Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

KEBERADAAN DAN KENDALA PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI DI SMA Rochana, Totok
Jurnal Komunitas Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mata pelajaran Antropologi di SMA tergabung dalam kelompok IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Meskipun telah menjadi salah satu bagian mata pelajaran di SMA,  keberadaan mata pelajaran Antropologi tidak pernah berdiri menjadi mata pelajaran sendiri, melainkan menjadi bagian mata pelajaran Sejarah dan Sosiologi. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas bagaimanakah keberadaan mata pelajaran antropologi di SMA setelah merger ini dan bagaimana kendala-kendala pembelajaran antropologi di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tahun terakhir yang sibuk dengan penyempurnaan kurikulum, mata pelajaran Antropologi justru semakin termarjinalisasi. Antropologi hanya menjadi sub-bahasan  saja dalam mata pelajaran lain. Antropologi juga semakin dianggap kurang penting, padahal antropologi sangat penting dalam konteks masyarakat multikultural seperti Indonesia. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kendala-kendala dalam proses pembelajaran di antaranya kendala struktural, kultural, dan keterbatasan sumber daya manusia.Anthropology in high school subjects is incorporated in IPS batch (Social Sciences). Although it has become one of the subjects at the high school, Anthropology is a not an independent subject.  It isonly part of History and Sociology subjects. The objective of this article is to study the existence of anthropological subjects in high school. The research method used is  qualitative approach, data collection was done by observation, interview and documentation. The results show that over the years of curriculum improvement, anthropology subjects are becoming more and more marginalised.  Anthropology is only a sub topics of other school subjects. Many regards anthropology no longer important though in fact anthropology is an important subject in a multicultural society like Indonesia. This maginalization of anthropology subject leads to other constraints in the learning process, which include structural, cultural, and human resource constraints.
RELEVANSI KURIKULUM PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI DENGAN KEBUTUHAN MENGAJAR GURU SMA Rochana, Totok
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Materi pembelajaran  Sosiologi dan Antropologi yang diajarkan di SMA senantiasa mengalami perubahan. Sementara  kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES tidak banyak mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, penulis membahas bagaimana relevansi antara Kurikulum Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES dengan kebutuhan mengajar bagi guru Sosiologi dan Antropologi SMA Negeri di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan  bersifat kasus, pengumpulan data menggunakan metode wawancara tertutup dan terbuka, dan analisis data  menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian  disimpulkan bahwa kurikulum  Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES, masih relevan dengan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi yang diajarakan di SMA. Saran yang diajukan adalah: perlu diselenggarakan penataran-penataran/diklat-diklat peningkatan penguasaan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi bagi guru-guru Sosiologi dan Antropologi yang bukan berlatar belakang Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengangkatan CPNS Guru Sosiologi dan Antropologi perlu diprioritaskan dari lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi tetap mengacu pada relevansinya dengan kebutuhan di lapangan.Sociology and Anthropology instructional materials taught in high school are constantly changing, though the curriculum of Sociology and Anthropology FIS Unnes does not change much. In this study, the author discusses the relevance of the curriculum of Sociology and Anthropology of Education Unnes FIS to the needs of teaching for teachers of Sociology and Anthropology Senior high school in Central Java. The method used in this study is a qualitative approach using descriptive methods. Based on the results of the study it is concluded that the curriculum of Sociology and Anthropology Unnes FIS is still relevant to the needs of Sociology and Anthropology classes at the high school. The suggestions are: to be held refresher courses for teachers, upgrading courses  for miss match teachers. The selection of teachers of Sociology and Anthropology should be prioritized from the alumni of sociology and anthropology department and the development of Educational Studies Program curriculum of Sociology and Anthropology should refer to the relevance and needs on the ground.
