Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

GAMBARAN KADAR HEMATOKRIT DAN HEMOGLOBIN PADA KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI - AGUSTUS 2014 Jumalang, Fitri; Rotty, Linda W. A.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6831

Abstract

Abstract: Acute myocardial infarction (AMI) or better known as a heart attack is a condition where the blood supply to a part of the heart stops so that the heart muscle cell death. Acute myocardial infarction is one of the most common diagnosis in developed countries. The rate of initial mortality (30 days) at the IMA is 30% with more than half of the deaths occur before the patient reaches the hospital. Methods - This research is a retrospective descriptive study. Samples were adult patients suffering from acute myocardial infarction who were treated in RSUP Prof. Dr R. D. Kandou. Results - Overview hematocrit and hemoglobin levels in the incidence of acute myocardial infarction in the department of Prof. Dr. RD Kandou Manado period January - August 2014 hemodilution patients get as many as 19 people (61.3%) and patients with normal hematocrit many as 12 people (38.7% ). In addition, for an overview of hemoglobin by age and sex obtained anemia patients by 5 people (16.1%) and patients with normal hemoglobin many as 26 people (83.9%). Conclusions - AMI patients in RSUP Prof. Dr RD Kandou Manado period January-August 2014 are subjected to low hematocrit (hemodilution) and normal hemoglobin.Keywords: acute myocardial infarction, hematocrit, hemoglobinAbstrak: Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Metode - Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini adalah penderita dewasa yang menderita infark miokard akut yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Hasil - Gambaran kadar hematokrit dan hemoglobin pada kejadian infark miokard akut di RSUP Prof DR RD Kandou Manado periode januari – agustus 2014 didapatkan pasien hemodilusi sebanyak 19 orang (61,3%) dan pasien hematokrit normal sebanyak 12 orang (38,7%). Selain itu, untuk gambaran hemoglobin berdasarkan umur dan jenis kelamin didapatkan pasien yang anemia sebanyak 5 orang (16,1%) dan pasien hemoglobin normal sebanyak 26 orang (83,9%). Simpulan - Pasien IMA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode januari-agustus 2014 sebagian besar mengalami hematokrit rendah (hemodilusi) dan hemoglobin normal.Kata kunci: infark miokard akut, hematokrit, hemoglobin
HUBUNGAN KADAR TROMBOSIT DAN KEJADIAN KAKI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Puspita, Nursina D.; Langi2Linda W. A. Rotty, Yuanita A.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7388

