- Riska
Unknown Affiliation

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Hubungan antara Tingkat Konsentrasi Inokulum Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 dengan Perkembangan Penyakit Layu pada Kultivar Pisang Rentan Riska, -; Jumjumidang, -; Hermanto, Catur
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Peran konsentrasi inokulum awal patogen Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) terhadap insidensi penyakit layu pada pisang perlu diteliti, mengingat patogen ini persisten di dalam tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi inokulum Foc VCG 01213/16 dengan laju perkembangan penyakit layu pada pisang. Bahan yang digunakan ialah kultivar pisang rentan (Kilita). Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika pada bulan Mei sampai dengan September 2009. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, perlakuan terdiri atas lima taraf konsentrasi inokulum Foc yaitu 0; 102; 104; 106; dan 108 sel konidia/ml dengan lima ulangan, masing-masing plot berisi lima tanaman. Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi inokulum dengan perkembangan penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua taraf konsentrasi inokulum Foc VCG 01213/16 dapat menyebabkan 100% tanaman terserang. Perbedaan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi, intensitas, dan perkembangan penyakit pada pisang Kilita. Makin tinggi konsentrasi inokulum, maka makin cepat masa inkubasi penyakit serta makin tinggi intensitas dan perkembangan penyakit. Terdapat korelasi positif antara konsentrasi inokulum dengan intensitas penyakit pada daun dan bonggol pisang dan korelasi negatif antara masa inkubasi dengan intensitas penyakit pada daun dan bonggol pisang. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa pengendalian Foc harus diarahkan pada upaya penurunan konsentrasi inokulum awal di dalam tanah sampai pada tingkat serendah mungkin.ABSTRACT. Riska, Jumjunidang, and Hermanto, C 2012. Relation between Concentration Level of Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 and the Disease Development on Susceptible Banana. Initial inoculum of pathogen is the most important factor to be observed, due to persistent of F. oxysporum f.sp.cubense (Foc) in the soil. The research was aimed to ascertain the relation between concentration levels of Foc VCG 01213/16 and the disease development on susceptible banana. This research was conducted at the Indonesian Tropical Fruits Research Institute from May to September 2009. Kilita as banana variety wich susceptible to Foc was used in the study as plant material. The experiment was arranged in a randomized complete block design with five concentrations of inoculum i.e. 0; 102; 104; 106; and 108 conidia/ml and five replications. Regression analysis was performed to determine the relation between concentration levels of Foc VCG 01213/16 and the disease development on susceptible banana. The results showed that there was no significant difference observed among the concentration levels of Foc inoculums on the percentage of wilted plants.  All the concentrations caused 100% of Kilita bananas to be wilt. The inoculum concentrations of Foc VCG 01213/16 significantly affected incubation period, the disease intensity on leaves and corm and disease development on Kilita. The higher concentration of Foc inoculums, the shorter disease development and incubation period occurred, the higher levels of disease intensity observed. There was a positive correlation between the inocolum concentration and the disease intensity and a negative correlation between the incubation period and the disease intensity on banana leaves and corms of the banana. The result of study, it could be recommended that decreasing initial inoculums of Foc in the soil is important to be done to control the disease severity in the field.