PERANAN PERKULIAHAN BIDANG STUDI KEPENDIDIKAN DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI Rahmawati, Yeni; Fatimah, Nurul; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 5 No 2 (2016): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena  cultural shock mahasiswa kependidikan dalam melaksanakan tugas pengelolaan pembelajaran pada saat praktik pengalaman lapangan (PPL) menjadi sebuah kajian yang menarik untuk diteliti. Hal itu dikarenakan selama perkuliahan mahasiswa kependidikan telah dibekali keilmuan metodik pedagogik penunjang profesinya sebagai calon guru. Melalui pendekatan penelitian kualitatif, akan dikaji bagaimana peranan perkuliahan bidang studi kependidikan bagi mahasiswa pendidikan Sosiologi dan Antropologi pada saat PPL.Hasil penelitian menunjukan masing-masing mata kuliah memiliki tujuan pembelajaran yang spesifik atau khusus sebagaimana dinyatakan dalam teori pembelajaran bertujuan yang digagas oleh Edward C Tolman, kekhususan tersebut berimplikasi pada aktivitas belajarnya dan peranan perkuliahan pada saat PPL yang berbeda pula. Peranan perkuliahan perencanaan pembelajaran pada saat PPL sebagai implikasi pembelajaran di kampus, yaitu mampu membekali kemampuan merencanakan pembelajaran secara mahir sesuai kebutuhan kurikulum 2013. Peranan perkuliahan pembelajaran inovatif, yaitu mampu membekali keterampilan menginovasi pembelajaran sesuai analisis kebutuhan materi ajar, karakteristik siswa di sekolah PPL, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Peranan perkuliahan evaluasi pembelajaran yaitu membekali kemampuan melakukan penilaian dengan instrumen yang beragam, tetapi kurang berperan dalam membekali operasionalisasi penilaian dengan kurikulum 2013. Peranan perkuliahan strategi belajar mengajar, berperan dalam membekali keterampilan mengajar layaknya guru, tetapi kurang berperan dalam mengembangkan mental keberanian menjadi guru, dan melakukan manajemen kelas
EKSISTENSI KESENIAN JARAN KEPANG DALAM ARUS INDUSTRI PARIWISATA DI DUSUN SURUHAN DESA KEJI KABUPATEN SEMARANG Palevi, Reza; Prasetya, Kuncoro Bayu; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 5 No 1 (2016): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui asal mula perkembangan kesenianjaran kepang pada masyarakat Dusun Suruhan Desa Keji. (2) Mengetahui fungsikesenian jaran kepang bagi masyarakat Dusun Suruhan Desa Keji. (3) Mengetahuieksistensi kesenian jaran kepang di Dusun Suruhan dengan dijadikannya DusunSuruhan sebagai Desa Wisata. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Jarankepang merupakan kesenian tradisional yang mengalami perkembangan denganadanya pariwisata. (2) Kesenian jaran kepang pada awalnya berfungsi sebagai alternative media hiburan, kemudian mengalami perluaasan fungsi digunakan dalamtradisi Merti Dusun, sebagai mobilisasi massa, sebagai media intregrasi sosial, sebagai simbol identitas masyarakat. (3) Eksistensi kesenian jaran kepang mengalamiperkembangan dengan masuknya industri pariwisata yang kemudian dikenal olehmasyarakat luas, aktivitas pariwisata tidak berlangsung lama karena pengelolaanpariwisata yang tidak berbasis pada partisipasi masyarakat sehingga mempengaruhieksistensi kesenian jaran kepang.
MELANGGENGKAN BIMBINGAN BELAJAR DALAM KAPITALISME PENDIDIKAN Qomariyah, Ana; Fatimah, Nurul; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 6 No 1 (2017): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini berusaha mengungkapkan re-definisi peran dan makna bimbingan belajar pada siswa SMA N 1 Bae Kudus, yang turut melanggengkan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan setelah reformasi peran bimbingan belajar ditujukan untuk siswa guna membantu dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta dapat mengatasi kesulitan belajar, sedangkan peran bimbingan belajar saat ini adalah sebuah layanan yang berorientasi pada bisnis karena adanya anggapan bahwa dari bimbingan belajar siswa dapat mencapai kesuksesan, sehingga melupakan fitrah sekolah dalam membantu siswa menuju kesuksesan. Semuanya dipercayakan pada bimbingan belajar yang memberikan janji bagi siswa yang bergabung di bimbingan belajar tersebut, sehingga memungkinkan peluang bagi kaum kapitalis untuk membuka usaha bimbingan belajar. Alasan siswa SMA N 1 Bae Kudus dalam mengikuti bimbingan belajar adalah adanya kebijakan dari pemerintah yang menetapkan batas minimal nilai UN. Batas nilai UN yang naik setiap tahunnya serta didukung sistem ujian yang dibentuk untuk menghindari kecurangan antar siswa dalam mengahadapi UN, selanjutnya keinginan siswa untuk lolos PTN menambah kuat praktik  re-definisi bimbingan belajar. Siswa yang berorientasi pada hasil yang instan sehingga dengan mudah memutuskan untuk mengikuti layanan bimbingan belajar. Disadari maupun tidak ketika masalah ini terus dilanggengkan pada asumsi masyarakat, tidak dapat dihindarkan kapitalisme akan menggrogoti dunia pendidikan. Dunia pendidikan seperti kehilangan rohnya untuk mencerdaskan anak bangsa ketika dalam bimbingan belajar diajari pada proses yang instan dan meyakinkan pada hasil yang maksimal. Masyarakat terhegemoni akan besarnya pengaruh tantangan kapitalisme, memiliki orientasi yang tinggi pada keberhasilan dan kesuksesan yang hanya ditempuh dengan usaha yang instan pula.