Abstract

Abstract: Diabetes mellitus is characterized with hyperglycemia that occurs due to abnormal secretion of insulin, abnormal function of insulin, or both. It is a metabolic disorder that genetic and clinic heterogeneous with manifestation including loss of carbohydrate tolerance. Diabetes mellitus is characterized by fasting hyperglycemia, postprandial hyperglycemia, atherosclerosis, and neuropathy. Diabetic foot is one of the chronic complications related to macroangiopathy, microangiopathy, and neuropathy. In diabetes mellitus suspected platelets disfunction occurs in patients with diabetes mellitus. This research is observational analytic with design of case control. Subjects of the study is a patients with diabetes mellitus type 2 and complications diabetic foot and without the complications diabetic foot is treated at poly endocrine, poly foot at hospital BLU/RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Statistical evaluation was performed by SPSS, normality data test using Kolmogorov-Smirnov, analyzed with Mann Whitney U-test and the correlation analysis using Spearman Correlation Test. The result normality test for the case group Kolmogorov-Smirnov test value p=0.715, as for the control group p=0.455 distribution is normal. And the result analyzed Mann Whitney U-test value p=0.017. The calculation of the Spearman correlation test value p= 0.015 and coefficient= -0.381. In this study conclude that platelets count in the normal range but there are differences in average of number of platelets both group, the group with diabetic foot were higher compared to the group non diabetic ulcer. The average number of platelets in group with diabetic foot was higher which indicated that could be either the cause or the due effect of the vascular complications. Platelets may play a role and can be used as a simple parameter to assess the vascular in diabetes.Keywords: trombosit platelets, diabetes mellitus, diabetic footAbstrak: Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Gangguan metabolisme terjadi secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi hilangnya toleransi karbohidrat. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemi puasa dan potstprandial, aterosklerosis, dan neuropati. Kaki diabetik merupakan penyakit vaskular mikroangiopati dan salah satu komplikasi kronik utama diabetes melitus yang terkait makroangiopati, mikroangiopati, neuropati. Pada diabetes melitus diduga terjadi disfungsi trombosit. enis penelitian ini ialah analitik observational dengan disain case control. Subyek penelitian ialah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi kaki diabetik dan yang tidak dengan komplikasi kaki diabetik yang berobat di poli endokrin penyakit dalam dan poli kaki BLU/RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pengolaan evaluasi data ini menggunakan SPSS dengan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov yang dianalisis dengan Mann Whitney U-test dan untuk korelasinya dianalisis menggunakan Spearman Correlation test. Hasil uji normalitas kelompok kasus nilai p=0,715, untuk kelompok kontrol p=0,455 yang berarti berdistribusi normal. Hasil statistik Mann Whitney U-test nilai p=0,017. statistik dengan Spearman Correlation test menunjukan hasil p=0,015 dan koefisien -0,381. Dalam penelitian ini jumlah trombosit dalam batas normal tetapi terdapat perbedaan rerata angka trombosit kedua kelompok dimana pada kelompok dengan kaki diabetik lebih tinggi dari pada kelompok diabetes melitus tanpa ulkus diabetik. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya rerata angka trombosit bisa menjadi salah satu penyebab atau efek dari komplikasi vaskular. Oleh karena itu trombosit mungkin berperan dan dapat digunakan sebagai parameter sederhana untuk menilai pembuluh darah pada diabetes.Kata kunci: angka trombosit, diabetes melitus, kaki diabetik
GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN DAN TROMBOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2014 –DESEMBER 2014 Lasut, Nathalin M.; Rotty, Linda W. A.; Polii, Efata B. I.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11025

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global dan penyebab kematian tersering oleh infeksi setelah HIV. Penurunan kadar Hb dibawah nilai normal didefinisikan sebagai anemia, anemia sendiri adalah fitur utama pada pasien dengan infeksi bakteri. Trombositosis reaktif dapat ditemukan dalam sejumlah situasi klinis termasuk penyakit menular.Tujuan: Untuk mengetahui kadar hemoglobin dan jumlah trombosit pada pasien tuberculosis paru di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 – Desember 2014Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif retrospektif.Hasil: Dari 67 pasien, jumlah pasien dengan kadar hemoglobin dibawah nilai normal atau anemia sebanyak 44 pasien (65,67%) dansebanyak 23 pasien (34,33%) tidak mengalami anemia. Jumlah pasien yang mengalami trombositopenia sebanyak 4 pasien (5,97%), pasien dengan kadar trombosit normal sebanyak 50 pasien (74,62%), dan yang mengalami trombositosis sebanyak 13 pasien (19,40%).Kesimpulan: Kadar hemoglobin pada penderita TB paru ditemukan terbanyak dengan kadar Hb yang rendah atau anemia, sedangkan jumlah trombosit pada penderita TB paru ditemukan terbanyak dengan jumlah trombosit normal.Kata kunci: Tuberkulosis paru, Hemoglobin, TrombositBackground: Tuberculosis remain a major health problem and second most common cause of death by infection after HIV. The decrease of Hb levels below normal value is defined as anemia, anemia itself is a major feature in patients with bacterial infection. Reactive thrombocytosis can be found in a number of clinical situations including infectious diseases.Objective: To determine hemoglobin levels and platelet counts in patients with pulmonary tuberculosis at Prof. Dr. R. D. Kandou Manado general hospital periods January 2014 – December 2014.Method: This research uses descriptive retrospective study design.Results: Among 67 patients, number of patients with hemoglobin levels below the normal value or anemia are 45 patients (65,67%) and 23 patients (34,33%) are not anemic. Number of patients with thrombocytopenia are 4 patients (5,97%), patients with normal number of platelets are 50 patients (74,62%) and number of patients with thrombocytosis are 13 patients (19,40%).Conclusion: Hemoglobin levels in patients with pulmonary TB are found most below the normal value or anemia while the number of platelets in patients with pulmonary TB are found most normal platelet counts.Keyword: Pulmonary tuberculosis, Hemoglobin, Platelets
PREVALENSI ANEMIA PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2013 Rambi, Aaron Ch.; Rotty, Linda W. A.; Panda, Agnes L.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6748

