Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

EKPRESI WAJAH REINTERPRETASI VISUAL DI BALIK KARAKTER DEWATA NAWA SANGGA I Nengah Wirakesuma
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4851.585 KB) | DOI: 10.52829/pw.49

Abstract

Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, takut, marah dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit, di pasar, di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran, majalah, dan buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sangga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sangga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinterprestasi visual di balik karakter Dewata Nawa Sangga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata, kendaraan, mempunyai  pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang  tercermin pada ekspresi wajah manusia, yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas.____________________________________________________________Human facial expressions with its characters and dynamics show different expressions; sad, happy, fun, afraid, angry, and many other mysteries on the human facial character. I see many faces in public area, bus station, hospital, market, school, office, and human face is also shown on the television, newspaper, magazines, and books. Human facial expression in visual icon Dewata Nawa Sangga, Balinese Hinduism, which is depicted in the form shadow puppets, becomes the stimulation in the creation of painting arts. The facial expression transformations that appear in the visual character of the shadow puppets have the potential to become stimulation is the creation of new painting arts with mixed media. The visual reinterpretation of the character of Dewata Nawa Sangga which has attribute, character, form, colour, weapon, and vehicle, has moral message for human to always have positive thinking, good talking, and be kind to other humans, animals, and plants, wherever they are. The point is that the noble values of religion should be known, impregnated, understood and be carried out in daily life as a part of Dharma behavior. Human Dharma behavior is reflected in the qualities and traits such as Satwan, Rajas, and Tamas. The qualities and traits, as the characters reflected in human face expression, which is then reinterpreted in the creation concept, form concept, media use, and techniques as needed by the creativity.
Pendampingan Mendesain Merchandise ‘Tari Leko’ Desa Kukuh Kerambitan Tabanan – Bali I Nyoman Larry Julianto; I Nengah Wirakesuma; I Wayan Swandi; I Nyoman Widhi Adnyana
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v6i1.3764

Abstract

Salah satu warisan seni tradisi yang terancam mengalami kepunahan adalah Tarian Leko Desa Kukuh kecamatan Kerambitan Tabanan–Bali. Keilmuan Desain Komunikasi Visual memiliki peluang dalam upaya pemecahan permasalahan, karena mampu merubah proses berpikir khalayak sasaran dengan mengedepankan medium komunikasi visual sebagai elemen interaksi. Kurangnya minat generasi muda mempelajari dan menekuni ‘Tari Leko’, ditengarai menjadi salah satu penyebab kesenian tradisi tersebut terancam menuju kepunahannya. Faktor lainnya adalah tingkat popularitas ‘Tari Leko’ yang semakin berkurang karena jarang dipentaskan akibat adanya pandemi Covid-19. Kondisi tersebut terjadi karena Bali mengutamakan sektor pariwisata sebagai pendukung keberlangsungan seni tradisi dan budaya. Kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan memberikan pelatihan mendesain merchandise ‘Tari Leko’ Desa Kukuh Kerambitan. Kegiatan dilaku­kan bulan Juli–Agustus 2021 dan diikuti oleh anak–anak serta para remaja Desa Kukuh. Materi yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan adalah penggambaran burung ‘Cetrung’ yang menjadi referensi visual penokohan ‘Tari Leko’ Desa Kukuh. Tahapan ini merupakan proses penjaringan ide ilustrasi yang berasal dari imajinasi anak–anak. Hasil penggambaran tersebut menjadi literasi visual karakter maskot ‘Tari Leko’. Maskot akan diaplikasikan pada media berupa T-Shirt dan Totebag sebagai merchandise dan tahap perwujudannya dilakukan bersama para remaja yang tergabung dalam komunitas seni. Kegiatan pengabdian masyarakat ini mendapat respon positif dan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatih­an dalam mengonsepkan desain merchandise.
Ekpresi Wajah Reinterpretasi Visual Di Balik Karakter Dewata Nawa Sanga I Nengah Wirakesuma
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i1.90

Abstract

Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, takut.marah dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit, di pasar, di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran, majalah, buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinterprestasi visual di balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata, kendaraan, mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia, yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas.
MEDIA SOSIALISASI EDUKASI MAJALAH DAN FLIPBOOK PENCEGAHAN STUNTING BAGI IBU HAMIL I Gusti Agung Bagus Wimajaya; Ni Putu Paramesti Mitha Cahyani; I Nyoman Larry Julianto; I Wayan Agus Eka Cahyadi; I Nengah Wirakesuma; Gede Pasek Putra Adnyana Yasa
Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2022): Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.442 KB)

