Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

DIVERSIFIKASI OLAHAN DAGING IKAN GILINGDI DESA API-API KECAMATAN WONOKERTOKABUPATEN PEKALONGAN Mardiana, Tri Yusufi; Suharto, Slamet
Jurnal Abdimas Vol 15, No 1 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Pekalongan mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya ikan yang dapat mendukung pengembangan produk olahan ikan sehingga bisa menjadi sentra khas oleh-oleh bagi masyarakat yang mampir ke Pekalongan. Pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling masih terbatas sementara itu produk bahan baku lokal melimpah diantaranya ikan bandeng dan ikan tongkol yang didaratkan di TPI Wonokerto sehingga untuk dapat mencapai hasil yang optimal perlu adanya pelatihan/ penyuluhan diversifikasi berbagai olahan daging ikan giling. Harapan dari kegiatan ini bisa meningkatkan pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling diantaranya nugget, sate ikan, bakso dan kaki naga, meningkatkan gizi dan pendapatan masyarakat Kata Kunci : diversifikasi, olahan, daging ikan, Pekalongan
APLIKASI MESIN SPINNER BERKECEPATAN RENDAH UNTUK MENURUNKAN KADAR AIR DAN MINYAK KERIPIK IKAN UKURAN BESAR DI UKM BERKAH Rianingsih, Laras; Amalia, Ulfah; Wijayanti, Ima; Suharto, Slamet
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 11, No 2 (2018): Agustus
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.222 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v11i2.29054

Abstract

Rawa pening is a water area located in the Banyubiru area of Semarang Regency. Aside from being usedas a place for fish farming, the area around Rawa Pening is used as a tourist spot for example “Bukit Cinta”.Around the location it will be easy to find entrepreneurs who provide souvenirs typical of these tourist locations.The typical Bukit Cinta souvenirs is a variety of chips, including fish chips. There are 2 fish chips in Bukit Cinta,small size chips and large size chips. The problem was the shelf life of large size chips is short because theycannot be spinered so that the oil content is still high and than pronoun to oxidation. Low speed spiner tools canbe a solution to overcome existing problems. The results of the spinner machine application are obtained lowermoisture content and lipid content than products without being spinnered. Moisture content after the spinningprocess using spiner machine, the wader chips was 3.25% and tilapia chips were 3.97%. While the wader chipslipid content was 31.16% (bk) and tilapia chips 3.97% (db).
DIVERSIFIKASI OLAHAN DAGING IKAN GILINGDI DESA API-API KECAMATAN WONOKERTOKABUPATEN PEKALONGAN Mardiana, Tri Yusufi; Suharto, Slamet
Jurnal Abdimas Vol 15, No 1 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Pekalongan mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya ikan yang dapat mendukung pengembangan produk olahan ikan sehingga bisa menjadi sentra khas oleh-oleh bagi masyarakat yang mampir ke Pekalongan. Pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling masih terbatas sementara itu produk bahan baku lokal melimpah diantaranya ikan bandeng dan ikan tongkol yang didaratkan di TPI Wonokerto sehingga untuk dapat mencapai hasil yang optimal perlu adanya pelatihan/ penyuluhan diversifikasi berbagai olahan daging ikan giling. Harapan dari kegiatan ini bisa meningkatkan pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling diantaranya nugget, sate ikan, bakso dan kaki naga, meningkatkan gizi dan pendapatan masyarakat Kata Kunci : diversifikasi, olahan, daging ikan, Pekalongan
POTENSI PANKREAS KAMBING SEBAGAI BATING AGENT ALAMI TERHADAP KARAKTERISTIK KULIT IKAN NILA (Oreochromus niloticus) TERSAMAK(Pancreas Potential Of Goat As A Natural Bating Agent On Tilapia (Oroeochromus niloticus) Leather) Muhammad Aziz Cahyana; Ulfah Amalia; Slamet Suharto
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 14, No 2 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.732 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.14.2.123-127