Deteksi dan Pemetaan Distribusi Fusarium oxysporum f. sp. Cubense pada Daerah Potensial Pengembangan Agribisnis Pisang di In do ne sia Nasir, Nasril; Jumjunidang, -; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) adalah patogen pal ing berbahaya pada tanaman pisang didunia. Di In do ne sia, sekitar 8 juta rumpun tanaman pisang tradisional dan lebih dari 5000 ha perkebunan komersialhancur oleh patogen ini, selama kurun waktu 1995/1996-2000/2001. Patogen ini telah menyebabkan kerugianekonomis yang sangat besar. Walaupun tingkat kehancuran oleh Foc telah mencapai tingkat yang cukup tinggi,namun belum ditemukan cara pengendalian yang pal ing tepat, baik secara ekonomis maupun efektivitasbahan/metoda yang diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan memetakan keberadaan Foc, agardalam pengembangan pisang dalam skala agribisnis, kerugian yang sangat besar akibat serangan patogen ini dapatdihindari secara dini. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2001 sampai dengan Desember 2002. Pemetaan dilakukandi lokasi yang sudah dipublikasikan sebagai lokasi potensial untuk pengembangan agribisnis pisang di In do ne sia, danatau pada lokasi-lokasi yang ditargetkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai lokasi pengembangan pisang.Lokasi yang dipilih adalah Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Lampung. Deteksi dilakukan dengan mengambilsampel tanaman pisang terserang Foc pada lokasi-lokasi tersebut. Isolat dikarakterisasi secara VOT di LaboratoriumPenyakit, Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok. Dari 67 isolat yang dikoleksi berasal dari 28 jenis pisang, 60 diantaranya adalah Foc ras 4. Pengembangan agribisnis pisang di lokasi terinfeksi oleh ras 4 tidak direkomendasikan,bila tidak menggunakan varietas tahan atau menggunakan metoda pengendalian Foc ras 4 yang sudah terujikemangkusannya.De tec tion and map ping of Fusarium oxysporum f. sp.cubense on the potential area for banana agribusiness development in Indonesia. Fusarium oxysporum f. sp.cubense (Foc) is the most dan ger ous patho gen on ba nana in the world. In In do ne sia, about 8 mil lion mats of ba nana tra -di tional plan ta tion and more than 5 000 hect ares of com mer cial plan ta tion have de stroyed by this patho gen in theperiode of 1995/1996–2000/2001. The patho gen has caused enor mous eco nomic dam age in the coun try. Al thoughdev as ta tion caused by the patho gen has reached the data men tioned above, there was no ap pro pri ate method to con trolthe patho gen to date, whether in term of the eco nomic value or the ef fec tive ness ways in com bat ing the patho gen. Thepur pose of this study was to de tect and to map the ex ist ing of Foc so that ba nana ag ri busi ness de vel op ment pro gram inIn do ne sia can be avoided from the dev as ta tion caused by the patho gen. Mappings were con ducted on the se lected lo -ca tions which have been pub lished as the po ten tial area for ba nana ag ri busi ness de vel op ment in some parts ofSumatera. Or at the ar eas which are tar geted by lo cal gov ern ment to be used for ba nana es tate pro gram. Stud ies wereheld in the Prov inces of Riau, Jambi, West Su ma tra and Lampung. De tec tion was car ried out by col lect ing sam ple ofdis eased plants at the lo ca tions which were clar i fied above. Iso lates were char ac ter ized by VOT tech nique at the plantpa thol ogy lab o ra tory of the Re search In sti tute for Fruits, Solok. From 67 iso lates col lected which de rived from 28 ba -nana cultivars, 60 of them were race 4 of Foc. Based on this study, to de velop ba nana ag ri busi ness pro gram in the ar easwhich have been or be ing in fected by Foc race 4 is not rec om mended, un less re sis tant cultivars availabe or im ple men -ta tion of a method which has been suc cess fully tested to con trol Foc race 4.