Abstract

Kehamilan adalah suatu hal yang penting, terdapat anjuran-anjuran yang perlu ditaati agar mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini yaitu stunting pada anak nantinya. Stunting merupakan kondisi yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Kondisi tersebut adalah pada saat bayi memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Stunting berdampak buruk terhadap perkembangan fisik, motorik, serta kemampuan kognitif anak. Upaya preventif perlu dilakukan untuk menekan kasus stunting, salah satunya adalah mengedukasi ibu-ibu hamil berkaitan dengan upaya pencegahan stunting melalui media majalah dan flipbook yang dikemas dengan visualisasi yang menarik. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan minat baca dan edukasi diri bagi ibu hamil mengenai bahaya stunting dan cara pencegahannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey, tepatnya dengan Kepala Desa Kukuh, serta pihak yang berkecimpung di dunia kesehatan. Hasil dari survey tersebut seperti informasi tentang kasus stunting yang pernah terjadi di Desa Kukuh, perlu diberikan perhatian khusus lebih, hal itu disolusikan berupa majalah digital dan flipbook. Hasil konsep desain majalah yang ditunjukkan sebagai prototipe pertama dan menguji keefektifan medianya kepada satu atau lebih target audiens juga didapat dari survey. Dari survey dan penyelesaian media survey, masyarakat khususnya ibu hamil menjadi lebih memahami dan sadar akan bahaya Stunting sekaligus juga meningkatkan minat baca tentang cara pencegahan stunting oleh media yang ditawarkan.
Regenerasi Seni Rupa Digital Masa Kini I Nengah Wirakesuma; I Wayan Mudana
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10733

Abstract

Seni rupa digital pada masa kini mengalami berbagai perubahan pasca pandemi covid-19 melanda dunia. Demikian pula perkembangan seni rupa digital telah merasuki urat nadi generasi milenial, menjelajahi ruang dan waktu tanpa sekat dan batas. Berbagai bentuk visual seni rupa digital dapat kita cermati di media sosial pada saat ini. Pameran karya-karya seni rupa digital bisa ditelusuri melalui media sosial, Internet, Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, YouTube, dan media publikasi lainya seperti : majalah, koran, jurnal, buku-buku, katalogus, dan lain-lainya. Publikasi berbagai cabang seni rupa digital telah diolah sesuai kebutuhan kreativitas senimannya berdasarkan metodologi teori penciptaan karya seni rupa digital dan desain. Produk seni rupa digital sebagai industri penciptaan karya seni rupa baru berkembang pesat sesuai kebutuhan pasar, para seniman berlomba-lomba berinovasi, berkreasi menciptakan karya seni rupa digital baik yang memiliki karakter seni rupa hyperrealisme, hypernaturalisme, hypersurrealisme, dan hyperabstrak deformatif. Dengan proses yang serius dan sungguh-sungguh diharapkan karya seni rupa digital yang dihasilkan dapat menarik perhatian pengamat seni rupa dan desain, pecinta seni, pengamat seni, kurator seni dan masyarakat luas. Perkembangan seni rupa digital di Indonesia mengalami dinamika perubahan yang sistemik dan sistematis sesuai dengan kebutuhan kreativitas senimannya dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar baik kebutuan individu, maupun kebutuhan masyarakat luas. Karakter dan ciri kreativitas lintas generasi zaman dalam pengolahan seni rupa digital menunjukan identitas budaya luhur Nusantara yang bernuansa klasik, tradisional, modern dan kontemporer.
Phyticism of the Painting of Wayang Kamasan: the Struggle of Distribution Structure and Order Idealism in Fulfilling Needs Tourism Industry I Wayan Mudana; I Nengah Wirakesuma
Journal of Social Research Vol. 2 No. 3 (2023): Journal of Social Research
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/josr.v2i3.714

Abstract

Phytism is an expression of the thoughts of capitalist society to produce duplicating ideas so that producing similar merchandise can generate economic benefits in the form of money. The timeless symbols of the great and noble tradition of wayang Kamasan painting are commodified into physical art, resulting in a struggle between the idealism of a structure that is binding and standard with the idealism of an order that deifies money. Commodification is a feature of capitalism which is able to transform objects, qualities and signs into commodities to be distributed to the market. Commodities that are distributed to the market are the consumption idealism of the tourism industry. The order practice of capitalist society that works in the realm of habitus and the capital and networks that have been built is very broad. Capital relates to the ability to duplicate, while the network seeks to distribute consumer needs with producers. The physical product of the tourism industry which is distributed to the market is in the form of market paintings, handicrafts and souvenirs. To analyze physical aesthetics, the struggle for order structure, and the production of physicalism, theories and methods are used, namely: commodification theory, cultural-industry physicalism theory, and social practice theory. Discussion: The distribution of ethical ethics discusses; capital (money power), habitus (capital society's desire), image and media. Conclusion: Kamasan wayang painting has been made into a physical art alienated from capital society to get money from the tourism industry. The form of fististic art is obscured into a similar new creativity, interchanging the structure of struggle for order and mass production. Findings: Phitism of wayang Kamasan painting is barter oriented to make money.
Onthel Bicycle: Creation Model of Experimental Photography using Iwan Zahar Method I Made Dennis Penn Yohan Kayansa; I Nengah Wirakesuma
Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management Vol. 2 No. 1 (2023): Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/jacam.v2i1.2320

