubungan antara besaran-besaran moneter (uang beredar) dengan variabel-variabel ekonomi riil. Perenggangan hubungan itu dipicu terutama oleh inovasi instrumen-instrumen keuangan dan pergerakan modal antarnegara yang sangat cepat. Kenyataan tersebut mendorong munculnya pemikiran untuk mengembangkan strategi kebijakan moneter berbasis pengendalian suku bunga (interest rate targeting).