Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penerapan Tema “The Next Level of Comfort” Pada Perancangan Interior Hotel Doubletree Emmanuella Suryady; Noeratri Andanwerti; Silvia Meliana
VISUAL Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN - UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jurnal.v16i2.17307

Abstract

Perancangan sebuah hotel perlu mempertimbangkan dua aspek utama, yaitu efisiensi dan kenyamanan. Dua aspek ini secara keseluruhan akan mempengaruhi keputusan sebuah rancangan hotel dengan melihat kepentingan konsumen hotel yang menjadi sasaran hotel tersebut. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada lahirnya rancangan berbagai jenis hotel yang berbeda sesuai jenis target pasarnya. Perancangan hotel ini bertujuan untuk menjelaskan betapa pentingnya peran interior dalam kehidupan manusia sebagai pengguna. Hasil analisis baik makro, mikro, pengguna, fasilitas, besaran ruang, hubungan ruang, zoning blocking, sirkulasi, dan sampai citra diperlukan untuk menentukan peningkatan dalam perancangan interior Hotel Doubletree. Dari hasil analisis inilah muncul tema “The Next Level of Comfort” yang menjadi patokan untuk peningkatan perancangan interior Hotel Doubletree di Jakarta. Peningkatan dilakukan dengan cara mengubah material yang lebih tahan lama dan memiliki kualitas yang baik, furniture yang multifungsional, dan suasana yang membuat baik tamu maupun pekerja hotel aman dan nyaman. Konsep pada setiap ruang disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan penggunanya agar memaksimalkan kualitas dan kenyamanan dari peningkatan perancangan hotel Doubletree.Kata Kunci: Citra, Desain Interior, Hotel, Peningkatan, Perancangan.
A Review of the Role of Intangible Axis toward the Pathok Negoro’s Design Concept, Yogyakarta Silvia Meliana; Octaviana Sylvia Caroline
Humaniora Vol. 11 No. 3 (2020): Humaniora
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/humaniora.v11i3.6540

Abstract

The research aimed to review the role of the ‘mystical’ imaginary axis in Javanese cosmology in the Yogyakarta that might affect the inner spaces of the Pathok Negoro mosques (Ploso Kuning, Babadan, Dongkelan, and Mlangi). The research question was how Yogyakarta’s imaginary axis affected the inner spaces of these four Pathok Negoro. Yogyakarta was known to have a unique Javanese cosmology, cultural, and social life character compared to several cities on the island of Java. Yogyakarta kept a harmonious power between human life and the universe and still hold strong Javanese animism and was still tightly coupled with the city’s modern life. Human harmony with the universe was seen in the axis of a city that consisted of two main axes in the direction of the compass, namely north to south and east to west. The research applied a qualitative method by doing a literature study and observation. The research shows that the imaginary axis plays an essential role in Yogyakarta’s urban design and creates a sustainable concept of the four Pathok Negoro. However, it is not directly involved in the order of the inner space of the architecture design of each mosque.
KAJIAN DESAIN INTERIOR PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA Studi Kasus: Bioskop Metropole XXI Jakarta Ade Ariani Sari Fajarwati; Yunida Sofiana; Silvia Meliana; Octaviana Sylvia Carolin
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 16 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.367 KB) | DOI: 10.25105/dim.v16i2.7053

Abstract

AbstractHeritage building is recorder history in the past for better life in the future and need conservation. The Metropole XXI cinema as a landmark building in the Cikini area, Jakarta, has been listed as A class heritage building since 1993. It was established as public entertainment space and the oldest cinema in Indonesia since it was built in 1949. The Metropole XXI architecture has the Art Deco style, as a sign of transition to the end of the Dutch colonial era. As a heritage building, it is suspected that interior design in this site is harmony with its architectural style. Research is needed to review the interior design styles found in cultural heritage buildings. This study uses qualitative method, by collecting field observation data, literature review and visual data. The data obtained were then analyzed to prove the engagement between interior design and architectural styles of cultural heritage buildings with a case study at the Metropole XXI Jakarta cinema. AbstrakBangunan cagar budaya adalah situs yang mencatat sejarah manusia di masa lalu untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan dan membutuhkan konservasi. Bioskop Metropole XXI sebagai bangunan tengara di daerah Cikini, Jakarta, telah terdaftar sebagai gedung warisan kelas A sejak tahun 1993. Bioskop ini didirikan sebagai ruang hiburan publik dan bioskop tertua di Jakarta sejak dibangun pada tahun 1949. Arsitektur Metropole XXI memiliki gaya Art Deco, sebagai tanda transisi ke akhir era kolonial Belanda. Sebagai bangunan peninggalan, diduga desain interior di situs ini selaras dengan gaya arsitekturnya. Penelitian diperlukan untuk meninjau gaya desain interior yang ditemukan di bangunan cagar budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data observasi lapangan, tinjauan pustaka dan data visual. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk membuktikan keterlibatan antara desain interior dan gaya arsitektur bangunan cagar budaya dengan studi kasus di bioskop Metropole XXI Jakarta.