Abstract

Pankreas kambing mengandung enzim proteolitik yang berpotensi sebagai bating agent dalam proses penyamakan kulit.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan bating agent dari pankreas kambing terhadap karakteristik fisik kulit ikan nila tersamak dan mengetahui konsentrasi terbaik dari penggunaan bating agent pankreas kambing. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan niladan pankreas kambing segar. Metode penelitian ini bersifat experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan dengan 4 konsentrasi bating agent  yaitu (0,5%, 1%, 1,5% dan 2%) kulit ikan tersamak diuji dengankekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek, kadar krom oksida, dan suhu kerut. Hasil penelitian menghasilkan bahan bating agent berpengaruh terhadap karakteristik kulit ikan tersamak (P<0,05). Konsentrasi bating agent sebesar 2% memberikan hasil yang terbaik sebagai berikut: kekuatan tarik 1300,45 N/cm², kemuluran 87,70%, kekuatan sobek 273,90 N/cm², kadar krom oksida 3,46 %, dan suhu kerut 99,75°C. Kulit ikan nila tersamak hasil penelitian semua perlakuan  memenuhi persyaratan SNI 06-4586-1998 kecuali untuk parameter kemuluran tidak memenuhi syarat. Goat pancreas, containing proteolytic enzymes which the potential as a bating agent in the process of tanning the skin. The purpose of this study was to determine the effect of using bating agent from goat pancreas on the physical characteristics of tilapia skin and knowing the best concentration of using the goat pancreatic agent. The material used in this study is the skin of tilapia and fresh goat pancreas. This research method is experimental laboratories using Completely Randomized Design (CRD) with three repetitions with 4 concentrations of bating agent namely (0.5%, 1%, 1.5% and 2%) the skin of tanned fish is tested with tensile strength, elongation, tear strength, chrome oxide content, and wrinkle temperature. The results of the study resulted in bating agent material affecting the characteristics of tanned fish skin (P <0.05). Bating agent concentration of 2% gave the best results as follows: tensile strength 1300.45 N / cm², elongation 87.70%, tear strength 273.90 N / cm², chrome oxide content 3.46%, and wrinkle temperature 99, 75 ° C. The results of this study produced a total nitrogen of 2.65% of the goat pancreas which has great potential to be used as bating material. The skin of tanned tilapia from the results of this study meets the requirements of SNI 06-4586-1998 except for elongation parameters that do not meet the requirements.
PROFIL ASAM AMINO DENDENG GILING IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI ASAP CAIR YANG BERBEDA (Amino Acid Profiles of Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) Jerked Meat Processed with Different Concentration of Liquid Smoke) Rizky Amalia Ramadayanti; Fronthea Swastawati; Slamet Suharto
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 14, No 2 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.428 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.14.2.136-140

Abstract

Lele dumbo merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya di Indonesia. Perkembangan pengolahan ikan sekarang lebih variatif seperti pengolahan menjadi dendeng. Penambahan asap cair pada proses pembuatan dendeng dapat meningkatkan keawetan dendeng serta memberikan karakteristik sensori. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi asap cair yang berbeda terhadap kualitas dendeng. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap). Perlakuan meliputi penambahan asap cair 0% sebagai kontrol, 1%, 3%, dan 5%. Parameter uji yang diamati adalah profil asam amino, kadar air, kadar protein, kadar fenol serta uji hedonik (kenampakan, bau, rasa, dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dendeng dengan penambahan asap cair tetap memiliki asam amino yang lengkap. Lisin dan leusin dominan pada asam amino esensial dengan nilai 39702,77 - 51736,24 mg/kg, serta pada asam amino non esensial asam glutamat mendominasi dengan nilai 59915,6 - 64478,57 mg/kg. Perbedaan konsentrasi asap cair pada dendeng giling ikan lele dumbo memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar air, kenaikan protein dan fenol serta hedonik dendeng. Semakin besar konsentrasi yang digunakan, dendeng tidak diterima oleh panelis (p < 0,05). Catfish is one of nutritionally important aquaculture species in Indonesia. Nowadays, the development of its processed method becomes more various such as the production of jerked meat. Addition of liquid smoke could increase shelf life of catfish and give sensory characteristics. This study aimed to determine the effect addition liquid smoke with different concentration on quality characteristics of jerked meat. The research method used Completely Randomized Design (CRD) with four treatments such as addition of 0% liquid smoke as control, 1%, 3%, and 5%. Parameters test observed are amino acid profiles, moisture content, protein content, and phenol content also hedonic test. Jerked meat processed with liquid smoke still have a complete amino acid . Lysine and leucine dominated on essential amino acid with range 39702,77 – 51736,24 mg/kg, while glutamic acid dominated on non essential amino acid with range 59915,6 – 64478,57 mg/kg. Meanwhile, addition of liquid smoke gave a significantly different to the moisture content, protein content, phenol content also appearance, odor, flavor, and texture of catfish jerked meat (p < 0,05).
KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EDIBLE FILM ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN SERBUK Spirulina platensis (Characteristic And Antioxidant Activity of Alginate Edible Film With The Addition Of Spirulina platensis Powder) Febsi Hayati; Eko Nurcahya Dewi; Slamet Suharto
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 4 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.16.4.286-293

