Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

TRADISI PEMBUATAN TANGKAL UNTUK IBU HAMIL PADA SUKU MELAYU DI DESA SEI BEROMBANG KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU Rosramadhana, Rosramadhana; Malau, Waston; Pasaribu, Payerli
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 5, No 1 (2013): Penelitian Ilmu Sosial
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada masyarakat pesisir yang dinamakan orang Melayu yang tinggal di desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhan Batu ada suatu tradisi yang harus dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil yaitu membuat “Tangkal”. Tradisi ini masih tetap dipertahankan sampai saat ini, bahkan uniknya untuk membuat tangkal itu ada ritual khusus yang harus dilakukan oleh orang yang dipercaya untuk membuatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ritual kepercayaan yang dilakukan khususnya menggambarkan tentang proses pelaksanaan ritual kepercayaan pembuatan dan pemakaian tangkal pada ibu hamil, untuk mengetahui fungsi dan makna tangkal bagi masyarakat Melayu khususnya tangkal ibu yang sedang mengandung. Rancangan penelitian ini akan disusun dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etik dan emik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Dianalisis secara kualitatif, Penelitian ini juga akan melakukan audit trail untuk menguji keakuratan data (catatan lapangan, hasil rekaman dokumen, dan foto. Dan dilakukan member check dengan informan. Tangkal juga diletakkan di bagian rumah yang disarankan seperti di atas pintu masuk di sudut ruangan dan di dapur. Menurut ibu Jurmiah Kalimantan (pembuat tangkal) setelah ritual sumpit selesai dilaksanakan dan diberikan kepada ibu hamil langsung dipakai dan tidak boleh dilangkahi. Selanjutnya beberapa macam tangkal seperti (1)kunyit (2) kunyit bungle, (3) jariango,(4) kencur, (5) duri landak,(6) kuku bajang, (7)pinang sundari, (8) buah kemiri, (9) bawang putih tunggal, (10) barang merah tunggal, (11) gambir, (12) kapur, (13) sirih, (14) bambu kuning, (15) Sogar ono/bargot, (15) ijok, (16) lidi gila, (17) sambok daro,  (18) benang 3 warna (hitam,kuning,merah) dimasukkan kedalam sumpit dan tidak boleh ditutup agar setan takut.
PENGARUH BUDAYA DAN AGAMA TERHADAP PENGGUNAAN SUSU LEMBU DALAM RITUAL KEAGAMAAN SUKU PUNJABI PENGANUT AGAMA SIKH DI KOTA MEDAN Rosramadhana, Rosramadhana; Andriansyah, Dedi; Febryani, Ayu; Sebayang, Sonya Indri
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 4, No 2 (2012): Penelitian Dosen dan Mahasiswa
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ritual keagamaan menjadi salah satu cara  manusia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yang memiliki kekuatan tersebut. Emosi keagamaan semakin terbangun, sehingga kepatuhan dalam menjalankan segala perintah agamanya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Tuhan akan semakin terlaksana. Begitu juga dengan Suku Punjabi penganut agama Sikh di Kota Medan. Suku Punjabi penganut agama Sikh adalah salah satu etnik yang berasal dari India Utara. Dalam ritual keagamaan yang dilakukan, umat Sikh tidak pernah terlepas dari penggunaan susu lembu baik ketika sembahyang di Gurdwara (rumah ibadah umat Sikh), maupun dalam ritual keagamaan lainnya. Menggunakan metode peneitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara tidak terstruktur dan analisis etnografi serta analisis domain, penelitian ini mengungkapkan pengaruh dan dampak terhadap penggunaan susu lembu dalam ritual keagamaan Suku Punjabi penganut agama Sikh di Kota Medan. Ternyata susu lembu menjadi penguat betapa sakralnya ritual keagamaan tersebut. Susu lembu diolah menjadi sebuah makanan (karha parsad) yang kemudian menjadi media pada saat dilakukan Ardas (prosesi berdoa). Karha parsad tersebut kemudian dipotong dan dibagikan kepada umat Sikh lainnya.
Pemanfaatan Batok Kelapa menjadi Cinderamata sebagai Alternatif Penanggulangan Kemiskinan Rosramadhana, Rosramadhana; Harahap, Anisa Rodia
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 6, No 2 (2014): JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Poverty can be  solved by various ways in which one of them conducted by using coconut shells  to be souvenirs that based on cultural values as an alternative method in decreasing poverty. Management of production does not spend more cost as the material used also could be found easily. Beside to help elevating economic of household producers, it also could be synergy with ‘go green’ program in recycling waste of coconut shells converting to high value objects. The souvenirs which have been produced, firstly would be sold to stakeholders such as wealther local communities, Non Governmental Organizations (NGOs), Regional-Owned Enterprise (ROEs), State-Owned Enterprises (SOEs), universities, and exported abroad.  Finally, using coconut shells to be cultural souvenirs, will have helped the Indonesia people as well as to know and to hold their culture
Penggunaan Google Forms Sebagai Media Pemberian Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial Iqbal, Muhammad; Rosramadhana, Rosramadhana; Amal, Bakhrul Khair; Rumapea, Murni Eva
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 10, No 1 (2018): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial) JUNI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehadiran kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia memiliki dampak terhadap perubahan dalam proses belajar-mengajar khususnya dalam pemberian tugas pada setiap mata kuliah yang terkait dengan  6 (enam ) penugasan, yaitu Tugas Rutin, Critical Book Report (CBR), Critical Journal/Research Report (CJR), Rekayasa Ide, Mini Research dan Project. Adanya 6 (enam) penugasan mata kuliah tersebut, dosen mengalami kendala dalam mengolah menyimpan dan menilai tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa. Penggunaan google forms dapat memberikan alternatif kepada tim dosen dalam mengorganisasikan penugasan mata kuliah berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Keuntungan menggunakan google forms adalah efektif, efisien, interaktif serta meminimalkan penggunaan kertas. Sementara itu kendala/kelemahan dalam menggunakanya adalah ketika koneksi internet tidak berjalan dengan baik atau terputus.
