Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN GAMBARAN KLINIS CELAH BIBIR NON SINDROMIK DI CLP CENTER FK UMM Asparini, Ruby Riana; Susanti, Erika Yuli; Prihanti, Gita Sekar
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 5 (2018): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.865 KB)

Abstract

Latar Belakang: Celah bibir non sindromik merupakan jenis celah yang tanpa disertai kelainan pada kepala dan leher. Terdapat perbedaan jenis kelamin terhadap waktu penutupan langit-langit.Tujuan: Mengetahui hubungan jenis kelamin dan gambaran klinis celah bibir (dengan atau tanpa celah langit-langit) non sindromik di CLP Center FK UMM (tahun 2016-2017). Metode:  CrossSectional. Data jenis kelamin serta gambaran klinis celah bibir non sindromik yang diperoleh dari CLP Center FK UMM sebanyak 241 dari 271. Analisis data menggunakan uji chi-Squaredengan syaratexpectedcountkurang dari lima tidak lebih dari 20%. Jika tidak memenuhi syarat menggunakan uji non parametrikMann Whitney. Hasil dan Diskusi: Hasil analisis data uji chi-Squaretidak memenuhi syarat sehingga dilakukan uji non parametrikMann Whitney yang menunjukkan p=0,152 (p>0,05), yang berarti tidak ada hubungan jenis kelamin dan gambaran klinis celah bibir (dengan atau tanpa celah langit-langit) non sindromik. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan jenis kelamin dan gambaran klinis celah bibir (dengan atau tanpa celah langit-langit) non sindromik.Kata kunci: Celah Bibir (CB), Celah Bibir dan Langit-langit (CBL), Non sindromik, Jenis Kelamin, Gambaran Klinis.
PERAN MADU DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PADA LUKA BAKAR Putri, Nabila Abiyasa; Asparini, Ruby Riana
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 13, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.385 KB) | DOI: 10.22219/sm.v13i2.5413

Abstract

Luka bakar dapat didefinisikan sebagai luka yang disebabkan oleh api, air panas, kontak dengan material panas atau dingin, bahan kimia dan aliran listrik yang melewati jaringan. Luka bakar adalah tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak karena lingkungan nutrisi yang hangat dan lembab.Pengobatan modern untuk mencegah timbulnya infeksi menggunakan silver sulfadiaze (SSD) namun beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan SSD dapat memperpanjang waktu penyembuhan luka. Sebagai pengobatan alternatif, madu dapat digunakan untuk mencegah infeksi tanpa memperpanjang waktu penyembuhan luka.Madu mengandung sejumlah besar karbohidrat, lipid, asam amino, protein, vitamin dan mineral  yang memiliki peran penting dalam penyembuhan luka. Madu juga mengandung beberapa senyawa organik, yang telah terindentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida. Mekanisme madu sebagai antibakteri dapat diklasifikasikan secara langsung dan tidak langsung. Mekanisme secara langsung didasarkan pada kemampuan komponen madu untuk membunuh bakteri. Mekanisme secara langsung meliputi mekanisme terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2), osmolalitas tinggi, pH rendah, faktor non - peroksida, dan fenol. Mekanisme tidak langsung adalah respon antibakteri dari host yang dirangsang oleh madu terhadap bakteri. Mekanisme antibakteri tidak langsung meliputi limfosit dan produksi antibodi, sitokin dan respon imun, dan nitrit oksida.Kata Kunci : Madu, Luka Bakar, Pertumbuhan Bakteri
CROSS TALK ANTARA SEL PUNCA KANKER DENGAN LINGKUNGAN MIKRO Asparini, Ruby Riana
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 13, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.7 KB) | DOI: 10.22219/sm.v13i1.5431