Etnoekologi Masyarakat Penambang Emas di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas nurhayati, ika nofita; Brata, Nugroho Trisnu; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 6 No 2 (2017): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Utilization of Cihonje-Paningkaban hill land to be a artisanal gold mining location raises typical behaviour patterns of society that is distinctive and different from other society. The purpose of this research is to determine the behavior patterns of Cihonje society in utilizing their environment and how the environmental meaning for society. Researchers uses qualitative methods. Data analysis using ethnoecological approach. The results showed that miners have ideas and knowledge in mining operations that are implemented in mining activities. Mining activities give positive impact related to the prosperity of society. There are also negative impact related to the envoronment arround Cihonje-Paningkaban hills which is atributed with Ratadawa story, where there will be landslide and the land surface become wide and flat in the mining location as the name of Ratadawa. Ratadawa forecast indirectly give legitimacy towards the sustainability of gold mining activities in the Cihonje-Paningkaban hills. Keywords: artisanal gold mining, environmental utilization, environmental  meaning, ethnoecology
Penggunaan Asesmen Autentik Oleh Guru Sosiologi Di Sma Negeri 1 Boja (Pokok Bahasan Materi Pembentukan Kelompok Sosial) Setiawati, Setiawati; Kismini, Elly; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 6 No 2 (2017): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah melihat cara guru sosiologi menggunakan asesmen autentik pada siswa sekaligus mengetahui kendala yang dialami dalam proses penggunaan asesmen autentik tersebut. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boja. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatifdengan fokus penelitian: (1) penggunaan asesmen autentik oleh guru sosiologi (pokok bahasan materi pembentukan kelompok sosial) (2) kendala penggunaan asesmen autentik oleh guru sosiologi (pokok bahasan materi pembentukan kelompok sosial). Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penelitian yang telah dilakukan di analisis menggunakan teori kemampuan belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Robert M. Gagne. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di pilih dalam penelitian ini sebagai pendukung analisis teori kemampuan belajar Robert M. Gagne. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digunakan untuk menganalisis kendala penggunaan asesmen autentik yang dilakukan oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Boja.   The purpose of this study is to look at how sociology teachers use authentic assessment of the students as well as to know the constraints experienced in the process of using the authentic assessment. The research was conducted in SMA Negeri 1 Boja. The research was conducted with qualitative approach with focus of research: (1) use of authentic assessment by teacher of sociology (subject matter of formation of social group) (2) obstacle of using authentic assessment by teacher of sociology (subject matter of social group formation). Data collection techniques are conducted through participant observation, interviews, documentation. Research data is analyzed by qualitative descriptive analysis technique. The research that has been done in the analysis uses theories of learning ability and the factors that influence the learning of Robert M. Gagne. Factors that influence learning are selected in this study as a supporter of Robert M. Gagnes theory of learning ability. Factors influencing learning are used to analyze the constraints of using authentic assessment by sociology teachers in SMA Negeri 1 Boja.  
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Sebagai Upaya Membentuk Habitus Literasi Siswa Di Sma Negeri 4 Magelang Pradana, Betha Handini; Fatimah, Nurul; Rochana, Totok
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 6 No 2 (2017): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gerakan literasi sekolah (GLS) mulai diterapkan oleh pemerintah dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 edisi Revisi, dengan tujuan untuk membentuk budi pekerti siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persiapan sekolah, pelaksanaan, serta mengetahui kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam menerapkan GLS. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian yaitu di SMA N 4 Magelang. Subjek dalam penelitian ini adalah Tim Literasi dan siswa SMA N 4 Magelang. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa habitus literasi siswa di SMA N 4 Magelang belum sepenuhnya terbentuk, dikarenakan siswa terdapat dua kalangan yakni kalangan yang memiliki habitus membaca dan menulis baik, dan yang memiliki habitus membaca dan menulis rendah. Habitus literasi mengalami “kesuksesan” hanya pada siswa yang sebelumnya sudah memiliki habitus membaca dan menulis baik. Kendala utama yang dihadapi yakni kesadaran siswa dan guru untuk terus konsisten dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan GLS.   School literacy movement (SLM) began to be implemented by the government with the enactment of Curriculum 2013 edition revision, with the aim to form the character students. This research aims to determine the preparation of schools, the implementation, as well as knowing the obstacles face by the school in applying SLM. This research uses qualitative research. The location of the research in SMA N 4 Magelang. The subjects in this research were Literacy Team and the students in SMA N 4 Magelang. The data collection techniques used is interviews, observation, and documentation. The result of the research shows that the students literacy habit in SMA N 4 Magelang has not been fully formed, because there are two students who have good reading and writing, and who have low reading and writing habitus. The literacy habitus experiences "success" only in students who previously had good reading and writing habitus. The main obstacle faced is the awareness of students and teachers to continue to be consistent in carrying out activities related to SLM.  
