Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Proses Pratanak dan Teknik Penggilingan untuk Mempertahankan Mutu Beras Merah (Oryza nivara) Binalopa, Thitin
JURNAL PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (967.889 KB) | DOI: 10.33964/jp.v28i2.427

Abstract

Salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu fisik beras adalah dengan mengolah gabah secara pratanak. Beras pratanak merupakan proses perendaman gabah dan pengukusan dengan uap panas yang dapat mempengaruhi mutu beras pratanak dan menghindari kerusakan beras pada saat penggilingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh proses pratanak dan teknik penggilingan terhadap kandungan antosianin dan mutu beras merah. Tahapan penelitian dimulai dengan pembuatan beras pratanak dilanjutkan ke tahap penggilingan dengan konfigurasi giling yaitu husker satu kali (1H), husker dua kali (2H), husker satu kali polisher satu kali (1H1P) dan husker dua kali polisher satu kali (2H1P) kemudian dilakukan tahap uji karakteristik yang meliputi mutu fisik beras pratanak, rendemen beras, dan kadar antosianin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen beras pratanak dengan konfigurasi penggilingan husker satu kali (1H) tertinggi yaitu 78.09­%. Proses perendaman dan penyosohan beras merah pratanak menyebabkan penurunan kandungan antosianin. Penurunan kandungan antosianin beras merah pratanak dan konfigurasi giling husker satu kali (1H), husker dua kali (2H), husker satu kali polisher satu kali (1H1P), dan husker dua kali polisher satu kali (2H1P) adalah masing masing 24.96 mg/100g, 22.86 mg/100g, 21.77 mg/100g, dan 17.18 mg/100g dibanding perlakuan kontrol (tanpa pratanak) 30.87 mg/100g. Kehilangan kandungan antosianin pada beras merah dapat diminimalkan dengan memperhatikan proses penyosohan beras merah.kata kunci: Beras pratanak, kadar antosianin, mutu beras merah 
Penentuan Perlakuan Terbaik Formulasi Sari Buah Buni sebagai Minuman Fungsional Menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) A. Hermina Julyaningsih; Indra Yuliana; Thitin Binalopa
Dewantara Journal of Technology Vol. 3 No. 1 (2022): Dewantara Journal of Technology Vol. 3 No. 1
Publisher : Akademi Teknologi Industri Dewantara Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah buni merupakan sejenis buah lokal yang bisa ditemui di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di Sulawesi Selatan. Buah ini kaya akan kandungan Vitamin C, asam-asam organik dan antioksidan yang sangat bermanfaat bagi tubuh sehingga buah ini bisa dijadikan alternatif bahan baku untuk minuman fungsional yang memeiliki nilai jual yang tinggi. Ada beberapa perlakuan yang mempengaruhi kualitas dan daya jual sari buah buni ketika produk ini akan dipasarkan yaitu kandungan Vitamin C, kandungan antosianin, rasa, keasaman dan aktivitas antioksidan, namun perlu diketahui terlebih dahulu perlakuan mana yang menjadi faktor dominan dalam menentukan profil produk sari buah buni yang akan diproduksi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menentukan perlakuan mana yang paling penting dalam menentukan kriteria profil produk sari buah buni menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini memungkin penentuan perlakuan terbaik tersebut secara lebih objektif memanfaatkan aplikasi Expert Choice dari peniliain dan pemberian skoring oleh panelis terlatih.
Proses Pratanak dan Teknik Penggilingan untuk Mempertahankan Mutu Beras Merah (Oryza nivara) Thitin Binalopa
JURNAL PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v28i2.427