Abstract

Edible film merupakan salah satu pengemas yang digunakan untuk menambah fungsi pengawetan dengan ditambah S.platensis sebagai antioksidan pada bahan pangan karena bersifat biodegradable atau dapat terurai oleh mikroba. S. platensis digunakan sebagai senyawa antioksidan karena mempunyai kandungan pigmen fikosianin. Penambahan Serbuk S. platensis  dengan konsentrasi 1%, 1,5% dan 2% digunakan sebagai barrier terhadap kerusakan produk akibat oksidasi dan ketengikan makanan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahaan serbuk S.platensis berbeda terhadap karakteristik edible film alginat dan mendapatkan konsentrasi serbuk S.platensis terbaik edible film. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental laboratories dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati adalah uji ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, kelaruan, total fenol dan aktivitas antioksidan ABTS (2,2'-azino-bis(3-ethylbenzothiazoline6-sulphonic acid). Data dianalisis menggunakan Analisa sidik ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, data diuji dengan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi S. platensis berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan, kelarutan, laju transmisi uap air, total fenol dan aktivitas antioksidan ABTS. Konsentrasi terbaik edible film alginat dengan penambahan serbuk S.platensis yaitu 1 % dengan nilai ketebalan 0.2 mm , kadar fenol 52.373 %, aktivitas antioksidan 37.695% dan kelarutan 50.21%. Namun pada laju transmisi uap air cenderung tinggi karena pengaruh gliserol yang bersifat hidrofilik. Edible film is one of the packaging used to increase the preservation function with added S. platensis as an antioxidant in food because it can biodegrade or can be decomposed by microbes. S. platensis is used as an antioxidant compound because it contains phycocyanin pigment. The addition of S. platensis powder with concentrations of 1%, 1.5% and 2% is used as a barrier against product damage due to oxidation and rancidity of food. This research aimed to know the effect of the addition concentration of S. platensis powder to the characteristics of the edible film of alginate and the best concentration of S. platensis powder to make an edible film.. This research used experimental laboratory methods with a completely randomized design (CRD) experimental design. The parameters of this research were thickness, tensile strength, elongation percentage, vapor transmission rate, solubility test, total phenol and antioxidant activity of ABTS (2,2'-azino-bis (3-ethylbenzothiazoline6-sulphonic acid). The data were analyzed using analysis of variance analysis (ANOVA). Further tests needed to know the difference between each treatment used HSD. The results showed that the different concentrations of S. platensis powder had a significantly affected (P<0.05) thickness, tensile strength, elongation percentage, solubility, vapor transmission rate, total phenol and ABTS antioxidant activity The best concentration of edible film alginate with the addition of S. platensis powder was 1% with the thickness value of 0.2 mm, phenol content of 52,373%, antioxidant activity of 37,695% and solubility of 50.21%. However, the test result of the vapor transmission rate tended to be high due to the addition of glycerol which is hydrophilic
ANALISIS SUSUT BOBOT PENGUKUSAN DAN RENDEMEN PENGUPASAN RAJUNGAN BERUKURAN BERBEDA DAN RAJUNGAN BERTELUR Analysis of Weight Lost due to Streaming and Skinning of Crabs with Different Size and Eggs Laying Slamet Suharto; Romadhon Romadhon; Sri Redjeki
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 12, No 1 (2016): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.894 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.12.1.47-51