KEBERADAAN DAN KENDALA PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI DI SMA Rochana, Totok
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v2i2.2285

Abstract

Mata pelajaran Antropologi di SMA tergabung dalam kelompok IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Meskipun telah menjadi salah satu bagian mata pelajaran di SMA,  keberadaan mata pelajaran Antropologi tidak pernah berdiri menjadi mata pelajaran sendiri, melainkan menjadi bagian mata pelajaran Sejarah dan Sosiologi. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas bagaimanakah keberadaan mata pelajaran antropologi di SMA setelah merger ini dan bagaimana kendala-kendala pembelajaran antropologi di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tahun terakhir yang sibuk dengan penyempurnaan kurikulum, mata pelajaran Antropologi justru semakin termarjinalisasi. Antropologi hanya menjadi sub-bahasan  saja dalam mata pelajaran lain. Antropologi juga semakin dianggap kurang penting, padahal antropologi sangat penting dalam konteks masyarakat multikultural seperti Indonesia. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kendala-kendala dalam proses pembelajaran di antaranya kendala struktural, kultural, dan keterbatasan sumber daya manusia.Anthropology in high school subjects is incorporated in IPS batch (Social Sciences). Although it has become one of the subjects at the high school, Anthropology is a not an independent subject.  It isonly part of History and Sociology subjects. The objective of this article is to study the existence of anthropological subjects in high school. The research method used is  qualitative approach, data collection was done by observation, interview and documentation. The results show that over the years of curriculum improvement, anthropology subjects are becoming more and more marginalised.  Anthropology is only a sub topics of other school subjects. Many regards anthropology no longer important though in fact anthropology is an important subject in a multicultural society like Indonesia. This maginalization of anthropology subject leads to other constraints in the learning process, which include structural, cultural, and human resource constraints.
RELEVANSI KURIKULUM PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI DENGAN KEBUTUHAN MENGAJAR GURU SMA Rochana, Totok
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v4i2.2417

Abstract

Materi pembelajaran  Sosiologi dan Antropologi yang diajarkan di SMA senantiasa mengalami perubahan. Sementara  kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES tidak banyak mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, penulis membahas bagaimana relevansi antara Kurikulum Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES dengan kebutuhan mengajar bagi guru Sosiologi dan Antropologi SMA Negeri di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan  bersifat kasus, pengumpulan data menggunakan metode wawancara tertutup dan terbuka, dan analisis data  menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian  disimpulkan bahwa kurikulum  Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES, masih relevan dengan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi yang diajarakan di SMA. Saran yang diajukan adalah: perlu diselenggarakan penataran-penataran/diklat-diklat peningkatan penguasaan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi bagi guru-guru Sosiologi dan Antropologi yang bukan berlatar belakang Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengangkatan CPNS Guru Sosiologi dan Antropologi perlu diprioritaskan dari lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi tetap mengacu pada relevansinya dengan kebutuhan di lapangan.Sociology and Anthropology instructional materials taught in high school are constantly changing, though the curriculum of Sociology and Anthropology FIS Unnes does not change much. In this study, the author discusses the relevance of the curriculum of Sociology and Anthropology of Education Unnes FIS to the needs of teaching for teachers of Sociology and Anthropology Senior high school in Central Java. The method used in this study is a qualitative approach using descriptive methods. Based on the results of the study it is concluded that the curriculum of Sociology and Anthropology Unnes FIS is still relevant to the needs of Sociology and Anthropology classes at the high school. The suggestions are: to be held refresher courses for teachers, upgrading courses  for miss match teachers. The selection of teachers of Sociology and Anthropology should be prioritized from the alumni of sociology and anthropology department and the development of Educational Studies Program curriculum of Sociology and Anthropology should refer to the relevance and needs on the ground.