Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pentingnya Teknik Empati Dalam Proses Konseling Individual Yunita Yunita
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 2, No 3 (2021): J-P3K DESEMBER
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v2i3.128

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya teknik empati dalam proses konseling individual. Teknik empati adalah menyelaraskan diri (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Teknik empati merupakan salah satu dari berbagai teknik dalam proses konseling. Sedangkan Proses Konseling adalah proses bantuan yang dilakukan melalui wawancara, yang dilakukan oleh seorang ahli disebut konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah disebut konseli apabila di lingkungan formal dan disebut klien apabila diluar lingkungan formal. Tujuan dari dilakukan konseling adalah bermuara pada teratasinya masalah yang sedang dialami. Individual atau sendiri adalah mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi yang bersifat perseorangan. Dimana Proses konseling individual hanya dapat dilakukan secara face to face dengan kata lain tidak ada orang lain atau orang ketiga selain dari konselor dan klien. Proses konseling individual tidak hanya dapat dilakukan didalam ruangan melainkan dapat dilakukan diluar ruangan seperti halaman, taman, dan lain-lain. Diharapkan setelah membaca artikel ini dapat melakukan proses konseling individual dengan menggunakan teknik empati secara maksimal dan efektif baik di lingkungan formal, non formal dan informal.
Pentingnya Layanan Konseling Kelompok Terhadap Harga Diri Remaja Yunita Yunita
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 1, No 3 (2020): J-P3K DESEMBER
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v1i3.51

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya layanan konseling kelompok terhadap harga diri remaja. Layanan konseling kelompok ialah suatu proses konseling antara konselor professional dengan beberapa konseli sekaligus dalam sebuah kelompok kecil di waktu yang bersamaan. Layanan konseling kelompok pada dasarnya merupakan layanan konseling individual yang dilakukan dalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan klien, yaitu “para anggota kelompok” (yang jumlahnya lebih dari dua orang). Pada layanan konseling kelompok diusahakan tercipta suasana yang sama seperti dalam konseling individual yaitu hangat, permisif, penuh keterbukaan dan juga intimasi. Dimana konseli dapat mengungkapkan dan saling memahami masalah anggota kelompok, menelusuri sebab-sebab terjadinya permasalahan serta upaya pemecahan masalah. Sedangkan harga diri remaja merupakan penilaian pribadi individu yang dilakukan pada diri sendiri baik secara positif maupun negatif yang dilandaskan hubungan dan interaksi dengan orang-orang penting di sekitarnya dan juga dipengaruhi sikap, penerimaan, penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap diri individu. Harga diri sering dinilai sebagai peringkat dengan dimensi yang berkisar mulai dari negatif sampai positif maupun rendah sampai tinggi. Diharapkan setelah membaca artikel ini dapat melakukan layanan konseling kelompok dengan maksimal dalam meningkatkan harga diri remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Siswa Kelas Takhassus Dengan Siswa Kelas Reguler Di SMA IT Al-Fityan School Medan Suci Ridhona Astrani; Yunita Yunita
JURNAL ISLAMIKA GRANADA Vol 3, No 2 (2023): ISLAMIKA GRANADA JANUARI
Publisher : Granada El-Fath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/ig.v3i2.110

Abstract

Dalam artikel atau tulisan ini bertujuan untuk melihat perbedaan self-regulated learning pada siswa kelas takhassus dan kelas reguler di SMA. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Sample dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI takhassus dengan siswa kelas XI reguler dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Alat ukur yang digunakan adalah instrument self-regulated learning, yang terdiri dari 24 aitem (α = 0,855). Analisis data menggunakan analisis t-test. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya perbedaan self-regulated learning antara siswa kelas takhassus dengan kelas reguler. Dibuktikan dengan nilai atau koefisien perbedaan sebesar 14,146 dengan signifikansi 0,000 (P0,050). Dari nilai rata-rata diketahui bahwa siswa kelas takhassus memiliki self-regulated learning lebih tinggi dengan nilai rata rata 88,20 dibandingkan dengan siswa kelas reguler dengan nilai rata-rata 53,93. Kemudian hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik diperoleh bahwa self-regulated learning siswa kelas takhassus dengan kelas reguler berada pada kategori sangat tinggi, sebab mean empirik (78,24) lebih besar dari mean hipotetik (60) dan selisihnya berada di luar jangkauan SD yakni 18,24.
The Relationship Between Self Efficacy and Student Engagement in Students Yunita Yunita
Edumaspul: Jurnal Pendidikan Vol 7 No 1 (2023): Edumaspul: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.235 KB)

Abstract

This research is a quantitative study with a cross sectional survey approach. The purpose of this study is to see the relationship between the concept of self-efficacy and student engagement. The hypothesis in this study is that there is a positive and significant relationship between self-efficacy and student engagement. The population is 84 students and the sample is 84 students with total sampling technique. Based on the results of the product moment correlation test, it can be seen that the significance value of the variable self-efficacy and student engagement is <0.001 <0.05. This explains that there is a significant relationship between self-efficacy and student engagement in students. The Pearson correlation value obtained between self-efficacy and student engagement is 0.947. This explains that the self-efficacy variable with student engagement has a positive correlation with a very strong correlation coefficient. The value of the determinant coefficient obtained is equal to 89.7%. Based on the value of the determinant coefficient, it can be seen that the effect of self-efficacy on student engagement is 89.7% and the remaining 10.3% is influenced by other factors.
Studi Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Koperasi Unit Desa Beringin Jaya I Afrizal Rangkuti; Yunita Yunita
Jouska: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 2, No 2 (2023): Jouska: Jurnal Ilmiah Psikologi Agustus
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jsa.v2i2.2703

Abstract

This study aims to describe the Study of the Factors Influencing Employee Motivation in Beringin Jaya I Village Cooperative Unit. The research method used is a method with a descriptive quantitative approach. The samples in this study were KUD Makmur Jaya employees in Beringin Jaya Village with a total sample of 51 people. Sampling using total sampling technique. The work motivation scale is compiled based on factors that influence work motivation according to Maslow (in Kristanti, 2019) factors that influence work motivation, namely: Physiological Needs, Need for a sense of security (Safety and Security Needs), Social needs or affiliation ( affiliation or acceptance Needs), Needs that reflect self-esteem (Esteem or Status Needs), Self-actualization needs (Self-Actualization), The highest factor that influences work motivation is the factor of the need for a sense of security giving the largest contribution, namely 81.70%., The smallest factor that is influencing work motivation is the need for self-actualization which is equal to 42.50%.