Abstract

Abstract: Anemia is common in heart failure patients, especially in patients with old age, female, chronic kidney disease, ACE inhibitors (angiotensin-converting-enzyme inhibitors) users and in patients with severe congestive heart failure. Anemia is an independent prognostic factor for mortality. Anemia is characterized by the value of hemoglobin less than 13 g / dl in men and less than 12 g / dl in women. The purpose of this study was to determine the prevalence of anemia in patients with heart failure. This was a descriptive retrospective study. The samples of this study were 834 medical records of hospitalization and ambulatory patients in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado which had hematology examination results in 2013. The results showed that the prevalence of anemia in heart failure patients was 33.6% and mostly were mild anemia (57%). Although not so significant, the proportion of female patients with anemia were higher (33,57%) than male (33,54%). The over 64 years group has the highest proportion of all age groups. Conclusion: Anemia is common in heart failure patients, especially those aged over 64 years. There was no significant difference between the proportion of women and men who were anemic. Most patients suffered from mild anemia.Keywords: anemia, heart failure, prevalenceAbstrak: Anemia sering ditemukan pada gagal jantung terutama pada pasien yang berusia tua, dengan jenis kelamin perempuan, menderita kelainan ginjal kronik, pengguna ACE inhibitor (angiotensin-converting-enzyme inhibitor) dan pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang parah. Anemia merupakan faktor prognostik independen terhadap kematian. Anemia ditandai dengan nilai hemoglobin kurang dari 13 g/dl pada laki-laki dan kurang dari 12 g/dl pada perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia pada pasien gagal jantung. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ini adalah 834 rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang memiliki hasil pemeriksaan hematologi. Hasail penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada pasien gagal jantung adalah 33,6% dan sebagian besar menderita anemia ringan (57%). Walaupun tidak begitu signifikan, proporsi dari pasien perempuan dengan anemia lebih tinggi (33,57%) dibandingkan pria (33,54%). Kelompok umur lebih dari 64 thun memiliki proporsi tertinggi dibadingkan semua kelompok umur. Simpulan: Anemia sering ditemukan pada pasien gagal jantung, terutama yang berusia lebih dari 64 tahun. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi dari peremuan dan laki-laki yang menderita anemia. Kebanyakan pasien menderita anemia ringan.Kata kunci: anemia, gagal jantung, prevalensi
HUBUNGAN TROMBOSITOPENIA DAN HEMATOKRIT DENGAN MANIFESTASI PERDARAHAN PADA PENDERITA DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE Livina, Andrea; Rotty, Linda W. A.; Panda, Lucia
e-CliniC Vol 2, No 1 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i1.3610