TRADISI PEMBUATAN TANGKAL UNTUK IBU HAMIL PADA SUKU MELAYU DI DESA SEI BEROMBANG KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHAN BATU Rosramadhana, Rosramadhana; Malau, Waston; Pasaribu, Payerli
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 5, No 1 (2013): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial) JUNI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada masyarakat pesisir yang dinamakan orang Melayu yang tinggal di desa Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhan Batu ada suatu tradisi yang harus dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil yaitu membuat “Tangkal”. Tradisi ini masih tetap dipertahankan sampai saat ini, bahkan uniknya untuk membuat tangkal itu ada ritual khusus yang harus dilakukan oleh orang yang dipercaya untuk membuatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ritual kepercayaan yang dilakukan khususnya menggambarkan tentang proses pelaksanaan ritual kepercayaan pembuatan dan pemakaian tangkal pada ibu hamil, untuk mengetahui fungsi dan makna tangkal bagi masyarakat Melayu khususnya tangkal ibu yang sedang mengandung. Rancangan penelitian ini akan disusun dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etik dan emik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Dianalisis secara kualitatif, Penelitian ini juga akan melakukan audit trail untuk menguji keakuratan data (catatan lapangan, hasil rekaman dokumen, dan foto. Dan dilakukan member check dengan informan. Tangkal juga diletakkan di bagian rumah yang disarankan seperti di atas pintu masuk di sudut ruangan dan di dapur. Menurut ibu Jurmiah Kalimantan (pembuat tangkal) setelah ritual sumpit selesai dilaksanakan dan diberikan kepada ibu hamil langsung dipakai dan tidak boleh dilangkahi. Selanjutnya beberapa macam tangkal seperti (1)kunyit (2) kunyit bungle, (3) jariango,(4) kencur, (5) duri landak,(6) kuku bajang, (7)pinang sundari, (8) buah kemiri, (9) bawang putih tunggal, (10) barang merah tunggal, (11) gambir, (12) kapur, (13) sirih, (14) bambu kuning, (15) Sogar ono/bargot, (15) ijok, (16) lidi gila, (17) sambok daro,  (18) benang 3 warna (hitam,kuning,merah) dimasukkan kedalam sumpit dan tidak boleh ditutup agar setan takut.
Ritual Erpangir Ku Lau pada Etnis Karo di Desa Kuta Gugung Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo M.Si, Rosramadhana
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 8, No 1 (2016): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial) JUNI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kearifan lokal etnis Karo, di Sumatera Utara. Kearifan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini ialah ritual erpangir ku lau. Ritual ini dilakukan dengan cara dimandikan ke seluruh bagian tubuh, yang berfungsi untuk menyembuhkan dari berbagai jenis penyakit. Ritual erpangir ku lau berarti (marpangir/ memandikan). Bahan yang digunakan seperti berbagai jenis jeruk purut, daun sirih, kunyit, lada hitam dan air. Penelitian menunjukkan bahwa nenek moyang dahulu sudah mempunyai kekuatan intelektual dalam pengobatan tubuh dari berbagai penyakit. Melalui pemanfaatan tumbuhan yang mereka miliki, dibantu dengan  doa  menurut kepercayaan mereka pada masa  itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara  dan observasi. Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  pada etnis Karo ritual erpangir  ku lau dijadikan sebagi tradisi dan diturunkan hingga sampai sekarang, tidak ada kepastian  waktu, sejak kapan di mulai tradisi ini, namun yang pasti  ritual ini sudah ada sejak nenek moyang mereka. Ritual ini dilakukan pada saat dan kebutuhan tertentu, misalnya ritual erpanagir ku lau untuk membuang sial/ marabahaya, untuk menyembuhkan dari sakit dan lain-lain. Berdasarakan hasil penelitian menunjukkan ritual ini masih tetap dilaksanakan dan dipertahankan sebagai warisan tradisi budaya Karo.