Abstract

Pengetahuan tentang biologi tumor dan terapi tumor telah berkembang. Namun tumor tetapmerupakan penyakit umum yang mematikan di seluruh dunia. Sel punca kanker adalah bagian dari sel kankerdengan kemampuan sel punca, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor, kekambuhan dan tahan terhadapbanyak perawatan antikanker saat ini.Tumor padat dianggap sebagai ?organ? yang terdiri dari sel kanker danstroma tumor. Lingkungan mikro tumor membentuk stroma tumor, yang menempati sebagian besar massatumor, termasuk matriks ekstraselular (ECM), sel induk mesenchymal (MSC), sel endotel, sel imun, dan, lebihdari itu, jaringan sitokin dan faktor pertumbuhan. Lingkungan mikro atau nichesekitarsel punca kanker sebagian besarmengatur nasib seluler mereka. Pengetahuan terbaru mengungkapkan bahwa lingkungan mikro mendukung pembaharuandiri sel punca kanker dan sekaligus berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap pemberian obat. Lingkungan mikro tumormemainkan peran penting dalam setiap tahap perkembangan tumor.Kata Kunci : Cross Talk, sell punca.
PENGARUH GEL EKSTRAK KULIT KENTANG(SOLANUM TUBEROSUM L.) TERHADAP LUAS LUKA BAKAR DERAJAT II A Maharani, Diandra; Asparini, Ruby Riana; Mulyawan, Bambang
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 12, No 1 (2016): JUNI 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.697 KB) | DOI: 10.22219/sm.v12i1.5263

Abstract

Luka bakar derajat II A adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Pengobatan baku emas memiliki harga yang cukup relatif mahal dan ketersediaan yang kurang. Sedangkan kulit kentang memiliki kandungan glycoalkaloid dan flavonoid sebagai antioksidan sehingga pemberian gel ekstrak kulit kentang diharapkan dapat mengurangi luas luka bakar derajat II A Untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak kulit kentang pada luas luka bakar derajat II A True Experimental, Post Test Only Control Group Design. Gel Ekstrak kulit kentang konsentrasi 5%,10% dan 15% diberikan selama 15 hari secara topikal diukur pada hari ke-3 dan ke-10. Analisis data menggunakan One Way ANOVA, Tukey, korelasi pearson, dan regresi linear Gel ekstrak kulit kentang dapat menurunkan luas luka bakar secara bermakna dengan signifikansi 0.00 (ANOVA p=0,05) pada hari ke 3 dan ke 10. Konsentrasi optimal adalah 15%. Nilai korelasi penelitian ini pada hari ke-3 adalah -899 yang menunjukkan hubungan signifikan sangat kuat ,uji regresi menunjukkan pengaruh 80% dan nilai korelasi penelitian ini pada hari ke-10 adalah -921 yang menunjukkan hubungan sangat kuat, uji regresi menunjukkan pengaruh 85%. Gel Ekstrak Kulit Kentang (Solanum Tuberosum L.) dapat menurunkan luas luka bakar derajat II A tikus putih jantan (Rattus novergicus Strain wistar).Kata kunci: Luka bakar derajat II A, Gel Ekstrak kulit kentang
PERAN HEPARIN DALAM ANGIOGENESIS, EPITELIALISASI DAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR Asparini, Ruby Riana
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 7, No 1 (2011): Januari 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i1.1083

Abstract

Heparin was initially used in small doses as an anticoagulant in the treatment of burns. It turned out that in addition to the anticoagulant, heparin in larger doses can be used as an anti-inflammatory, accelerate angiogenesis (Polykratis, et al., 2004), cell growth and development (Sasisekharan and Venkataraman, 2000) so as to accelerate wound healing (Saliba, 2001; Galvan , 1996). In some countries heparin has been used as a standard therapy treatment of burns (Saliba, 2001). Heparin is one of highest endogenous glycosaminoglycans (GAGs) besides heparan sulfate (HS), keratin sulfate, dermatan sulfate, chondroitin 4-sulfate, chondroitinHS-6-sulfate and hyaluronic acid. heparin are the most acid and are highly sulfated, is the most GAGs widely used in burns as anti-inflammatory, to reduce edema, enhance angiogenesis and accelerate epitelialization (Saliba, 2001). Several studies have revealed the role of heparin in the treatment of burns. Keywords : Heparin, angiogenesis, epitelialization, treatment of burns
Difference in DNA Methylation between Cleft Lip and Cleft Lip and Palate Ruby Riana Asparini; David S. Perdanakusuma; Retno Handajani; Henydhar Bramastivira Mahdani; Sulistyo Mulyo Agustini
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 16 No. 1 (2022): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v16i1.17630

