Abstact : The number of donor limbal stem cells (LSCs) is limited despite their large demand for management of LSC deficiency-related corneal opacity, requiring propagation of these cells in vitro. Production of LSCs can be done through isolation and culture of limbal tissue in vitro and cryopreservation of LSCs is utilized to maintain the availability of LSCs. Upon cryopreservation, cryoprotectants are required to protect cells from thermal injury. Dimethyl sulfoxide (DMSO) is a commonly used cryoprotectant for cryopreservation but the effect of its use on LSCs are still seldomly reported. This study aimed to determine the effect of the use of DMSO in cryopreservation of LSC. The study was conducted at the Stem Cell Laboratory, Center for Biomedical and Basic Technology of Health, NIHRD Ministry of Health. This research was performed by culturing and observation of  LSCs characteristic after cryopreservation. Meanwhile, level of LSC proliferation was determined by calculating population doubling (PD) and population doubling time (PDT) besides analyzing their gene expression using markers such as CD90 (Thy1) and Krt12. The results showed that PD and PDT in LSC control and post-cryopreservation without DMSO and cryopreservation using DMSO accordingly are 1.33 and 143.03, 150.65 and 1.15, and 1.31 and 155. Meanwhile, CD90 (Thy1) gene expression and Krt12 expression in the cryopreserved group with and without DMSO compared with their respective controls are 2.7 and 4.51, 2.55 and 1:44, respectively. In this study, DMSO for the cryopreservation did not affect at the LSC characteristics of rat.Key word : limbus stem cell, LSC, cryopreservation, dimethyl sulfoxide, DMSO Abstrak : Jumlah donor sel punca limbal (SPL) sangat terbatas padahal kebutuhannya cukup besar untuk penatalaksanaan kekeruhan kornea akibat defisiensi sel tersebut sehingga SPL perlu diperbanyak secara in vitro. Produksi SPL secara in vitro dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan kultur dari jaringan limbal, dan metode simpan beku atau kriopreservasi SPL digunakan untuk menjaga ketersediaan SPL. Pada saat kriopreservasi, dibutuhkan krioprotektan yang dapat melindungi sel dari kerusakan termal saat kriopreservasi. Dimethyl sulfoxide (DMSO) merupakan salah satu krioprotektan yang umum digunakan untuk kriopreservasi namun efek penggunaan pada SPL masih sangat jarang dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan DMSO pada kriopreservasi SPL. Penelitian dilakukan di Laboratorium Stem Cell Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kultur SPL tikus menggunakan metode eksplan secara in vitro pada cawan petri. Pengamatan terhadap karakteristik SPL pasca kriopreservasi dilakukan dengan pengamatan terhadap morfologi SPL secara mikroskopis dan mengetahui tingkat proliferasi SPL dengan menghitung population doubling (PD) dan population doubling time (PDT) serta menganalisis ekspresi gen CD90 (Thy1) dan Krt12 sebagai marker SPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PD dan PDT pada SPL kontrol dan pasca kriopreservasi tanpa DMSO dan kriopreservasi dengan DMSO secara berturut-turut adalah 1.33 dan 143.03, 1.15 dan 150.65 serta 1.31 dan 155. Sedangkan tingkat ekspresi gen CD90 (Thy1) dan Krt12 SPL pada penggunaan dan tanpa DMSO dibandingkan dengan kontrol masing-masing adalah 2,7 dan 4,51 serat 2,55 dan 1,44 kali. Pada penelitian ini, DMSO tidak  mengubah  karakteristik SPL tikus. Kata kunci: sel punca limbal, SPL, kriopreservasi, dimethyl sulfoxide, DMSO