Abstract

 Industri pengalengan rajungan  pasturisasi melalui beberapa tahap utama yaitu pengukusan, pengupasan dan pengalengan. Rajungan  yang dikukus akan mengalami susut bobot dan ketikan dikupas menghasilkan rendemen daging dalam jumlah dan komposisi tertentu. Penelitian  untuk mengetahui susut bobot  selama pengukusan rajungan,  rendemen, dan komposisi jenis daging   serta  proses pengupasan pada rajungan yang berbeda ukuran dan rajungan bertelur. Rajungan berukuran kecil (lebar karapas <10 cm); rajungan besar (lebar karapas >10 cm) dan rajungan bertelur dikukus selama 30 menit pada suhu 80-90 oC,  didiamkan 60 menit sampai suhunya menyesuaikan ruang, dikupas dan dipisahkan daging  jumbo, reguler dan claw meat. Diperoleh susut selama  dikukus  sebesar 19,3%, susut pendinginan 15,9%, dan susut total 32,2%.  Rerata rendemen pengupasan 37,6%, terdiri  dari : daging jumbo (21,5%);  daging regular (51,9%) dan  daging claw meat (29,4%).  Rendemen rajungan besar 42,1% jumbo 31,5%; regular 34,3%; dan  claw meat 34,2%. Sedangkan rajungan bertelur  rendemen daging 30,7% terdiri dari  jumbo 22,4%; regular 25,8%; claw meat 15,2%.  telur 36,7%. Pengukusan mengakibatkan penyusutan bobot pada rajungan utuh. Rajungan jantan mengalami penyusutan yang lebih tinggi dari rajungan betina yang tidak bertelur.Ukuran rajungan tidak mempengaruhi besarnya penyusutan. Rendemen daging rajungan besar paling tinggi dibandingkan rajungan kecil dan rajungan bertelur. Daging jumbo dihasilkan dan memiliki nilai harga paling tinggi pada rajungan besar. Pasteurized crab canning industry through several major stages, namely steaming, peeling and canning. Steamed food ingredients will experience on weight loss which result in the meat yield in the amount and specific composition. The research was aimed to obtain the weight loss during steaming crab, meat yield and species composition of the process of peeling the crabs, on different sizes and crab spawn. Small crabs (carapace width <10cm); big crab (carapace width > 10cm) and crab spawn steamed for 30 minutes at a temperature of 80-90oC, cooled for 60 minutes according to the room temperature, peeled and separated of meat jumbo, regular and claw meat. The result showed the first shrinkage obtained during steamed at 19.3%, the shrinkage cooling 15.9%  and the total shrinkage at 32.2%. The average of peeling yield of 37.6%, compositing by jumbo meat (21.5%), regular meat (51.9%) and claw meat (29.4%). The yield of jumbo meat 31.5% ; regular 34,3%; and claw meat 34.2%. While spawn crab meat yield of 30.7% consisted of jumbo 22.4%; Regular 25.8%; claw meat 15.2% and eggs around 36.7%. Steaming resulted in depreciation weights on Rajungan intact. Crab males experienced higher depreciation compare to crab females which do not have eggs inside. Crab size does not affect the amount of depreciation. The yield of big crab meat was highest than small crabs and crab spawn. Jumbo meat is produced and has the highest price on the value of big crabs  
ANALISIS KUALITAS DENDENG IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS DAN KONSENTRASI GULA Bayu Fajar Nugraha; Sumardianto Sumardianto; Slamet Suharto; Fronthea Swastawati; Retno Ayu Kurniasih
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2021.13146

Abstract

Dendeng merupakan pengawetan bahan makanan semi basah yang dibuat dari daging atau ikan, berbentuk tipis dan lebar, dibumbui dan dikeringkan. Informasi jenis dan konsentrasi gula yang tepat pada bumbu dendeng ikan belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu dendeng ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan formulasi yang digunakan, mengetahui pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi gula terhadap karakteristik dendeng ikan nila dan menentukan kombinasi jenis dan konsentrasi gula yang terbaik yang digunakan dalam pengolahan dendeng ikan nila. Penelitian ini bersifat experimental laboratories model Rancangan Acak Faktorial dengan pola 2x2 dan tiga kali pengulangan. Faktor pertama adalah jenis gula, yang terdiri dari gula pasir dan gula aren. Faktor kedua adalah konsentrasi gula, yang terdiri dari 20% dan 25%. Parameter yang diuji yaitu kadar air, Aw, kadar protein, tingkat kesukaan panelis (hedonik), uji warna dan total mikroba. Hasil uji menunjukkan mutu dendeng ikan nila yang dihasilkan dengan formulasi gula yang digunakan telah sesuai dengan persyaratan mutu dendeng, penggunaan perbedaan jenis dan konsentrasi gula berpengaruh nyata (P<5%) pada kadar air, Aw, dan kadar protein, sedangkan hasil yang tidak berbeda nyata ditunjukkan pada tingkat kesukaan panelis pada bau serta tekstur, total mikroba, dan warna. Kombinasi penambahan jenis dan konsentrasi gula terbaik adalah pada penambahan gula pasir sebesar 25% dengan kadar air 16,233% ± 0,24; Aw 0,631 ± 0,004; kadar protein 47,264% ± 0,63; nilai total mikroba 1x104 ; tingkat kecerahan (nilai L) 32,370 ± 4,04; nilai a* 3,997 ± 2,42; nilai b* 1,450 ± 2,32 dan tingkat kesukaan lebih disukai oleh panelis.
APLIKASI GELATIN SISIK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SEBAGAI PENGENTAL SIRUP NANAS Arief Andika Dewantoro; Retno Ayu Kurniasih; Slamet Suharto
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2019.5246