Abstract

It is suspected that environmental exposure to non-syndromic oral clefts, which includes cleft lip (CL), cleft lip and palate (CLP) has an effect on epigenetic mechanisms, particularly deoxyribonucleic acid (DNA) methylation. DNA methylation will be expressed during facial morphogenesis and have an impact on facial development. This study aimed to observe differences in DNA methylation between CL and CLP, between CL mothers and CLP mothers, and correlation between CL and CL mothers, CLP and CLP mothers.This observational study used a sample of 13 patients diagnosed with CL and 14 patients diagnosed with CLP and their respective mothers. The test was performed using ELISA MethylFlashTM Global DNA Methylation (5-mC) ELISA Easy Kit (Colorimetric).The median DNA methylation at CLP was 1.92 (0.23 - 14.07) and CL was 1.71 (0.08 - 8.47) (p 0.752 > 0.05)). Median DNA methylation in CLP mothers was 0.997 (0.03 - 6.14) and in CL mothers 0.72 (0.23 - 6.16) (p 0.798 (p> 0.05). Correlation test for DNA methylation of CLP with CLP mother r = -0.259 and (p = 0.394 >0.05). Correlation test for DNA methylation of CL patients with CL mothers revealed r = -0.492 and (p = 0.087 > 0.05).The results of this study showed no difference in methylation between CL and CLP. This study found that DNA methylation between CL mothers and CLP mothers was relatively the same. This study also found no correlation between DNA methylation of CL and CL mothers, and between CLP and CLP mothers.
PERAN HEPARIN DALAM ANGIOGENESIS, EPITELIALISASI DAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR Ruby Riana Asparini
Saintika Medika Vol. 7 No. 1 (2011): Januari 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i1.1083

Abstract

Heparin was initially used in small doses as an anticoagulant in the treatment of burns. It turned out that in addition to the anticoagulant, heparin in larger doses can be used as an anti-inflammatory, accelerate angiogenesis (Polykratis, et al., 2004), cell growth and development (Sasisekharan and Venkataraman, 2000) so as to accelerate wound healing (Saliba, 2001; Galvan , 1996). In some countries heparin has been used as a standard therapy treatment of burns (Saliba, 2001). Heparin is one of highest endogenous glycosaminoglycans (GAGs) besides heparan sulfate (HS), keratin sulfate, dermatan sulfate, chondroitin 4-sulfate, chondroitinHS-6-sulfate and hyaluronic acid. heparin are the most acid and are highly sulfated, is the most GAGs widely used in burns as anti-inflammatory, to reduce edema, enhance angiogenesis and accelerate epitelialization (Saliba, 2001). Several studies have revealed the role of heparin in the treatment of burns. Keywords : Heparin, angiogenesis, epitelialization, treatment of burns
PENGARUH GEL EKSTRAK KULIT KENTANG(SOLANUM TUBEROSUM L.) TERHADAP LUAS LUKA BAKAR DERAJAT II A Diandra Maharani; Ruby Riana Asparini; Bambang Mulyawan
Saintika Medika Vol. 12 No. 1 (2016): JUNI 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v12i1.5263