Virulensi Isolat Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 pada Pisang Barangan dari Varietas Pisang dan Lokasi yang Berbeda Jumjunidang, -; Hermanto, Catur; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis genetik  isolat-isolat  cendawan Fusarium  oxysporum f. sp. cubense (Foc) VCG 01213/16 penyebab penyakit layu pada tanaman pisang menunjukkan adanya keragaman yang nyata. Penelitian bertujuan mempelajari keragaman virulensi isolat-isolat yang terkelompok dalam VCG 01213/16, berasal dari berbagai daerah dan varietas pisang yang berbeda.  Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) Solok, dari bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan, masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Perlakuan terdiri atas 10 isolat Foc VCG 01213/16 yang berasal dari varietas pisang dan lokasi berbeda. Tanaman uji ialah benih pisang Barangan hasil perbanyakan kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman virulensi 10 isolat Foc VCG 01213/16 yang dinilai dari perbedaan masa inkubasi, persentase serangan, dan indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun pisang Barangan. Sembilan isolat Foc yang diuji mempunyai virulensi yang tinggi. Masa inkubasi berkisar antara 13,98 dan 16,80 hari, persentase serangan 93,33-100%, dan indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun masing-masing berkisar 3,46-5,35 dan 4,68-5,41. Isolat Foc VCG 01213/16 yang berasal dari Jabung-Lampung Timur dan diisolasi dari pisang varietas Ambon Kuning (isolat F) menunjukkan virulensi yang relatif lebih rendah dibanding sembilan isolat  Foc lainnya dengan masa inkubasi 30,27 hari, indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun masing-masing sebesar 2,14 dan 3,76.  Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang biologi F. oxysporum f. sp. cubense sebagai dasar untuk penyusunan teknik pengendalian yang tepat.Genetic analysis of isolates of the Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) that are grouped in VCG 01213/16, as the causal agent of wilt disease in banana plants showed a considerable variation. This research aimed to study the variation in virulence of isolates that are grouped in VCG 01213/16 from different varieties of banana and regions. The study was conducted in the Protection Laboratory and the Screenhouse of Indonesian Tropical Fruit Research Institute (ITFRI) Solok, from March to June 2009. A randomized block design was used in this research with 10 treatments and three replications. Each treatments consisted of 10 banana plants. The treatment was 10 Foc isolates belonging to VCG 01213/16 originating from different varieties of banana and locations. Barangan plantlets produced from tissue culture propagation were used as the planting material. The results showed that there were high variations in virulence among 10 Foc isolates in VCG 01213/16 based on variables of the incubation period, percentage of wilt, and disease severity index on corm and leaves of Barangan variety. Nine of the 10 Foc isolates tested were highly virulent isolates. The incubation period ranged from 13.98 to 16.80 days, the percentage of wilt from 93.33 to 100%, and the disease severity index of corm and leaves ranged from 3.46 to 5.35 and from 4.68 to 5.41, respectively. The Foc VCG 01213/16 isolates originated from Jabung, East Lampung and from Ambon Kuning variety (isolate F) shown relatively low virulence than others isolates that the incubation period was 30.27 days and the disease severity index on the corm and leaves was 2.14 and 3.76, respectively. This result provides useful information on biology of F. oxysprum f. sp. cubense to find out the best control method of the pathogen.
Preferensi Spesies Lalat Buah terhadap Atraktan Metil Eugenol dan Cue-Lure dan Populasinya di Sumatera Barat dan Riau Maryati, A; Hasyim, -; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui preferensi beberapa spesies lalat buah terhadap atraktan metil eugenol dan cue-lure serta kelimpahan populasinya di Sumatera Barat dan Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Riau. Penelitian dilakukan dengan metode survei mulai bulan Juni 2003 sampai Desember 2004. Lalat buah ditangkap menggunakan perangkap yang terbuat dari botol bekas air mineral dan di dalamnya digantungkan kapas yang telah dibasahi dengan metil eugenol atau cue-lure. Lalat buah hasil tangkapan di bawa ke laboratorium proteksi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok untuk diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi elektronik Cabikey dan dihitung persentase masing-masing spesies yang tertangkap pada tiap atraktan yang digunakan. Dari semua spesies yang ditemukan, 17 spesies hanya tertarik pada atraktan metil eugenol, 19 spesies tertarik pada atraktan cue-lure, dan 9 spesies tertarik pada kedua atraktan. Bactrocera carambolae dan B. papayae merupakan spesies yang populasinya paling tinggi hampir di semua lokasi penelitian. Hasil penelitian bermanfaat sebagai dasar penentuan strategi pengendalian lalat buah terutama pengendalian menggunakan feromon.ABSTRACT. Muryati, A. Hasyim, and Riska. 2008. The Preference of Fruitflies Species to Methyl Eugenol and Cue-lure Attractant and Its Population in West Sumatera and Riau. Objective of the research was to study the preference of fruitflies species to methyl eugenol and cue-lure attractant and its population at West Sumatera and Kundur Island, Riau. The research was conducted by survey on June 2003 to December 2004. Fruitflies were trapped by using methyl eugenol or cue-lure attractant that were hung inside of traps made from used bottle of mineral water. The fruitflies caught were brought to the laboratory of plant protection, Indonesian Tropical Fruit Research Institute (ITFRI) for identification by using Cabikey electronic identification key and the percentage of each species caught were counted. Among species found, 17 species attracted to methyl eugenol, 19 species attracted to cue-lure, and 9 species attracted to both attractants. Bactrocera carambolae and B. papayae were the most abundance species found in almost the whole research location. This information can be used to develop control strategy of fruitfly, especially using sexferomone.