Abstract

Abstract: Dengue fever (DF) and dengue haemorrhagic fever (DHF), an infection disease who still become a health problem in Indonesia. There was increasing cases reported in Indonesia from 2011 to 2012. Thrombocytopenia and plasma leakage signed by haemoconcentration are important indicator in dengue. Bleeding manifestation appears as clinical symptom of DF and DHF that increases mortality ratio of dengue infection. The aim of this study is toinvestigatethe correlation of thrombocytopenia and hematocrit tobleeding manifestation of dengue fever and dengue haemorrhagic fever.This study is retrospective cross-sectional. Forty two men and thirty five women were evaluated in this study, fifty nine of them were diagnosedas DF and eighteen of them were diagnosed asDHF. The correlation of thrombocytes to hematocrit used nonparametric Spearman test, the result were significant with p=0,000 and r=-0,183. The correlation of thrombocytes to the occurrence of bleeding manifestation and hematocrit to the occurrence of bleeding manifestation, both were not significant, with p=0,714 and p=0,153. This study suggest that there were a very weak correlation between thrombocytes and hematocrit and no correlation between thrombocytopenia and hematocrit with bleeding manifestation. Keywords: Dengue Fever, Dengue Haemorrhagic Fever, Thrombocytopenia, Hematocrit, and Bleeding Manifestation.   Abstrak: Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Telah dilaporkan terdapat peningkatan jumlah kasus di Indonesiadari tahun 2011 ke tahun 2012. Berdasarkan kriteria laboratorium WHO, jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia) dan kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi merupakan indikator penting pada DD dan DBD. Gejala klinis DD dan DBD dapat disertai dengan manifestasi perdarahan yang akan meningkatkan rasio mortalitas penderita infeksi dengue. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan trombositopenia dan hematokrit dengan manifestasi perdarahan pada penderita demam dengue dan demam berdarah dengue ini menggunakanmetode retrospektif dengan studi cross-sectional.Sampel pada penelitian ini terdiri dari 42 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Penderita DD berjumlah 59 orang dan penderita DBD berjumlah 18 orang. Uji nonparametrik Spearman terhadap trombosit dan hematokrit mendapat hasil signifikan (p=0,000 ; r=-0,183). Uji nonparametrik Spearman terhadap trombosit dan manifestasi perdarahan mendapat hasil yang tidak signifikan (p=0,714). Uji nonparametrik Spearman terhadap hematokrit dan manifestasi perdarahan mendapat hasil yang tidak signifikan (p=0,153). Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat lemah antara trombosit dan hematokrit, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara trombositopenia dan hematokrit dengan manifestasi perdarahan. Kata kunci:Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, Trombositopenia, Hematokrit, dan Manifestasi Perdarahan.
GAMBARAN ANEMIA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI BLU. RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU Pali, Dwifrista Vani; Moeis, Emma Sy.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 1, No 2 (2013): Jurnal e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v1i2.3282

Abstract

Abstract: Anemia is the most common complication in patient with Chronic Kidney Disease (CKD). Anemia itself coud be a risk predictor to cardiovascular event and prognosis to kidney disease itself. The goal is to know the profile of anemia on CKD patient at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The methods in this research is the observasional study with cross sectional device in CKD patient s tage 3, 4, and 5 at at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results are from 25 total patient who included in research criterion there 15(60%) man and 10(40%) woman, age distribution basic on CKD stages, Group of age 30-40 have 1(4%) in stage 4, 2(8%) in stage 5, group 36-40 in stage 3 theres 2 (8%), in stage 42(8%). Group 41-45 5(20%) in stage 4 and 3(12%) in stage 5. Group 46-50 3 (12%) in stage 3, 2(8%) in stage 4 and 5(20%) in stage 5. Anemia distribution basic on CKD stages, normal iron deficiency there’s 4 people in stage 3. 4 people in stage 6, and 4 people stage 5. Iron deficiency fungtional 1 person in stage 3, 4 people in stage 4 and 4 people in stage 5. Iron deficiency absolute there’s 2 people in stage 5. The Conclusions in this research is the most status of anemia in this research is normal iron deficiency are 14 people Key Words : Anemia, CKD, Transferrin Saturation, Ferittin Serum    Abstrak : Latar Belakang dari penelitian ini yaitu anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ginjal kronik (PGK). Anemia sendiri juga dapat menjadi prediktor resiko terjadinya kejadian kardiovaskular dan prognosis dari penyakit ginjal sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran anemia pada penderita PGK di poliklinik ginjal – hipertensi bagian ilmu penyakit dalam BLU.RSU. Prof.dr R.D Kandou Manado. Metodologi Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan potong lintang pada pasien (PGK) stadium 3, 4, dan 5 di poliklinik ginjal – hipertensi bagian ilmu penyakit dalam BLU.RSU. Prof.dr R.D Kandou Manado selama kurun waktu 2 bulan (November-Desember 2012) .Hasil dari peneltian ini adalah dari 25 pasien yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 15 (60%) pasien laki-laki dan 10 (40%) perempuan, distribusi umur berdasarkan derajat PGK kategori umur 30-40  tahun terdapat 1 (4%) orang pada stadium 4, 2(8%) pada stadium 5. Kategori  36-40 terdapat 2(8%) orang pada stadium 3, 2 (8%) pada stadium 4. Kategori umur 41-45, 5(20%) orang pada stadium 4 dan 3(12%) orang pada stadium 5. Kategori 46-50 terdapat 3(12%) orang pada stadium 3, 2(8%) pada stadium 4 dan 5(20%) pada stadium 5. Distribusi anemia berdasarkan derajat PGK, anemia defisiensi besi cukup terdapat 4 orang pada stadium 3, 4 orang stadium 6, 4 orang stadium 5. Anemia defisiensi besi fungsional stadium 3 , 1 orang. Stadium 4, 4orang. Stadium 5, 4 orang. Anemia defisiensi besi absolut terdapat 2 orang stadium 5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kasus terbanyak yaitu anemia defisiensi besi cukup yaitu 14 orang. Kata Kunci : Anemia, PGK, Saturasi Transferin, Serum Feritin
Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Laju Filtrasi Glomerulus pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 3 dan 4 Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2017 - Desember 2018 Patrick, Fabio M.; Umboh, Octavianus R. H.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 8, No 1 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v8i1.27190