Abstract

Pemanfaatan gelatin telah banyak diterapkan terutama pada minuman salah satunya sirup karena berkaitan dengan pengemulsi, penstabil dan pengental. Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan gelatin dari sisik ikan nila terhadap sirup nanas meliputi viskositas, kestabilan, hedonik, warna, dan pH sirup nanas serta mengetahui sirup nanas terbaik. Metode penelitian experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian adalah penambahan gelatin sisik ikan nila dengan kosentrasi yang berbeda yaitu 0%, 3%, 5%, 7%, masing-masing dengan tiga kali ulangan. Berdasarkan analisis sidik ragam dan Duncan menunjukkan tingkat kosentrasi gelatin dari sisik ikan nila terhadap sirup nanas berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap viskositas, warna, pH dan tidak berpengaruh nyata terhadap kestabilan dan kenampakan. Rasa sirup nanas dengan penambahan gelatin sisik ikan 3% lebih disukai oleh panelis jika dibandingkan sirup nanas tanpa penambahan gelatin dan dengan penambahan gelatin pada kosentrasi yang lebih tinggi. Sirup nanas dengan gelatin 3% memiliki viskositas 10,54 cP, pH 5,76, kestabilan 100%, warna L sebesar 30,00 dan uji hedonik dengan selang kepercayaan 3,92 < µ < 5,24.
PENGARUH PERENDAMAN LARUTAN CUKA (ASAM ASETAT) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP RESIDU FORMALIN PADA UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) Nur Ikhsan Maulidani; Fronthea Swastawati; Slamet Suharto
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitpi.2020.9640

Abstract

Udang merupakan komoditas utama bagi perikanan Indonesia. Pendeknya daya simpan udang dan mudahnya udang mengalami penurunan mutu menyebabkan beberapa oknum menggunakan formalin untuk mengawetkan udang dengan cara ilegal. Formalin dapat direduksi dengan menggunakan asam, salah satunya adalah asam asetat. Penggunaan asam asetat diharapkan dapat mengurangi konsentrasi formalin pada udang vaname. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam asetat dan konsentrasi asam asetat yang paling efektif untuk mengurangi residu formalin pada udang vaname. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratories dengan percobaan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan tiga kali ulangan dengan faktor utama yaitu konsentrasi larutan asam asetat 6%, 8% dan 10%. Sampel udang vaname direndam dalam formalin 0,5% selama 60 menit, kemudian sampel direndam ke dalam larutan cuka dengan konsentrasi 6%, 8%, 10% serta kontrol tanpa perendaman asam asetat selama 60 menit. Parameter pengujian yang dilakukan adalah uji kuantitatif formalin, TVBN, pH, kadar air, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang vaname yang direndam dengan larutan cuka asam asetat 10% berpengaruh nyata terhadap nilai kuantitas formalin, TVBN, pH, kadar air, dan organoleptik dengan hasil kuantitas formalin (0,02±0,00), TVBN (13,74±1), pH (5,49±0,04), kadar air (80,08±0,2), dan organoleptik (kenampakan 7,30±0,46, bau 7,37±0,55, tekstur 7,33±0,47). Perendaman larutan cuka asam asetat 10% lebih efektif untuk menurunkan residu formalin pada udang vaname.