Pemanfaatan Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri untuk Pengendalian Fusarium oxysporum f. sp. cubense Penyebab Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang Riska, -; Jumjunidang, -; Hermanto, Catur
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium  oxysporum f. sp. cubense (Foc) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang. Teknik pengendalian yang efektif dan berwawasan lingkungan perlu terus diupayakan, di antaranya melalui penggunaan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian daun beberapa tumbuhan penghasil minyak atsiri terhadap jumlah propagul awal Foc dalam tanah dan pengendalian penyakit layu Fusarium pisang pada skala rumah kasa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2009. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ialah acak kelompok dengan lima perlakuan dan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas lima tanaman. Perlakuan tersebut adalah empat jenis daun tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu : (A) daun nilam, (B) serai, (C) daun kayu manis, (D) daun cengkeh, dan (E) tanpa perlakuan (kontrol). Tanaman uji adalah bibit pisang Ambon Hijau hasil perbanyakan kultur jaringan umur 2  bulan setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun tumbuhan penghasil minyak atsiri mampu menekan jumlah propagul awal Foc di dalam media tanam. Persentase penurunan propagul Foc awal dalam media yang berumur 5 minggu setelah pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri berkisar antara 50,1-70,6%. Semua perlakuan, kecuali daun nilam, juga mampu memperlambat munculnya gejala atau masa inkubasi penyakit. Masa inkubasi penyakit paling lama terjadi pada perlakuan pemberian daun cengkeh, diikuti dengan perlakuan pemberian daun kayu manis dan daun serai dengan perpanjangan masa inkubasi masing-masing sampai 22 dan 15 hari dibandingkan dengan kontrol. Pemberian daun tumbuhan mengandung minyak atsiri belum berakibat pada penurunan persentase dan intensitas serangan penyakit, sehingga perlakuan pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri perlu dikombinasikan dengan metode pengendalian lain agar lebih efektif dalam menekan penyakit layu Fusarium.Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) is the most important disease on banana. Effective and environmental friendly techniques in controlling the disease need to be effort continually, among of them are with application of biopesticide to suppres Foc. The objectives of the research were to know the effect of some plant producing essential oils on initial number of propagule of Foc in soil and disease development of Fusarium wilt of banana. The research was conducted at Indonesian Tropical Fruits Research Institute Solok from February to June 2009. A randomized block design with five treatments and four replications was used, whereas each treatment consisted of five plants. Four types of plant producing essential oils as treatments, namely (A) crude of patchouly leaves, (B) crude of lemon grass, (C) crude of cassia leaves, (D) crude of clove leaves, and (E) water as control treatment were used. Ambon Hijau cultivar derived from tissue culture propagation of 2 months after acclimatization was used as experiemental material. The result showed that application of leaves of plant producing essential oils decreased initial number of Foc propagules in the banana cultivation media. Percentage of reducing the number of initial propagule of Foc in medium after infestation of plant producing essential oils ranged between 50.1-70.6%. All application of plant producing essential oils, except crude of patchouly leaves, was effective to reduce the incidence of wilting or incubation period of the disease.  The longest disease incubation period was determined on treatment with clove leaves, followed by cassia and lemon grass leaf with extending incubation period up to 22 and 15 days respectively compared to control. Application of the plant producing essential oils was not successfully applied in suppressing the percentage of wilt and disease intensity on banana under screenhouse condition. Therefore combination treatments with other techniques in conjunction to improve the effectivity of the plants in controlling Fusarium wilt disease are suggested.
Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum f. sp. cubense Jumjunidang, -; Nasir, Nasril; Riska, -; Handayani, H
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 2 (2005): Juni 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejauh ini informasi mengenai uji ketahanan pisang terhadap patogen layu fusarium menggunakan filtrat toksin patogennya masih terbatas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2002 sampai dengan Maret 2003 di laboratorium kultur jaringan, laboratorium penyakit, dan Rumahkasa Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik pengujian dini tingkat in vitro dengan media yang mengandung filtrat toksin dari kultur Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) serta mendapatkan tanaman pisang tahan Foc. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 botol, masing-masing berisi satu plantlet. Untuk perlakuan toksin asam fusarat murni, setiap ulangan terdiri dari 2 botol. Perlakuan tersebut adalah konsentrasi 0, 10, 20, 40, dan 60% filtrat toksin asam fusarat dari kultur cendawan Foc dan konsentrasi 0; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,4 μM asam fusarat murni yang berperan sebagai pembanding. Pembuatan perlakuan dilakukan dengan menambahkan filtrat toksin dari kultur Foc dan toksin murni sesuai konsentrasi di atas ke dalam media tumbuh. Filtrat toksin asam fusarat dari kultur Foc pada konsentrasi 60 dan 40% dapat digunakan sebagai media dalam pengujian ketahanan pisang tingkat in vitro. Semakin tinggi konsentrasi filtrat toksin dari kultur Foc dan asam fusarat murni yang ditambahkan, semakin cepat masa inkubasi atau munculnya gejala penyakit. Terjadi fenomena recovery dari tanaman sakit akibat perlakuan toksin murni asam fusarat dan filtrat toksin dari kultur Foc. Filtrat toksin dari kultur Foc berpeluang digunakan sebagai media pengujian dini ketahanan pisang terhadap layu fusarium. In vitro screening techniques for resistance of Musa to fusarium wilt disease by using filtrate toxin from Fusarium oxysporum f. sp. cubense culture. So far, study on the in vitro screening techniques for banana resistant to fusarium wilt disease by using filtrate toxin of its pathogen, was limited. The experiment was conducted at tissue culture laboratory, plant pathology laboratory and screenhouse of Indonesian Fruit Research Institute, Solok from June 2002 to March 2003. The objective of this study was to find out in vitro techniques for selecting of Musa to wilt disease by using filtrate toxin from Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) culture and to find out resistant plant. The experiment was arranged in a randomized completely design with five treatments (concentration of filtrate toxin 0; 10; 20; 40; and 60%) and five replications, each replications consist of ten bottle of plantlets. The consentration of fusaric acid used as comparison were 0; 0.05; 0.1; 0.2; and 0.4 μM. The results showed that concentration of filtrate toxin fusarium culture at 60 and 40% could be used as a selection medium for in vitro screening techniques for Musa resistance to Foc. The higher concentration of filtrate toxin of Foc culture and fusaric acid, the faster disease incubation periode appeared. There was recovery of attacked plant due to fusaric acid and filtrate toxin of culture Foc treatment. This filtrate can be used as an early testing medium for resistance to fusarium wilt of banana.