PENGARUH BUDAYA DAN AGAMA TERHADAP PENGGUNAAN SUSU LEMBU DALAM RITUAL KEAGAMAAN SUKU PUNJABI PENGANUT AGAMA SIKH DI KOTA MEDAN Rosramadhana, Rosramadhana; Andriansyah, Dedi; Febryani, Ayu; Sebayang, Sonya Indri
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 4, No 2 (2012): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial) DESEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ritual keagamaan menjadi salah satu cara  manusia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yang memiliki kekuatan tersebut. Emosi keagamaan semakin terbangun, sehingga kepatuhan dalam menjalankan segala perintah agamanya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Tuhan akan semakin terlaksana. Begitu juga dengan Suku Punjabi penganut agama Sikh di Kota Medan. Suku Punjabi penganut agama Sikh adalah salah satu etnik yang berasal dari India Utara. Dalam ritual keagamaan yang dilakukan, umat Sikh tidak pernah terlepas dari penggunaan susu lembu baik ketika sembahyang di Gurdwara (rumah ibadah umat Sikh), maupun dalam ritual keagamaan lainnya. Menggunakan metode peneitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara tidak terstruktur dan analisis etnografi serta analisis domain, penelitian ini mengungkapkan pengaruh dan dampak terhadap penggunaan susu lembu dalam ritual keagamaan Suku Punjabi penganut agama Sikh di Kota Medan. Ternyata susu lembu menjadi penguat betapa sakralnya ritual keagamaan tersebut. Susu lembu diolah menjadi sebuah makanan (karha parsad) yang kemudian menjadi media pada saat dilakukan Ardas (prosesi berdoa). Karha parsad tersebut kemudian dipotong dan dibagikan kepada umat Sikh lainnya.
Pemanfaatan Batok Kelapa menjadi Cinderamata sebagai Alternatif Penanggulangan Kemiskinan Rosramadhana, Rosramadhana; Harahap, Anisa Rodia
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Vol 6, No 2 (2014): JUPIIS (Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial) DESEMBER
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Poverty can be  solved by various ways in which one of them conducted by using coconut shells  to be souvenirs that based on cultural values as an alternative method in decreasing poverty. Management of production does not spend more cost as the material used also could be found easily. Beside to help elevating economic of household producers, it also could be synergy with ‘go green’ program in recycling waste of coconut shells converting to high value objects. The souvenirs which have been produced, firstly would be sold to stakeholders such as wealther local communities, Non Governmental Organizations (NGOs), Regional-Owned Enterprise (ROEs), State-Owned Enterprises (SOEs), universities, and exported abroad.  Finally, using coconut shells to be cultural souvenirs, will have helped the Indonesia people as well as to know and to hold their culture
EKSISTENSI TARI SERAMPANG DUA BELAS PADA SUKU MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG TIGA PEKAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Sari, Purnama; Rosramadhana, Rosramadhana
Buddayah : Jurnal Pendidikan Antropologi Vol 1, No 1 (2017): Edisi Juni 2017
Publisher : Buddayah : Jurnal Pendidikan Antropologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bdh.v1i1.8558

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang eksistensi tari Serampang Dua Belas, pewarisan tari Serampang Dua Belas serta perubahan yang terjadi setelah masuknya tari modern di Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kabupaten Serdang Bedagai. Tari Serampang Dua Belas merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan yang gesit dengan tempo yang cepat. Tarian dengan gerakan tercepat yang terdiri dari 12 (dua belas) gerakan. Pewarisan nilai budaya melalui pertunjukan tari Serampang Dua Belas dapat semakin berkembang, maju dan eksistensinya tetap terjaga dari masa kemasa. Eksistensi tari Serampang Dua Belas dapat kita lihat dari aspek sosial budaya, pewarisan (enkulturasi) dan fungsi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Serampang Dua belas tetap eksis dan dijaga kelestariannya serta diwariskan (enkulturasi) melalui keluarga, sanggar dan festival. Walaupun banyak tari modern yang masuk dan menarik minat para generasi muda tidak membuat mereka melupakan dan mengabaikan tari Serampang Dua Belas. Namun perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap tari Serampang Dua Belas yang terlihat dari kurangnya fasilitas seperti sanggar, kostum tari dan pelatih profesional.
Pendampingan Anak-anak Mengenal Sejarah Lokal Berbasis Digital Folklore di Kecamatan Medan Barat Windari, Fenny; Ikhwal, Muhammad; Wahyuni, Sri; Putra, Rizaldy; Rosramadhana, Rosramadhana
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 3 No 2 (2019): JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forum Dosen Indonesia JATIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.215 KB) | DOI: 10.36339/je.v3i2.237

Abstract

The child ? support activity in an introduction to local history-based folklore aims to increase the interest of children in the race-based reading park, to increase children?s knowledge of local history or folklore, and to instill moral values in the story. The method of execution used in such devoted activities is the preparation, application, and application stage. The result of such devotion is the 5 M ( Reading, Chanting, Watching, Writing and Reprogramming) of the cause for learning about the folklore in northern Sumatra. Further increase children?s creativity by training them to create simple posters of the folklore that they already know about. The next stage of recording sounds to children. This was done because in the process of making each a video character. The sleuthing created an app with posters an a video based on a digital focus lore.