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is defined as kidney damage which occured more than 3 months, with structural or functional abnormalities such as decreasing of glomerular filtration rate (GFR) <60ml/min/1,73m2. This kidney damage will certainly disrupt one of the kidney’s functions as a producer of erythropoietin hormone which plays a role in the process of erythropoiesis. This is related to the hemoglobin levels in the erythocytes themselves. This study was aimed to determine the relationship between Hb level and GFR in patients with stage 3 and 4 CKD at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was an analytical and retrospective study with a cross-sectional design using medical record of patient with stage 3 and 4 CKD at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital from January 2017 to December 2018 as secondary data. The results showed that there were 50 patients with stage 3 and 4 CKD who met the inclusion criteria of 57 existing patients. The Pearson correlation test obtained a p-value of 0.023 and an r value of 0.32 for the relationship between Hb level and GFR. In conclusion, there was a significant relationship between Hb level and GFR in patients with stage 3 and 4 CKD at Prof. Dr. R. D. Kandou Manado from January 2017 to December 2018.Keywords: CKD, eGFR, hemoglobin level Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) ditandai dengan adanya kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional seperti menurunnya laju filtrasi glomeurulus (LFG) <60ml/menit/1,73m2. Kerusakan ginjal pada PGK akan mengganggu fungsi ginjal sebagai penghasil hormon eritropoietin yang berperan dalam eritropoiesis yang berhubungan dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam eritrosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar Hb dan LFG pada pasien PGK stadium 3 dan 4 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah analitik retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan catatan rekam medik pasien PGK stadium 3 dan 4 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2017-Desember 2018 sebagai data sekunder. Hasil penelitian mendapatkan 50 pasien PGK stadium 3 dan 4 yang memenuhi kriteria inklusi dari 57 pasien yang ada. Hasil uji korelasi Pearson mendapatkan nilai p=0,023 dan r=0,320 untuk hubungan antara kadar Hb dengan LFG. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara kadar Hb dengan LFG pada pasien PGK stadium 3 dan 4 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2017-Desember 2018.Kata kunci: PGK, LFG, kadar hemoglobin
HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN KELAS NYHA PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF OBESITAS SENTRAL YANG DIRAWAT JALAN DAN DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Malisan, Ekky; Wantania, Frans E.; Rotty, Linda W. A.
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i2.8604

