Abstrak:
Fenomena aktivitas di kedai kopi bukan hal asing di Aceh yang terkenal dengan julukan “Negeri 1000 kedai kupi”. Keterkaitan antara kedai kopi dengan mahasiswa adalah mahasiswa merupakan agent of change dan termasuk salah satu komponen yang sering beraktivitas di kedai kopi. Penelitian ini ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana mahasiswa memaknai kedai kopi dan dampak apa yang ditimbulkan dari seringnya ke kedai kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa ke kedai kopi sebesar 37 persen untuk berkumpul, bersosialisasi dan bersilaturahmi dengan teman-teman. Sebesar 33 persen menyatakan mengerjakan tugas kuliah karena di kedai kopi terdapat fasilitas internet dan lainnya. Kecenderungan mahasiswa sebesar 50 persen memilih tempat beraktivitas di kedai kopi karena terdapat berbagai fasilitas terutama WIFI merupakan alasan utama mereka sering beraktivitas di kedai kupi yang mayoritas tidak setiap hari berkunjung. Mahasiswa yang beralasan merasa nyaman beraktivitas di kedai kupi adalah sebesar 21 persen, hal tersebut berkaitan dengan kelengkapan fasilitas termasuk di dalamnya tempat parkir dan tempat sholat, toilet dan lainnya. Untuk dampak positif seringnya beraktivitas di kedai kupi menunjukkan bahwa sebesar 52 persen responden menyatakan mendapat tempat belajar yang nyaman. Memperoleh fasilitas bermain seperti facebook, game, dan lainnya sebesar 11 persen. Sedangkan dampak negatif adalah mahasiswa menyatakan sering lupa waktu sebesar 60 persen, 29 persen menyatakan menguras biaya, dan 11 persen menjadi malas untuk melakukan aktivitas lainnya. Angka rata-rata sebelum rutin beraktivitas ke kedai kopi adalah sebesar 3,00 sedangkan setelah rutin ke kedai kopi adalah sebesar 3,10. Uji F mendukung pernyataan tersebut dengan F(hitung) = 1,391 < F(tabel) = 3,06. Di sisi lain uji relasi (R) menunjukkan hubungan negatif antara frekuensi ke kedai kopi dengan IPK mahasiswa sebesar -0,166 yang berarti semakin besar frekuensi ke kedai kopi maka dapat menurunkan IPK mahasiswa yang bersangkutan atau sebaliknya. Maka disarankan agar dapat meningkatkan IPK maka mahasiswa menurunkan frekuensi ke kedai kopi dengan beralih memperbanyak kegiatan yang mempengaruhi peningkatan IPK, misalnya menambah jam belajar. Peneitian yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif ini menggunakan wawancara langsung kepada mahasiswa dan pemilik kedai kopi, observasi, serta dokumentasi, serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh diolah disajikan dalam bentuk tabel atau grafik disertai interpretasinya.
Kata kunci: kedai kupi, aktivitas mahasiswa, dan IPK.