Deteksi dan Pemetaan Distribusi Fusarium oxysporum f. sp. Cubense pada Daerah Potensial Pengembangan Agribisnis Pisang di In do ne sia Nasir, Nasril; Jumjunidang, -; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) adalah patogen pal ing berbahaya pada tanaman pisang didunia. Di In do ne sia, sekitar 8 juta rumpun tanaman pisang tradisional dan lebih dari 5000 ha perkebunan komersialhancur oleh patogen ini, selama kurun waktu 1995/1996-2000/2001. Patogen ini telah menyebabkan kerugianekonomis yang sangat besar. Walaupun tingkat kehancuran oleh Foc telah mencapai tingkat yang cukup tinggi,namun belum ditemukan cara pengendalian yang pal ing tepat, baik secara ekonomis maupun efektivitasbahan/metoda yang diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan memetakan keberadaan Foc, agardalam pengembangan pisang dalam skala agribisnis, kerugian yang sangat besar akibat serangan patogen ini dapatdihindari secara dini. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2001 sampai dengan Desember 2002. Pemetaan dilakukandi lokasi yang sudah dipublikasikan sebagai lokasi potensial untuk pengembangan agribisnis pisang di In do ne sia, danatau pada lokasi-lokasi yang ditargetkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai lokasi pengembangan pisang.Lokasi yang dipilih adalah Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Lampung. Deteksi dilakukan dengan mengambilsampel tanaman pisang terserang Foc pada lokasi-lokasi tersebut. Isolat dikarakterisasi secara VOT di LaboratoriumPenyakit, Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok. Dari 67 isolat yang dikoleksi berasal dari 28 jenis pisang, 60 diantaranya adalah Foc ras 4. Pengembangan agribisnis pisang di lokasi terinfeksi oleh ras 4 tidak direkomendasikan,bila tidak menggunakan varietas tahan atau menggunakan metoda pengendalian Foc ras 4 yang sudah terujikemangkusannya. De tec tion and map ping of Fusarium oxysporum f. sp.cubense on the potential area for banana agribusiness development in Indonesia. Fusarium oxysporum f. sp.cubense (Foc) is the most dan ger ous patho gen on ba nana in the world. In In do ne sia, about 8 mil lion mats of ba nana tra -di tional plan ta tion and more than 5 000 hect ares of com mer cial plan ta tion have de stroyed by this patho gen in theperiode of 1995/1996–2000/2001. The patho gen has caused enor mous eco nomic dam age in the coun try. Al thoughdev as ta tion caused by the patho gen has reached the data men tioned above, there was no ap pro pri ate method to con trolthe patho gen to date, whether in term of the eco nomic value or the ef fec tive ness ways in com bat ing the patho gen. Thepur pose of this study was to de tect and to map the ex ist ing of Foc so that ba nana ag ri busi ness de vel op ment pro gram inIn do ne sia can be avoided from the dev as ta tion caused by the patho gen. Mappings were con ducted on the se lected lo -ca tions which have been pub lished as the po ten tial area for ba nana ag ri busi ness de vel op ment in some parts ofSumatera. Or at the ar eas which are tar geted by lo cal gov ern ment to be used for ba nana es tate pro gram. Stud ies wereheld in the Prov inces of Riau, Jambi, West Su ma tra and Lampung. De tec tion was car ried out by col lect ing sam ple ofdis eased plants at the lo ca tions which were clar i fied above. Iso lates were char ac ter ized by VOT tech nique at the plantpa thol ogy lab o ra tory of the Re search In sti tute for Fruits, Solok. From 67 iso lates col lected which de rived from 28 ba -nana cultivars, 60 of them were race 4 of Foc. Based on this study, to de velop ba nana ag ri busi ness pro gram in the ar easwhich have been or be ing in fected by Foc race 4 is not rec om mended, un less re sis tant cultivars availabe or im ple men -ta tion of a method which has been suc cess fully tested to con trol Foc race 4.
Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Varietas Japanche Citroen Anwarudinsyah, Muhamad Jawal; Jumjunidang, -; Fatria, D; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan bibit batang bawah jeruk, mulai Oktober 2002 sampai Februari 2003 yang bertempat di rumahkasa Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan dan 10 perlakuan jenis CMA yang meliputi Glomus manihotis, Scutellospora heterogama, Gigaspora margarita, Gigaspora roseae (FL-105), Glomus etunicatum, Acaulospora tuberculata. Gigaspora roseae (Giro-EC), CMA dari perakaran manggis asal Padang, CMA dari perakaran manggis asal Sijunjung, dan kontrol tanpa CMA. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah spora, dan infeksi CMA pada akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan CMA pada umumnya dapat memacu pertumbuhan bibit jeruk JC, kecuali CMA G. roseae (Giro-EC) dan CMA dari perakaran manggis asal Sijunjung. Cendawan mikoriza arbuskula G. manihotis merupakan CMA yang terbaik karena dapat memacu pertumbuhan bibit batang bawah jeruk secara nyata dibandingkan dengan kontrol. The influence of arbuscular mycorrhizae fungi (AMF) on the seedling growth of JC citrus cultivar. The experiments was conducted at a screenhouse of Indonesian Fruits Research Institute, Solok from October 2002 to February 2003. The experiment was arranged in a randomized block design with three replications and 10 kinds of AMF, i.e. Glomus manihotis, Scutellospora heterogama, Gigaspora margarita, Gigaspora roseae (FL-105), Glomus etunicatum, Acaulospora tuberculata, Gigaspora roseae (Giro-EC), AMF of mangosteen root system derived from Padang, AMF of mangosteen root system derived from Sijunjung, and without AMF as control. The parameters observed were plant height, leaves number, stem diameter, number of spores, and root infection percentage of AMF. The results indicated that all of AMF application could stimulate the growth of JC citrus seedling, except G. roseae (Giro-EC) and AMF of mangosteen root system derived from Sijunjung, Glomus manihotis was the best AMF to speed up the growth of citrus rootstock.
Distribusi Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri Ralstonia pada Lokasi Sumber Bibit dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Pisang di Sumatera Barat Nasir, Nasril; Jumjunidang, -; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 3 (2005): September 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumatera Barat merupakan provinsi paling parah yang diserang oleh dua patogen layu pisang, Fusarium oxysporum cubense dan Ralstonia solanacearum. Diperkirakan lebih dari 60% areal pertanaman pisang tradisional di Sumatera Barat sudah rusak oleh kedua patogen ini. Penelitian ini bertujuan mendapatkan lokasi tanaman pisang yang bebas dari serangan kedua patogen tersebut, digunakan sebagai sumber bibit pisang. Di samping itu, penelitian juga bertujuan menentukan lokasi Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) sebagai lokasi pendidikan lapang bagi petani. Seleksi lokasi sumber bibit dilakukan secara survei selama bulan Juli 2002, sedangkan untuk lokasi SLPHT didasarkan pada pertimbangan endemis serangan kedua patogen ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seleksi lahan, ditemukan hanya dua lokasi yang dapat direkomendasikan sebagai lahan sumber bibit pisang, yaitu Desa Surian Randah dan Baruah Gunung di Kabupaten Limapuluh Kota. Di kedua lokasi tersebut, serangan patogen penyakit layu kurang dari 10%. Sedangkan lokasi SLPHT dipersiapkan masing-masing di Baso, Kabupaten Agam dan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar.Distribution of fusarium and ralstonia wilt diseases at the source of planting material sites of banana and field integrated pest management course in West Sumatera. West Sumatera is the most severe province attacked by two wilt pathogens, Fusarium oxysporum cubense and Ralstonia solanacearum. It was assumed that more than 60% of traditional banana cultivation has been destroyed by both of the phatogens. This study was aimed to select the plantation free from both wilt diseases, to be used for source of planting material for banana. The study was also purposed to locate the Field Integrated Pest Management Course (FIPMC), as a field course for growers. Selection on the location for source of planting material site for banana was conducted through survey during the month of July 2002, while for FIPMC was based on the endemic of both of the pathogens. This study found that only two villages could be recommended for the source of planting material site for banana, those were Surian Randah and Baruah Gunung in Distric of Limapuluh Kota. At both of the villages, the attack of wilt diseases was less than 10%. While the area for FIPMC were decided in Baso Kabupaten Agam and Salimpaung Kabupaten Tanah Datar.