Abstract

Luka bakar derajat II A adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Pengobatan baku emas memiliki harga yang cukup relatif mahal dan ketersediaan yang kurang. Sedangkan kulit kentang memiliki kandungan glycoalkaloid dan flavonoid sebagai antioksidan sehingga pemberian gel ekstrak kulit kentang diharapkan dapat mengurangi luas luka bakar derajat II A Untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak kulit kentang pada luas luka bakar derajat II A True Experimental, Post Test Only Control Group Design. Gel Ekstrak kulit kentang konsentrasi 5%,10% dan 15% diberikan selama 15 hari secara topikal diukur pada hari ke-3 dan ke-10. Analisis data menggunakan One Way ANOVA, Tukey, korelasi pearson, dan regresi linear Gel ekstrak kulit kentang dapat menurunkan luas luka bakar secara bermakna dengan signifikansi 0.00 (ANOVA p=0,05) pada hari ke 3 dan ke 10. Konsentrasi optimal adalah 15%. Nilai korelasi penelitian ini pada hari ke-3 adalah -899 yang menunjukkan hubungan signifikan sangat kuat ,uji regresi menunjukkan pengaruh 80% dan nilai korelasi penelitian ini pada hari ke-10 adalah -921 yang menunjukkan hubungan sangat kuat, uji regresi menunjukkan pengaruh 85%. Gel Ekstrak Kulit Kentang (Solanum Tuberosum L.) dapat menurunkan luas luka bakar derajat II A tikus putih jantan (Rattus novergicus Strain wistar).Kata kunci: Luka bakar derajat II A, Gel Ekstrak kulit kentang
PERAN MADU DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PADA LUKA BAKAR Nabila Abiyasa Putri; Ruby Riana Asparini
Saintika Medika Vol. 13 No. 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v13i2.5413

Abstract

Luka bakar dapat didefinisikan sebagai luka yang disebabkan oleh api, air panas, kontak dengan material panas atau dingin, bahan kimia dan aliran listrik yang melewati jaringan. Luka bakar adalah tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak karena lingkungan nutrisi yang hangat dan lembab.Pengobatan modern untuk mencegah timbulnya infeksi menggunakan silver sulfadiaze (SSD) namun beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan SSD dapat memperpanjang waktu penyembuhan luka. Sebagai pengobatan alternatif, madu dapat digunakan untuk mencegah infeksi tanpa memperpanjang waktu penyembuhan luka.Madu mengandung sejumlah besar karbohidrat, lipid, asam amino, protein, vitamin dan mineral  yang memiliki peran penting dalam penyembuhan luka. Madu juga mengandung beberapa senyawa organik, yang telah terindentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida. Mekanisme madu sebagai antibakteri dapat diklasifikasikan secara langsung dan tidak langsung. Mekanisme secara langsung didasarkan pada kemampuan komponen madu untuk membunuh bakteri. Mekanisme secara langsung meliputi mekanisme terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2), osmolalitas tinggi, pH rendah, faktor non - peroksida, dan fenol. Mekanisme tidak langsung adalah respon antibakteri dari host yang dirangsang oleh madu terhadap bakteri. Mekanisme antibakteri tidak langsung meliputi limfosit dan produksi antibodi, sitokin dan respon imun, dan nitrit oksida.Kata Kunci : Madu, Luka Bakar, Pertumbuhan Bakteri
CROSS TALK ANTARA SEL PUNCA KANKER DENGAN LINGKUNGAN MIKRO Ruby Riana Asparini
Saintika Medika Vol. 13 No. 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v13i1.5431

Abstract

Pengetahuan tentang biologi tumor dan terapi tumor telah berkembang. Namun tumor tetapmerupakan penyakit umum yang mematikan di seluruh dunia. Sel punca kanker adalah bagian dari sel kankerdengan kemampuan sel punca, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor, kekambuhan dan tahan terhadapbanyak perawatan antikanker saat ini.Tumor padat dianggap sebagai “organ” yang terdiri dari sel kanker danstroma tumor. Lingkungan mikro tumor membentuk stroma tumor, yang menempati sebagian besar massatumor, termasuk matriks ekstraselular (ECM), sel induk mesenchymal (MSC), sel endotel, sel imun, dan, lebihdari itu, jaringan sitokin dan faktor pertumbuhan. Lingkungan mikro atau nichesekitarsel punca kanker sebagian besarmengatur nasib seluler mereka. Pengetahuan terbaru mengungkapkan bahwa lingkungan mikro mendukung pembaharuandiri sel punca kanker dan sekaligus berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap pemberian obat. Lingkungan mikro tumormemainkan peran penting dalam setiap tahap perkembangan tumor.Kata Kunci : Cross Talk, sell punca.