Abstract

Abstract: Obesity and hematocrit play a role in the inflammatory process, infection, systemic heart disease, and thrombosis process, therefore, they can lead the exacerbation of congestive heart failure to become acute heart failure. This study aimed to determine the correlation between the hematocrit level and NYHA class of congestive heart failure and central obesity patients (in-patients and out-patients). This was an observational analytical study with a cross sectional design. Samples were CHF patients with central obesity at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from November 2014 until January 2015. Samples consisted of 20 in-patients and 20 out-patients selected by a purposive sampling method. The coefficient correlation Spearman test showed a correlation r= 0.558 with a P-value=0.000 (P<0.05). Conclusion: There was a significant correlation of hematocrit level and the NYHA class of CHF patients (in-patients and out-patients) with central obesity.Keywords: congestive heart failure, central obesity, hematocrit, NYHA classAbstrak: Obesitas dan hematokrit dapat berperan dalam proses inflamasi, infeksi, penyakit jantung sistemik, dan proses trombosis sehingga dapat menyebabkan eksaserbasi gagal jantung kongestif menjadi gagal jantung akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hematokrit dengan kelas NYHA pada pasien gagal jantung kongestif obesitas sentral yang dirawat jalan dan dirawat inap. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode potong lintang. Sampel penelitian ialah pasien gagal jantung kongestif obesitas sentral di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang berlangsung dari bulan November 2014-Januari 2015. Sampel terdiri dari 20 pasien rawat jalan dan 20 pasien rawat inap yang dipilih secara purposive sampling. Hasil analisis korelasi spearman menunjukkan korelasi r = 0,558 dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Simpulan: Terdapat tingkat hubungan yang sedang dan bermakna antara kadar hematokrit dan kelas NYHA pada pasien gagal jantung kongestif obesitas sentral yang dirawat jalan dan dirawat inap.Kata kunci: gagal jantung kongestif, obesitas sentral, hematokrit, kelas NYHA
GAMBARAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI INSTALASI TINDAKAN HEMODIALISIS RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Suyatno, Felix E.; Rotty, Linda W. A.; Moeis, Emma S.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10948

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a pathophysiological process with varied etiology, results in progressive decrease of renal function, and generally ends up with renal failure. Data from Indonesian Association of Nephrology (PERNEFRI) in 2012 showed that 83% of all patients who underwent hemodialysis were with end-stage renal disease (ESRD) which is the terminal stage of CKD. In patients with CKD, there can be a wide variety of complications; one of them is anemia. This study aimed to obtain the overview of iron deficiency anemia of stage V CKD patients who were treated with hemodialysis in hemodialysis center of Prof. Dr. R. D. Kandou Central General Hospital Manado. This was a descriptive study with a cross sectional approach conducted from October to December 2015 in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. Variables were age, sex, laboratory result, duration of hemodialysis, and the diagnosis of iron deficiency anemia. The results showed that there were 39 samples; females were 21 patients (53.8%). The largest age group was >60 years with 16 patients (41%). The degree of anemia mostly found was the moderate degree with 26 patients (66.7%). Five patients (12.8%) were diagnosed with iron deficiency anemia. Conclusion: In this study, the most common degree of anemia was moderate, followed by severe and slight anemia consecutively. Iron deficiency anemia cases were 12.8%. Keywords: chronic kidney disease, iron deficiency anemia, serum iron, transferrin saturation  Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologik dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Data dari Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2012 menyatakan bahwa 83% dari seluruh pasien yang menjalani hemodialisis ialah pasien end stage renal disease (ESRD) yang merupakan stadium terminal PGK. Pada pasien PGK, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, salah satunya ialah anemia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran anemia defisiensi besi pada pasien PGK stadium V yang menjalani hemodialisis di Instalasi Tindakan Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang berdasarkan data primer pada Bulan Oktober – Desember 2015. Variabel penelitian yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, hasil laboratorium, lama menjalani hemodialisis, dan diagnosis anemia defisiensi besi. Hasil penelitian memperlihatkan 39 sampel dengan distribusi sampel terbanyak ialah perempuan sebanyak 21 orang (53,8%), golongan umur terbanyak > 60 tahun sebanyak 16 orang (41%), derajat anemia terbanyak ditemukan ialah anemia derajat sedang sebanyak 26 orang (66,7%), dan terdapat 5 orang (12,8%) yang terdiagnosis anemia defisiensi besi. Simpulan: Pada penelitian ini ditemukan anemia derajat sedang yang terseing, diikuti anemia derajat berat dan ringan. Terdapat 12,8% pasien dengan anemia defisiensi besi. Kata kunci: penyakit ginjal kronik, anemia defisiensi besi, serum iron, saturasi transferin
Perbedaan Pola Konsumsi Ikan Laut dan Daging terhadap Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Rokot, Risha P.; Rotty, Linda W. A.; Moeis, Emma S.
e-CliniC Vol 7, No 1 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.1.2019.23539