Virulensi Isolat Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 pada Pisang Barangan dari Varietas Pisang dan Lokasi yang Berbeda Jumjunidang, -; Hermanto, Catur; Riska, -
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n2.2011.p145-151

Abstract

Analisis genetik  isolat-isolat  cendawan Fusarium  oxysporum f. sp. cubense (Foc) VCG 01213/16 penyebab penyakit layu pada tanaman pisang menunjukkan adanya keragaman yang nyata. Penelitian bertujuan mempelajari keragaman virulensi isolat-isolat yang terkelompok dalam VCG 01213/16, berasal dari berbagai daerah dan varietas pisang yang berbeda.  Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) Solok, dari bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan, masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Perlakuan terdiri atas 10 isolat Foc VCG 01213/16 yang berasal dari varietas pisang dan lokasi berbeda. Tanaman uji ialah benih pisang Barangan hasil perbanyakan kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman virulensi 10 isolat Foc VCG 01213/16 yang dinilai dari perbedaan masa inkubasi, persentase serangan, dan indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun pisang Barangan. Sembilan isolat Foc yang diuji mempunyai virulensi yang tinggi. Masa inkubasi berkisar antara 13,98 dan 16,80 hari, persentase serangan 93,33-100%, dan indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun masing-masing berkisar 3,46-5,35 dan 4,68-5,41. Isolat Foc VCG 01213/16 yang berasal dari Jabung-Lampung Timur dan diisolasi dari pisang varietas Ambon Kuning (isolat F) menunjukkan virulensi yang relatif lebih rendah dibanding sembilan isolat  Foc lainnya dengan masa inkubasi 30,27 hari, indeks keparahan penyakit pada bonggol dan daun masing-masing sebesar 2,14 dan 3,76.  Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang biologi F. oxysporum f. sp. cubense sebagai dasar untuk penyusunan teknik pengendalian yang tepat.Genetic analysis of isolates of the Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) that are grouped in VCG 01213/16, as the causal agent of wilt disease in banana plants showed a considerable variation. This research aimed to study the variation in virulence of isolates that are grouped in VCG 01213/16 from different varieties of banana and regions. The study was conducted in the Protection Laboratory and the Screenhouse of Indonesian Tropical Fruit Research Institute (ITFRI) Solok, from March to June 2009. A randomized block design was used in this research with 10 treatments and three replications. Each treatments consisted of 10 banana plants. The treatment was 10 Foc isolates belonging to VCG 01213/16 originating from different varieties of banana and locations. Barangan plantlets produced from tissue culture propagation were used as the planting material. The results showed that there were high variations in virulence among 10 Foc isolates in VCG 01213/16 based on variables of the incubation period, percentage of wilt, and disease severity index on corm and leaves of Barangan variety. Nine of the 10 Foc isolates tested were highly virulent isolates. The incubation period ranged from 13.98 to 16.80 days, the percentage of wilt from 93.33 to 100%, and the disease severity index of corm and leaves ranged from 3.46 to 5.35 and from 4.68 to 5.41, respectively. The Foc VCG 01213/16 isolates originated from Jabung, East Lampung and from Ambon Kuning variety (isolate F) shown relatively low virulence than others isolates that the incubation period was 30.27 days and the disease severity index on the corm and leaves was 2.14 and 3.76, respectively. This result provides useful information on biology of F. oxysprum f. sp. cubense to find out the best control method of the pathogen.