Abstract

Salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu fisik beras adalah dengan mengolah gabah secara pratanak. Beras pratanak merupakan proses perendaman gabah dan pengukusan dengan uap panas yang dapat mempengaruhi mutu beras pratanak dan menghindari kerusakan beras pada saat penggilingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh proses pratanak dan teknik penggilingan terhadap kandungan antosianin dan mutu beras merah. Tahapan penelitian dimulai dengan pembuatan beras pratanak dilanjutkan ke tahap penggilingan dengan konfigurasi giling yaitu husker satu kali (1H), husker dua kali (2H), husker satu kali polisher satu kali (1H1P) dan husker dua kali polisher satu kali (2H1P) kemudian dilakukan tahap uji karakteristik yang meliputi mutu fisik beras pratanak, rendemen beras, dan kadar antosianin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen beras pratanak dengan konfigurasi penggilingan husker satu kali (1H) tertinggi yaitu 78.09­%. Proses perendaman dan penyosohan beras merah pratanak menyebabkan penurunan kandungan antosianin. Penurunan kandungan antosianin beras merah pratanak dan konfigurasi giling husker satu kali (1H), husker dua kali (2H), husker satu kali polisher satu kali (1H1P), dan husker dua kali polisher satu kali (2H1P) adalah masing masing 24.96 mg/100g, 22.86 mg/100g, 21.77 mg/100g, dan 17.18 mg/100g dibanding perlakuan kontrol (tanpa pratanak) 30.87 mg/100g. Kehilangan kandungan antosianin pada beras merah dapat diminimalkan dengan memperhatikan proses penyosohan beras merah.kata kunci: Beras pratanak, kadar antosianin, mutu beras merah 
Pengaruh Penambahan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) pada Pembuatan Kue Kering: The Effect of Addition of Red Bean Flour (Phaseolus vulgaris L.) and Yellow Pumpkin Flour (Cucurbita moschata) on Cookies Production Thitin Binalopa; Baso Amir; A. Hermina Julyaningsih
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 11 No. 1 (2023): PERBAL: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.741 KB)

Abstract

Pemanfaatan sumber pangan lokal menjadi suatu produk olahan pangan masih sangat kurang. Salah satu produk pangan yang digermari oleh konsumen adalah kue kering. Kue kering merupakan produk olahan yang berbahan utama tepung. Penggunaan kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dan labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu cara diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan dan digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan kue kering. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk olahan kue kering dengan perbandingan tepung kacang merah dan tepung labu dan menganalisis karakteristik kue kering yang dihasilkan berdasarkan uji organoleptik dan analisis kimia Perlakuan penelitian ini adalah A1 (60% tepung kacang merah : 40% tepung labu), A2 (50% tepung labu kuning : 50% tepung kacang merah) dan A3 (40% tepung kacang merah : 60% tepung labu). Parameter pengamatan pada penelitian adalah uji mutu organoleptik (uji hedonik) meliputi (warna, aroma, rasa dan tekstur) dan pengujian proksimat (kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat). Pengolahan data secara deskriptif kuantitatif dengan tiga kali ulangan dan analisis sidak ragam Annova serta uji lanjut Tukey. Perlakuan terbaik berdasarkan pegujian mutu organoleptik adalah A1 (60% tepung kacang merah : 40% tepung labu) memiliki rasa yang paling disukai oleh konsumen. Hasil uji proksimat kue kering adalah kadar air 3,45%, kadar abu 2,74%, protein 8,55%, lemak 27,78%, dan karbohidrat 57,5%. Utilization of local food sources into processed food products is still lacking. One of the food products favoured by consumers is cookies. Cookies are processed products made from flour. The use of red beans (Phaseolus vulgaris L.) and pumpkin (Cucurbita moschata) is a way of diversifying food by utilizing local food ingredients that are easily available and used as the main ingredient in making cookies. The purpose of this research is to produce processed products for cookies with a ratio of kidney bean flour and pumpkin flour and also to analyze the characteristics of the cookies produced based on organoleptic tests and chemical analysis. The treatments in this study were A1 (60% kidney bean flour: 40% pumpkin flour), A2 (50% pumpkin flour: 50% kidney bean flour), and A3 (40% red bean flour: 60% pumpkin flour) Observation parameters in this study were organoleptic quality tests (hedonic tests) including (color, aroma, taste, and texture) and proximate tests (moisture content, ash content, protein, fat, carbohydrates ) Data processing was descriptive quantitative with three repetitions and analysis of Anova's variance inspection and Tukey's advanced test. The best treatment based on organoleptic quality testing was A1 (6 0% red bean flour: 40% pumpkin flour) had the most preferred taste by consumers. The results of the cookie proximate test were 3.45% moisture content, 2.74% ash content, 8.55% protein, 27.78% fat, and 57.5% carbohydrates.