Abstract

Abstract: Hypertension is one of the most influential risk factors for the incidence of heart and blood vessel disease. Poly-unsaturated fatty acid (PUFA) ω-3 and ω-6 fatty acids proven to be cardioprotective, which is contained in marine fish, namely EPA and DHA. Fish oil is useful to change ω-3 to ω-6 to help lower blood pressure and various risks of myocardial infarction. The very high content of purines and bad fats in meat can cause increased cholesterol levels in the blood. This study was aimed to determine the differences between marine fish and meat consumption to the incidence of hypertension in people of rural area (Manembo-nembo) and of urban area (Manado city). Samples were people in Manembo-nembo Bitung and employees of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado aged 30-50 years old. The criteria of blood pressure were based on the US Join National Committee (JNC) 7. Consumption of marine fish and meat was categorized as high, moderate, and poor. Questionnaires were filled by all subjects. Blood pressure was measured by using aneroid sphygmomanometer. Data were analyzed by using Man-Whitney test. The rate of hypertension in rural area for the blood pressure value was -2.121 (P=0.034) <0.05 while in urban area, the blood pressure value was 2.859 (P=0.004) <0.05. Conclusion: There were significant differences in systolic and diastolic blood pressure between people in marine fish consumption area (rural area) and in meat consumption area (urban area).Keywords: hypertension, consumption of sea fish and meat Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Asam lemak poly-unsaturated fatty acid (PUFA) ω-3 dan ω-6 yang terbukti kardioprotektif, terkandung dalam ikan laut yaitu EPA dan DHA. Minyak ikan berguna untuk mengubah secara cepat ω-3 menjadi ω-6 untuk membantu menurunkan tekanan darah dan berbagai risiko infark miokard. Kandungan lemak yang tinggi dalam daging dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi ikan laut dan daging terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat di daerah rural/pedesaan (Manembo-nembo), dan di daerah urban/perkotaan (kota Manado). Sampel penelitian ialah masyarakat di Kelurahan Manembo-nembo Bawah Kota Bitung dan Pegawai di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Kota Manado yang berusia 30-50 tahun. Kriteria tekanan darah pada penelitian ini berdasarkan US Join National Committee (JNC) 7. Konsumsi ikan laut dan daging dibagi atas kurang, sedang, dan banyak. Pengisian kuesioner oleh subyek penelitian, dan pengukuran tekanan darah menggunakan sfigmomanometer aneroid. Analisis data untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi ikan laut dan daging terhadap tekanan darah, menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian mendapatkan angka hipertensi di daerah rural untuk nilai tekanan darah ialah -2,121 (P=0,034) <0,05 sedangkan di daerah urban nilai tekanan darah 2,859 (P=0,004) <0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna dalam tekanan darah sistol dan diastol pada masyarakat pengonsumsi ikan laut (daerah rural) dan yang pengonsumsi daging (daerah urban).Kata kunci: hipertensi, konsumsi ikan laut dan daging