Abstract

In Indonesia, the development of bicycles was heavily influenced by the colonialists, especially the Dutch. They brought bicycles produced in their country to use around to enjoy the fresh nature of Indonesia. This habit was transmitted to the aborigines with blue blood. Finally, the bicycle became a prestigious means of transportation. Onthel bicycles were a means of transportation that were relatively expensive before the independence period. Onthel bicycles, also known as camel bicycles, kebo bicycles, or pit pancal, are standard bicycles with 28-inch tires that were commonly used by urban communities until the 1970s. The heritage factor and the classic shape of the bicycle are interesting to be used as an experimental bicycle photography work. Starting from this phenomenon, the authors argue that research related to bicycles is necessary and interesting to do because in the globalization or modern era which is full of modern lifestyle offers, bicycles actually choose a classic lifestyle.
Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata I Nengah Wirakesuma; I Ketut Mustika
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.987 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i3.6463

Abstract

Padma Dewata merupakan bunga teratai yang disebut pula nawa ratna sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis. Padma Dewata yang ada dibalik karakter nawa ratna Dewata Nawa Sangga sering dijumpai diberbagai media elektronik, media sosial, dan secara simbolis sering dijumpai sebagai simbol atau lambang identitas Pendidikan ; Akademisi, Universitas dan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Padma Dewata secara nyata sering pula kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menghiasi kehidupan alam semesta beserta isinya di dunia ini. Padma Dewata dengan berbagai dinamikanya menarik perhatian untuk dijadikan konsep, ide dan gagasan penciptaan karya seni. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Metode Penciptaan seni antara lain: Eksistensi, Elaborasi, Eksperimen, Sistesis, Evaluasi penciptaan karya seni. Presentasi dan evalusi karya seni dapat dilakukan setelah tahapan seleksi dan penilaian karya seni lukis dilakukan. Pada tahapan seleksi karya seni lukis yang bertajuk Padma Dewata, maka dapat dipresentasikan beberapa karya seni lukis yang berjudul : 9 (Sembilan) Padma Dewata, Padma Hijau, Padma Violet, Padma Red, Padma Yellow, Padma White, Padma Oranye, Padma Abu-abu dan Padma Black. Luaran dari hasil penelitian dan penciptaan seni ini dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan juga dilakukan pameran karya seni lukis secara Virtual. Evaluasi karya seni yang dihasilkan mengarah pada bentuk-bentuk karya seni lukis abstrak deformatif.
Preserving I Gede Modara’s “Rotating the Mountain of Mandara Giri” Painting I Wayan Mudana; I Nengah Wirakesuma; I Wayan Kondra; I Wayan Sujana; I Ketut Mustika
Indonesian Journal of Multidisciplinary Science Vol. 2 No. 12 (2023): Indonesian Journal of Multidisciplinary Science
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/ijoms.v2i12.649

Abstract

I Gede Modara (1770), nicknamed I Gede Mersadi, was a pioneer of the Kamasan wayang painting, which is now called classical balinese painting. Kamasan wayang paintings are very bound by standards and provisions that are binding and standard, used for offerings and enlightenment to the people. One of the works left by Modara enlightenment painting, entitled "Pemuteran Gunung Mandara Giri" is made in the form of parba on wood, using balinese colors, now in very poor condition, not taken care of properly, and has not received attention from the government so that it gives the impression of being very neglectful of the heritage history. In fact, this work is a work that has a high reputation as an art historical heritage which is very important when future generations want to trace the civilization and development of balinese classical painting. Departing from this phenomenon, it is interesting to be used as research "Preservation of I Gede Modara's Painting with the title Screening of Mount Mandara Giri". The analytical approach used the concept of theory and method of preservation. Preservation relates to preservation, development and empowerment to create new or renewable products. In the discussion, discussing: 1) conservation measures, 2) development of creative industries, 3) community empowerment and expanding employment opportunities.
Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata I Nengah Wirakesuma
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Padma Dewata merupakan bunga teratai yang disebut pula nawa ratna sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis. Padma Dewata yang ada dibalik karakter nawa ratna Dewata Nawa Sangga sering dijumpai diberbagai media elektronik, media sosial, dan secara simbolis sering dijumpai sebagai simbol atau lambang identitas Pendidikan ; Akademisi, Universitas dan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Padma Dewata secara nyata sering pula kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menghiasi kehidupan alam semesta beserta isinya di dunia ini. Padma Dewata dengan berbagai dinamikanya menarik perhatian untuk dijadikan konsep, ide dan gagasan penciptaan karya seni. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Metode Penciptaan seni antara lain: Eksistensi, Elaborasi, Eksperimen, Sistesis, Evaluasi penciptaan karya seni. Presentasi dan evalusi karya seni dapat dilakukan setelah tahapan seleksi dan penilaian karya seni lukis dilakukan. Pada tahapan seleksi karya seni lukis yang bertajuk Padma Dewata, maka dapat dipresentasikan beberapa karya seni lukis yang berjudul : 9 (Sembilan) Padma Dewata, Padma Hijau, Padma Violet, Padma Red, Padma Yellow, Padma White, Padma Oranye, Padma Abu-abu dan Padma Black. Luaran dari hasil penelitian dan penciptaan seni ini dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan juga dilakukan pameran karya seni lukis secara Virtual. Evaluasi karya seni yang dihasilkan mengarah pada bentuk-bentuk karya seni lukis abstrak deformatif.